Serbia Memanas: Rusuh Besar Meletus di Tengah Tuduhan Korupsi Pemerintah dan Tuntutan Pemilu Dipercepat
Polisi mengamankan pengunjuk rasa saat demo pendukung partai berkuasa dan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Beograd, Serbia, Rabu (13/8/2025). Foto: Djordje Kojadinovic/REUTERS
D'On, Novi Sad, Serbia – Gelombang kemarahan publik yang telah membara selama berbulan-bulan akhirnya memuncak menjadi bentrokan besar pada Rabu (13/8) waktu setempat. Jalan-jalan di Kota Novi Sad, wilayah utara Serbia, berubah menjadi arena konfrontasi terbuka antara massa anti-pemerintah dan kelompok pendukung partai penguasa.
Dari laporan media lokal dan AFP, suasana mencekam tampak sejak sore hari. Dua kubu yang saling berseberangan melemparkan berbagai benda, termasuk botol, batu, hingga kembang api. Ledakan-ledakan kecil dari kembang api berpadu dengan teriakan massa, menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Polisi antihuru-hara dengan perlengkapan lengkap dikerahkan untuk memisahkan kedua kubu, tak hanya di Novi Sad, tetapi juga di titik-titik rawan lainnya di seluruh Serbia.
Akar Masalah: Tragedi Atap Stasiun yang Mengguncang Negeri
Pemicu awal kerusuhan ini berawal dari insiden tragis pada 1 November 2024, ketika atap stasiun kereta utama di Novi Sad ambruk. Tragedi itu menewaskan 16 orang dan melukai puluhan lainnya.
Bagi masyarakat Serbia, insiden tersebut bukan sekadar kecelakaan konstruksi, melainkan simbol dari korupsi yang mereka anggap telah mengakar kuat di pemerintahan. Tuduhan pun mengarah ke kemungkinan adanya penggelapan dana proyek renovasi stasiun yang nilainya mencapai jutaan euro.
Sejak saat itu, protes demi protes merebak hampir di seluruh wilayah Serbia. Demonstran menuntut investigasi yang benar-benar transparan dan bebas dari intervensi politik. Namun, pemerintah yang dipimpin Presiden Aleksandar Vucic, tokoh sayap kanan yang telah berkuasa sejak Mei 2017, dinilai lamban dan tidak serius menangani kasus ini.
Sembilan Bulan Ketegangan
Protes terhadap pemerintah sudah berlangsung selama sembilan bulan berturut-turut. Titik-titik demonstrasi kerap terpusat di kantor pusat maupun kantor daerah Partai Progresif Serbia (SNS), partai yang menjadi kendaraan politik Vucic.
Puncak ketegangan terbaru terjadi pada Rabu (13/8) kemarin. Di Ibu Kota Beograd, ratusan polisi melakukan penjagaan ekstra di depan gedung parlemen. Namun, upaya pengamanan tak mampu mencegah pecahnya bentrokan. Massa anti-pemerintah dan pendukung partai penguasa terlibat saling lempar di depan gedung parlemen.
Oposisi menuduh polisi bersikap pasif terhadap aksi kekerasan dari kubu pendukung pemerintah, sementara aparat justru bersikap keras terhadap kelompok anti-pemerintah. Kepolisian membantah tuduhan itu, dengan menyatakan bahwa 16 anggotanya juga mengalami luka-luka akibat bentrokan di berbagai titik.
Presiden Vucic dalam Tekanan
Presiden Aleksandar Vucic kini berada dalam posisi yang sulit. Selain menghadapi kemarahan publik, ia juga ditekan oleh oposisi dan berbagai kelompok masyarakat sipil untuk menggelar pemilu lebih awal.
Namun, Vucic menolak tegas tuntutan itu. Ia menuduh bahwa gelombang demonstrasi besar-besaran ini digerakkan oleh pihak asing yang ingin melemahkan dan menjatuhkan pemerintahannya.
"Seruan pemilu ini bukan murni aspirasi rakyat. Ada kekuatan luar yang ingin melihat Serbia goyah," ujar Vucic dalam pernyataan singkatnya. Ia juga meminta para pendukungnya untuk tetap tenang dan tidak terpancing provokasi, meskipun kenyataannya di lapangan menunjukkan situasi semakin sulit dikendalikan.
Serbia di Persimpangan Jalan
Hingga kini, suhu politik Serbia tetap panas. Jalanan di berbagai kota besar, termasuk Beograd dan Novi Sad, masih dipenuhi spanduk, bendera, dan teriakan tuntutan.
Gelombang protes yang terus berlanjut selama sembilan bulan tanpa tanda-tanda mereda menimbulkan kekhawatiran bahwa negara ini bisa memasuki periode ketidakstabilan politik yang panjang. Jika tuntutan transparansi investigasi tragedi Novi Sad dan pemilu dipercepat tak kunjung dipenuhi, potensi eskalasi lebih besar bukan mustahil terjadi.
Bagi rakyat Serbia, tragedi runtuhnya atap stasiun bukan sekadar musibah. Itu adalah titik balik yang membuka luka lama tentang ketidakadilan, kesenjangan, dan dugaan korupsi yang telah lama mereka rasakan. Dan di tengah jalanan yang dipenuhi gas air mata dan kembang api, pertanyaan terbesar pun menggantung di udara: apakah pemerintah Vucic mampu meredam badai ini, atau justru badai inilah yang akan mengakhiri pemerintahannya?
Sumber: AFP
#Internasional #Serbia #Demontrasi