Breaking News

ASN di Bengkulu Viral Usai Injak Al-Qur’an karena Dituduh Selingkuh: “Saya Khilaf, Saya Mohon Maaf”

VA ASN Kepahiang Injak Al Quran Akhirnya Minta Maaf (Dok: Ist)

D'On, Kepahiang, Bengkulu
— Sebuah video berdurasi kurang dari satu menit menggemparkan jagat maya. Dalam rekaman itu, tampak seorang perempuan berseragam aparatur sipil negara (ASN) berdiri di hadapan kamera, lalu dengan suara bergetar mengucap sumpah sambil menginjak kitab suci Al-Qur’an.

Wajahnya tampak tegang, emosinya campur aduk antara marah dan sedih. Tindakan nekat itu kemudian viral di berbagai platform media sosial dan segera memantik gelombang kecaman publik. Perempuan itu kemudian diketahui berinisial VA, ASN di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.

Aksi yang Menggegerkan Dunia Maya

Video berdurasi 54 detik tersebut menampilkan VA yang tampak merekam dirinya sendiri. Dengan nada tinggi, ia mengungkapkan rasa jengkel karena terus-menerus dituduh berselingkuh.

“Hoi, aku lah bosan dituduh-tuduh terus! Aku capek! Aku injak Al-Qur’an ini sebagai bukti kalau aku dak selingkuh. Kalau aku bersalah, aku keno laknat!” seru VA dalam video yang tersebar luas itu.

Dalam video itu, tampak jelas bahwa tindakan tersebut dilakukan dalam kondisi emosional yang tidak terkendali. Namun, bagi masyarakat yang menonton, aksi itu dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap kitab suci dan nilai keagamaan yang sangat dijunjung tinggi.

Tak butuh waktu lama, video itu menjadi viral. Warganet membanjiri kolom komentar dengan kemarahan, kecaman, bahkan tuntutan agar tindakan tersebut diproses secara hukum maupun etik sebagai ASN.

Permintaan Maaf dan Pengakuan Khilaf

Usai gelombang kecaman meluas, VA akhirnya muncul kembali dalam sebuah video klarifikasi. Kali ini, wajahnya tampak berbeda — tanpa kemarahan, tanpa nada tinggi, hanya penyesalan.

“Saya mengakui telah menginjak Al-Qur’an dalam melakukan sumpah. Saat itu saya sedang sakit dan dalam kondisi tertekan karena persoalan pribadi saya. Saya sadar tindakan itu keliru dan saya mohon maaf sebesar-besarnya,” ujar VA dengan suara pelan.

Ia menjelaskan, tindakan itu berawal dari persoalan pribadi yang membuatnya berada di bawah tekanan mental. Tuduhan perselingkuhan yang berulang-ulang disebutnya membuat dirinya kehilangan kendali hingga berbuat hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh siapa pun, apalagi seorang ASN.

“Saya hanya ingin membuktikan kalau saya tidak bersalah, tapi caranya salah. Saya menyesal dan memohon maaf kepada masyarakat, kepada instansi saya, dan terutama kepada umat Islam,” tambahnya.

Respons Publik dan Pemerintah Daerah

Video tersebut telah menjadi perhatian serius masyarakat Bengkulu dan sekitarnya. Sejumlah tokoh agama dan masyarakat mengecam tindakan itu, menilai bahwa apapun alasannya, menginjak kitab suci merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan.

Pemerintah Kabupaten Kepahiang dikabarkan telah turun tangan. Pihaknya tengah menelusuri lebih lanjut status ASN VA dan memastikan proses klarifikasi serta pemeriksaan etik akan dilakukan sesuai aturan yang berlaku bagi aparatur negara.

Seorang pejabat daerah yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa kasus ini akan dibawa ke Inspektorat Daerah untuk dilakukan pendalaman. “Kita tidak bisa gegabah, tapi tentu tindakan itu sangat tidak pantas. Kami akan menindaklanjuti sesuai mekanisme ASN,” ujarnya.

Pelajaran dari Aksi yang Tak Terkendali

Kasus VA menjadi cermin tentang bagaimana tekanan emosional dapat mengaburkan batas antara pembelaan diri dan pelanggaran nilai-nilai moral dan keagamaan.
Di era digital, di mana satu rekaman bisa tersebar ke seluruh negeri dalam hitungan detik, setiap tindakan  terutama dari seorang ASN yang menjadi panutan publik  akan selalu mendapat sorotan tajam.

Kini, VA mungkin sudah menyadari betapa besar dampak dari tindakannya. Ia bukan hanya harus menanggung rasa malu dan penyesalan, tetapi juga konsekuensi sosial dan profesional yang bisa mengikuti sepanjang kariernya.

“Sekali lagi, saya mohon maaf atas kesalahan ini,” tutup VA dalam pernyataan terakhirnya.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa tekanan pribadi tidak bisa dijadikan alasan untuk bertindak melanggar norma agama dan sosial. Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk lebih bijak dalam menanggapi dan tidak memperkeruh suasana dengan ujaran kebencian di media sosial.
Permintaan maaf adalah langkah awal  namun introspeksi dan perbaikan sikap menjadi ujian sesungguhnya bagi siapa pun yang pernah terpeleset dalam kemarahan dan keputusasaan.

(*)

#Viral #Peristiwa #ASNKapahiangInjakAlQuran