Tren Aneh Jelang HUT RI di Padang: Pedagang Bendera Bingung Dicari "Tengkorak Pakai Topi"
Ilustrasi Penjualan Bendera Merah Putih (Dok: Net)
D'On, Padang — Menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, biasanya para pedagang bendera musiman mulai meraup untung dari maraknya permintaan atribut merah putih. Namun tahun ini, suasana di salah satu sudut Jalan Sawahan, Kota Padang, justru diwarnai dengan kebingungan seorang pedagang yang tak menyangka bakal mendapat permintaan tak lazim: bendera bergambar tengkorak memakai topi.
Zal (43), seorang penjual bendera musiman yang telah hampir satu dekade menggeluti usaha ini setiap bulan Agustus, mengaku tercengang saat didatangi sekelompok anak muda yang menanyakan bendera dengan ciri aneh.
“Kemarin ada itu anak-anak muda pada ke sini, nyari bendera tengkorak pakai topi. Saya kaget, lah kok tengkorak pakai topi?” tutur Zal, masih dengan raut kebingungan, saat ditemui Selasa (5/8/2025).
Awalnya, pria berkulit sawo matang itu mengira para remaja tersebut hanya bergurau. Namun setelah beberapa dari mereka menyebut nama “One Piece”, barulah Zal sadar bahwa yang mereka maksud adalah bendera bajak laut Topi Jerami dari serial anime populer asal Jepang tersebut.
Bendera itu memang menampilkan gambar tengkorak dengan topi jerami khas sang tokoh utama, Monkey D. Luffy. Dalam dunia fiksi One Piece, bendera itu merupakan simbol kebanggaan kru bajak laut dan menjadi ikon utama serial yang telah mendunia sejak awal 2000-an.
Zal, yang mengaku tak mengikuti tren anime maupun budaya pop Jepang, merasa aneh sekaligus khawatir. Ia tidak tahu apakah menjual bendera semacam itu pantas atau justru menyalahi semangat kemerdekaan.
“Iya, itu One Piece. Kata saya, bendera apa itu. Saya bingung kan. Iya, malah takut saya entar, ha-ha-ha...,” ucap Zal sambil tertawa kecil, menahan kekhawatirannya sendiri.
Tren Medsos Merembet ke Jalanan
Bendera bajak laut ala One Piece belakangan memang ramai terlihat di berbagai unggahan media sosial. Sejumlah anak muda memasangnya di depan rumah, motor, hingga gerbang kampung sebagai bentuk ekspresi unik menjelang 17 Agustus.
Fenomena ini menjadi bagian dari tren globalisasi budaya pop Jepang yang makin kuat di kalangan generasi muda Indonesia. Namun, di sisi lain, tren tersebut juga membuat para pedagang tradisional seperti Zal mengalami benturan antara permintaan pasar dan nilai-nilai yang sudah lama mereka pegang.
“Kalau salah jual, entar saya dimarahin. Ini momen bendera merah putih, masa jual bendera tengkorak,” tambah Zal sambil menunjuk tumpukan bendera merah putih yang belum laku terjual.
Lesunya Penjualan Bendera Merah Putih
Tak hanya soal bendera One Piece, keluhan juga datang dari pedagang lain yang mengaku tahun ini penjualan sangat lesu dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya mengaku hanya mendapat Rp10 ribu selama seharian berjualan.
“Dari jam 9 pagi sampai jam 7 malam cuma dapat sepuluh ribu. Biasanya kalau tanggal segini udah rame,” keluhnya.
Lesunya penjualan ini diduga dipengaruhi banyak faktor, mulai dari meningkatnya harga bahan bendera, persaingan dari penjual daring, hingga pergeseran minat generasi muda terhadap cara merayakan HUT RI.
Dilema Nasionalisme vs Tren Budaya Pop
Fenomena bendera One Piece ini menjadi cerminan menarik soal perubahan zaman. Di satu sisi, generasi muda ingin tetap ikut merayakan kemerdekaan, namun dengan cara yang mereka rasa lebih “keren” dan relevan dengan dunia mereka.
Di sisi lain, generasi lama seperti Zal masih berpegang teguh pada simbol-simbol nasional yang telah mengakar kuat selama puluhan tahun.
Apakah ini berarti nasionalisme anak muda melemah? Belum tentu. Bisa jadi, ini hanyalah bentuk baru dari semangat yang sama: semangat untuk menunjukkan identitas, kebanggaan, dan rasa ingin merdeka dengan gaya yang berbeda.
(Mond)
#Viral #PenjualBenderaMerahPutih #BenderaOnePiece