Breaking News

Bertahan 5 Hari di Lubang, Yohanes Selamat dari Serangan KKB di Yahukimo, 7 Rekannya Tewas

Tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz mengevakuasi korban serangan brutal KKB/Foto: Istimewa

D'On, Yahukimo, Papua
– Suasana mencekam masih menyelimuti Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, setelah kelompok kriminal bersenjata (KKB) kembali melancarkan serangan brutal terhadap para pekerja tambang. Dalam tragedi yang mengguncang ini, tujuh pekerja meregang nyawa, sementara satu orang pekerja tambang, Yohanes Bouk alias Nando (22 tahun), berhasil lolos dari maut dengan cara yang nyaris tak masuk akal: bersembunyi di dalam lubang tanah selama lima hari tanpa makanan dan minuman.

Bertahan Hidup dengan Malaria di Tubuh

Yohanes ditemukan dalam kondisi lemah oleh tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz bersama Brimob Polda Papua, Polres Yahukimo, dan Kodim 1715 Yahukimo. Tubuhnya kurus, wajah pucat, dan menggigil akibat malaria campuran yang dideritanya. Namun semangat hidupnya membuatnya tetap bertahan di tengah hutan yang gelap, penuh nyamuk, dan ancaman KKB yang masih berkeliaran.

Menurut keterangan aparat, Yohanes sempat mendengar suara tembakan dan jeritan rekan-rekannya ketika KKB menyerang lokasi tambang. Panik, ia melarikan diri sejauh mungkin lalu masuk ke sebuah lubang alami di tanah. Selama lima hari, ia tak makan dan hanya bertahan dengan sedikit air hujan yang sempat diminumnya.

“Dia benar-benar bersembunyi di lubang dengan tubuh penuh gigitan serangga. Kondisinya sangat lemah, tapi mujurnya nyawanya selamat,” ungkap salah satu petugas evakuasi.

Evakuasi Jenazah Korban

Selain berhasil menyelamatkan Yohanes, aparat gabungan juga mengevakuasi sejumlah jenazah pekerja tambang yang menjadi korban keganasan KKB. Mereka adalah:

  1. Marselino Lumare (32) – pekerja tambang asal Sanger, berdomisili di Dekai.
  2. Yunus Agama (29) – pekerja tambang asal Maluku, berdomisili di Dekai.
  3. Roberto Agama (37) – pekerja tambang asal Sanger, berdomisili di Dekai.

Ketiga jenazah tersebut dievakuasi ke RSUD Dekai untuk proses identifikasi dan penanganan medis.

Tak hanya itu, dua jenazah lain yang sebelumnya ditemukan di Camp Ekskavator Kali I, Distrik Seradala, juga berhasil dibawa keluar dari lokasi berbahaya itu. Mereka adalah:

  1. Andika Pratama – pekerja tambang asal Sanger, berdomisili di Jalan Paradiso, Dekai.
  2. Fikram Amiman – pekerja tambang asal Sanger, berdomisili di Jalan Paradiso, Dekai.

Dengan tambahan evakuasi tersebut, total korban serangan KKB di Yahukimo hingga Kamis (2/10/2025) tercatat 7 orang meninggal dunia dan 5 orang berhasil selamat.

Aparat Tegaskan Tak Ada Ruang Bagi KKB

Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, menegaskan bahwa negara tidak akan mundur selangkah pun dalam menghadapi aksi teror bersenjata KKB.

“Kami akan kejar dan tangkap para pelaku serta bertindak tegas secara profesional terhadap siapa pun yang terlibat dalam kejahatan bersenjata ini. Penegakan hukum akan dilakukan secara terukur dan sesuai aturan yang berlaku. Stabilitas keamanan di Yahukimo adalah prioritas utama,” tegasnya.

Pernyataan ini menjadi sinyal keras bahwa operasi pengejaran terhadap kelompok bersenjata tersebut akan semakin diperketat.

Luka Mendalam bagi Keluarga Korban

Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga para korban. Di RSUD Dekai, isak tangis pecah ketika jenazah para pekerja tambang tiba. Beberapa keluarga yang berdomisili di Dekai langsung datang untuk memastikan identitas anggota keluarganya yang telah menjadi korban.

“Anak saya cuma kerja untuk keluarga, dia orang baik. Tapi begini nasibnya,” ujar seorang ibu korban dengan mata sembab, menolak meninggalkan peti jenazah putranya.

Sementara itu, Yohanes yang selamat kini dirawat intensif di rumah sakit. Meski kondisi fisiknya lemah, aparat memastikan mentalnya kuat. Ia menjadi saksi hidup dari kebrutalan KKB yang kembali menelan korban jiwa.

Tragedi yang Mengingatkan Bahaya Nyata

Serangan KKB di Yahukimo ini kembali menegaskan betapa rentannya keamanan pekerja sipil di daerah konflik bersenjata Papua. Kehadiran aparat gabungan memang menekan pergerakan KKB, namun di sisi lain serangan sporadis mereka masih meninggalkan luka besar dan trauma mendalam bagi masyarakat setempat.

Bagi Yohanes, selamatnya ia dari maut bisa jadi bukan hanya soal keberuntungan, melainkan juga kisah keberanian luar biasa seorang anak muda yang memilih bertahan hidup meski terjebak di tengah neraka berdarah.

(Okz)

#KKB #Peristiwa