Eric Cantona: Dari Tendangan Kungfu di Selhurst Park Hingga Orasi Membela Palestina
Eric Cantona
Dirgantaraonline - Tiga puluh tahun lalu, sebuah insiden di Liga Primer Inggris menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah sepak bola dunia. Nama Eric Cantona, kapten Manchester United saat itu, mendadak mendunia bukan hanya karena kepiawaiannya mengolah si kulit bundar, melainkan karena aksi di luar nalar yang terjadi di Stadion Selhurst Park, kandang Crystal Palace.
Pada laga yang digelar Januari 1995 itu, Cantona diganjar kartu merah oleh wasit. Saat berjalan menuju lorong pemain, seorang suporter Crystal Palace melemparkan cacian dan hinaan kepadanya. Bukan hanya kata-kata kotor, Cantona juga mengaku diludahi sepanjang pertandingan. Puncaknya, di hadapan ribuan penonton, Cantona kehilangan kendali. Ia melompat tinggi, menekuk tubuhnya, lalu mengarahkan kaki kanan ke dada suporter tersebut. Tendangan ala kungfu itu langsung jadi legenda—kontroversial, ikonik, sekaligus abadi dalam ingatan publik sepak bola.
Aksinya berbuntut panjang. Cantona dihukum penjara dua minggu, meski akhirnya hanya menghabiskan beberapa jam di balik jeruji karena dibebaskan dengan jaminan. Hukuman itu diganti menjadi kerja sosial. Meski tindakannya jelas salah, Cantona berdalih bahwa itu adalah bentuk perlawanan terhadap penghinaan. "Saya membela harga diri saya," ungkapnya kemudian.
Bagi Cantona, sepak bola bukan sekadar olahraga. Ia selalu menampilkan sisi emosional, penuh harga diri, dan tidak segan melawan siapa pun yang merendahkannya. Sikap itu ternyata tidak pudar meski ia telah pensiun.
Cantona, Orasi di Wembley, dan Keberanian Membela Palestina
Kini, di usia 59 tahun, Eric Cantona kembali membuat dunia menoleh. Bukan lagi dengan aksi kaki, melainkan lewat kata-kata yang tajam, lugas, dan berani. Dalam acara amal bertajuk Together for Palestine yang digelar di Wembley, London, Cantona naik ke atas panggung dan melontarkan kritik keras terhadap FIFA dan UEFA.
Dengan suara lantang, legenda Manchester United itu menyindir standar ganda kedua federasi sepak bola terbesar di dunia:
“Hanya tiga hari setelah Rusia menyerang Ukraina, FIFA dan UEFA langsung membekukan keanggotaan Rusia. Rusia dilarang mengikuti seluruh kompetisi. Tapi sudah 716 hari Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, mereka tetap bebas berkompetisi. Kenapa FIFA dan UEFA berstandar ganda?”
Ucapan Cantona sontak memicu tepuk tangan riuh hadirin. Ia tidak berhenti di situ. Cantona kemudian menegaskan, Ukraina yang punya kekuatan militer lengkap saja mendapat dukungan FIFA/UEFA, sedangkan Palestina yang lemah dan tanpa perlindungan dibiarkan begitu saja.
"Israel seharusnya juga dikeluarkan dari semua kompetisi FIFA dan UEFA. Semua klub, negara, dan pemain seharusnya menolak bertanding melawan mereka," seru Cantona penuh emosi.
Dari Harga Diri Pribadi ke Solidaritas Kemanusiaan
Perjalanan Cantona menunjukkan transformasi seorang pria pemberani. Di masa mudanya, keberaniannya diekspresikan lewat tindakan fisik, mempertahankan martabat pribadi meski harus menanggung risiko besar. Kini, keberanian itu menjelma menjadi suara perlawanan terhadap ketidakadilan global.
Apa yang ia lakukan di Wembley bukan hal sepele. Di tengah dominasi narasi media Barat dan kekuatan politik yang mendukung Israel, Cantona berdiri di panggung internasional, lantang menyerukan keadilan bagi Palestina. Tak banyak pesepakbola—apalagi legenda besar—yang berani bersuara setegas itu.
Sikapnya mengingatkan publik bahwa sepak bola tidak bisa dipisahkan dari kemanusiaan. Bahwa seorang legenda tidak hanya diukur dari jumlah gol atau trofi, tapi juga dari keberanian membela yang lemah, menantang ketidakadilan, dan menolak diam di hadapan penindasan.
Hormat untuk Cantona
Tiga puluh tahun setelah tendangan kungfu di Selhurst Park, Eric Cantona kembali jadi headline dunia. Namun kali ini, bukan karena amarah sesaat, melainkan karena sikap moral dan keberanian membela rakyat tertindas.
Dulu ia membela harga dirinya, kini ia membela harga diri bangsa Palestina. Dari lapangan hijau hingga panggung kemanusiaan, Eric Cantona tetaplah sosok yang tak pernah takut melawan arus.
Hormat untuk pria pemberani bernama Eric Cantona.
(*)
#EricCantona #Sepakbola #Olahraga #AksiBelaPalestina