Breaking News

Tragedi di Barak TNI Nagekeo: Prada Lucky Meninggal Dunia Diduga Dianiaya Senior, Tubuh Penuh Luka dan Luka Bakar

Jenazah jasad Prada Lucky Cepril Saputra Namo tiba di Bandara El Tari Kupang, Kamis (7/8/2025) untuk dimakamkan di kediaman orang tua di Kota Kupang.

D'On, Nagekeo, NTT –
Sebuah kabar duka menyelimuti lingkungan militer di Nusa Tenggara Timur. Seorang prajurit muda, Prada Lucky Cepril Saputra Namo, anggota Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 843/WM Nagekeo, meninggal dunia pada Rabu pagi, 6 Agustus 2025. Ia diduga menjadi korban penganiayaan brutal oleh seniornya sendiri di lingkungan kesatuan. Kematian Prada Lucky tidak hanya menyisakan luka mendalam bagi keluarganya, tetapi juga memunculkan tanya besar tentang praktik kekerasan di tubuh militer yang seharusnya menjunjung tinggi kehormatan dan solidaritas antar prajurit.

Tubuh Penuh Luka: Bekas Pukulan dan Sundutan Rokok

Saat ditemui di RSUD Aeramo, Nagekeo, ayah kandung almarhum yang juga seorang anggota TNI berpangkat Serma, Christian Namo, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia mengungkapkan kondisi mengenaskan putranya yang saat itu terbujur kaku di ruang jenazah.

"Saya sangat kecewa dan terluka. Ini bukan semestinya perilaku seorang prajurit terhadap sejawatnya. Saya harap semua yang terlibat diproses secara hukum dan diberi hukuman setimpal," ucap Serma Christian dengan mata berkaca-kaca.

Dari pantauan langsung wartawan di ruang jenazah, tubuh Prada Lucky penuh dengan bekas luka serius. Punggungnya memar dan tampak seperti dihantam benda tumpul berkali-kali. Di bagian lengan dan kaki, tampak jelas lebam-lebam yang seolah menjadi saksi bisu penderitaan yang ia alami sebelum mengembuskan napas terakhir. Bahkan, ditemukan bekas luka bakar di beberapa bagian tubuh yang diduga akibat sundutan rokok indikasi adanya tindakan penyiksaan.

Kronologi Mencekam Menjelang Ajal

Berdasarkan informasi medis yang diperoleh, Prada Lucky pertama kali dibawa ke rumah sakit pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Saat itu, kondisinya sudah cukup memprihatinkan, meskipun masih sadar. Namun, hanya dalam waktu tiga hari, kondisinya memburuk drastis. Pada Selasa, 5 Agustus 2025, ia mengalami penurunan kesadaran hingga hanya bisa membuka mata setengah, dan akhirnya harus dipasangi alat bantu pernapasan berupa ventilator.

Keesokan paginya, Rabu, 6 Agustus, Prada Lucky mengalami henti jantung untuk pertama kalinya. Tim medis ICU segera melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP). Ia sempat merespons, namun beberapa saat kemudian kembali mengalami henti jantung. Tim medis berupaya keras menyelamatkannya dengan melakukan RJP selama lebih dari 45 menit. Namun, nyawa Prada Lucky tak terselamatkan. Ia dinyatakan meninggal dunia pukul 11.23 WITA.

Penyelidikan Dimulai: Diduga Ada Lebih dari Satu Pelaku

Menanggapi peristiwa tragis ini, Komandan Kodim 1625 Ngada, Letkol Deny Wahyu Setiawan, menegaskan bahwa pihaknya bergerak cepat menanggapi dugaan penganiayaan yang menyebabkan kematian Prada Lucky. Ia menyebut bahwa Pangdam IX telah memberikan perintah langsung untuk memproses kasus ini secara hukum.

"Semua pihak bergerak cepat sesuai perintah dari Bapak Pangdam IX untuk memproses kasus ini secara hukum. Hari ini, Subdenpom sedang melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah personel yang diduga terlibat," kata Letkol Deny saat diwawancarai pada Rabu malam.

Meski begitu, Letkol Deny mengaku belum bisa memastikan jumlah prajurit yang tengah diperiksa maupun sejauh mana keterlibatan mereka dalam dugaan penganiayaan tersebut.

Tuntutan Keadilan dari Keluarga: “Jangan Ada Lagi Prada Lucky Berikutnya”

Serma Christian Namo, sebagai ayah sekaligus sesama prajurit TNI, menuntut transparansi dan keadilan dalam penanganan kasus ini. Ia berharap, institusi tempatnya mengabdi selama bertahun-tahun mampu menunjukkan bahwa hukum dan keadilan tetap ditegakkan di lingkungan militer.

"Saya titipkan anak saya ke negara, saya didik dia untuk jadi prajurit yang hormat dan disiplin. Tapi saya malah menerima jenazah anak saya dengan tubuh penuh luka. Ini bukan disiplin, ini penyiksaan," katanya tegas.

Ia juga berharap kasus ini menjadi yang terakhir. "Jangan ada lagi Prada Lucky berikutnya. Jangan ada lagi prajurit muda yang diperlakukan seperti binatang di tempat mereka seharusnya dibentuk jadi pembela negara," ujar Christian Namo dengan suara bergetar.

Catatan Kritis: Budaya Kekerasan yang Masih Terjadi?

Kasus meninggalnya Prada Lucky memunculkan kembali sorotan publik terhadap dugaan masih eksisnya praktik kekerasan fisik di tubuh militer. Kekerasan yang kerap dibungkus dengan alasan “pendisiplinan” atau “tradisi” ini sudah sering dikritik oleh berbagai kalangan, termasuk lembaga HAM dan para mantan prajurit.

Pengamat militer menyebut, jika terbukti ada unsur kekerasan sistematis atau pembiaran oleh atasan, maka ini bukan hanya soal pidana personal, tetapi juga soal tata kelola dan budaya organisasi yang harus dievaluasi secara serius.

Perkembangan Penyelidikan Masih Berlangsung

Hingga berita ini diturunkan, proses penyelidikan dan pemeriksaan terhadap sejumlah personel di lingkungan Batalyon TP 843/WM Nagekeo masih berlangsung. Pihak keluarga dan publik luas kini menanti: apakah keadilan akan benar-benar ditegakkan, ataukah kasus ini akan senasib dengan banyak peristiwa serupa yang tenggelam dalam kesenyapan?

(Mond)

#Peristiwa #TNI #Militer #Kekerasan #AnggotaTNITewasDianiayaSenior