Breaking News

Sanksi Berat dari FIFA: Telat Bayar Kompensasi Pemain, Semen Padang Dilarang Belanja Pemain Selama Tiga Jendela Transfer

Pemain Semen Padang FC Rosad Setiawan (kanan) berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Persita, pada pertandingan lanjutan BRI Liga 1 di Stadion H Agus Salim Padang, Sumatera Barat, Jumat (14/2/2025). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

D'On, Padang —
Klub kebanggaan Sumatera Barat, Semen Padang FC, tengah menghadapi situasi pelik yang mengguncang persiapan mereka menyambut musim kompetisi berikutnya. Tim berjuluk Kabau Sirah ini resmi dijatuhi sanksi oleh FIFA berupa larangan mendaftarkan pemain dalam tiga periode jendela transfer. Penyebabnya: keterlambatan pembayaran kompensasi terhadap sejumlah pemain asing yang kontraknya diputus di tengah musim.

Sanksi ini menjadi pukulan telak bagi klub yang baru saja tampil impresif dan sedang membangun ulang kekuatan tim. Dalam pernyataan resminya, CEO Semen Padang, Win Bernadino, mengakui bahwa denda dan hukuman ini muncul akibat keterlambatan manajemen dalam menuntaskan kewajiban finansial kepada eks pemain asing mereka.

“Jadi ini kan soal penyelesaian kompensasi. Saat putaran kedua, sejumlah pemain tidak diperpanjang kontraknya dan diputus. Nah, sesuai aturan FIFA, ketika memutus kontrak pemain, maka klub wajib menyelesaikan kompensasinya,” ujar Win dikutip dari kumparan, Senin (4/8).

Win menjelaskan, keterlambatan terjadi karena proses penyelesaian kontrak dilakukan di akhir musim kompetisi, bukan saat pemain resmi dilepas. Menurutnya, praktik ini lazim di klub-klub tanah air yang memprioritaskan pembayaran gaji dan operasional saat kompetisi berjalan, baru kemudian menyelesaikan kompensasi pemain usai musim berakhir.

Empat Pemain Asing Terlibat dalam Kasus Ini

Para pemain yang menjadi pokok sengketa dalam kasus ini seluruhnya berasal dari luar negeri. Mereka adalah:

  • Jan Vargas, bek tengah asal Panama yang tampil tangguh di lini belakang,
  • Ryohei Michibuchi, gelandang serang asal Jepang dengan visi bermain yang tajam,
  • Bruno Dybal, pemain asal Brasil yang dikenal sebagai pengatur tempo permainan,
  • serta Kenneth Ngwoke, striker Nigeria yang menjadi andalan di lini depan.

Keempat pemain tersebut kabarnya tidak menerima kompensasi secara tepat waktu setelah kontrak mereka diputus sebelum masa berakhirnya musim.

Akibatnya, para pemain melalui perwakilan hukumnya mengajukan aduan resmi ke FIFA. Organisasi sepak bola dunia itu kemudian mengeluarkan sanksi tegas berupa larangan registrasi pemain baru bagi Semen Padang, yang akan berlaku selama tiga jendela transfer, sebuah hukuman yang terbilang berat dan bisa memengaruhi nasib klub dalam jangka panjang.

Kompensasi Sudah Dibayar, Klub Menunggu Pencabutan Sanksi

Meski terlambat, pihak manajemen Semen Padang mengaku telah menyelesaikan seluruh tunggakan kompensasi tersebut. Win Bernadino menyebut bahwa pembayaran telah dilakukan pada Jumat (1/8) sore. Seluruh bukti pembayaran juga telah dikirimkan ke FIFA dan ke pengacara masing-masing pemain.

“Kita sudah selesaikan Jumat sore. Mungkin karena weekend, FIFA belum update. Tapi bukti pembayaran sudah kami kirimkan ke pengacara pemain masing-masing, juga ke FIFA. Sekarang kita tinggal menunggu respons dari FIFA untuk menghapus sanksinya,” jelas Win.

Menurutnya, pihak klub berharap agar FIFA segera mencabut larangan transfer agar Semen Padang bisa mempersiapkan tim dengan maksimal, terutama mengingat kebutuhan akan pemain baru sangat krusial untuk memperkuat skuad di musim mendatang.

Dampak Potensial dan Harapan Klub

Jika sanksi ini tak segera dicabut, Semen Padang akan berada dalam posisi yang sangat sulit. Tanpa kemampuan merekrut pemain baru, klub ini tidak hanya kehilangan daya saing, tetapi juga kesulitan dalam memperkuat kedalaman skuad, khususnya jika ada pemain yang hengkang atau mengalami cedera.

Situasi ini juga menyoroti tantangan finansial yang masih dihadapi klub-klub Indonesia, terutama terkait tata kelola kontrak dan kewajiban hukum terhadap pemain asing. Kasus Semen Padang bisa menjadi peringatan bagi klub-klub lain agar lebih profesional dalam mengelola urusan kontraktual, terlebih saat melibatkan pihak internasional yang langsung berada dalam pengawasan FIFA.

Semen Padang kini tinggal menunggu keputusan akhir dari FIFA. Klub berharap agar penyelesaian kompensasi yang telah dilakukan bisa membuka jalan bagi pencabutan sanksi. Namun, prosesnya bisa memakan waktu, tergantung dari evaluasi dokumen oleh otoritas sepak bola dunia tersebut.

Bagi para pendukung Kabau Sirah, ini menjadi momen penuh ketegangan dan harap-harap cemas. Mampukah Semen Padang melewati badai ini dan kembali bersaing di level tertinggi sepak bola Indonesia? Waktu dan profesionalisme manajemen akan menjadi penentu.

(Mond)

#SemenPadangFC #Sepakbola #Olahraga #FIFA