Breaking News

Pegawai BPS Dibunuh Rekan Sendiri: Uang Hasil Rampokan Dipakai Beli Tiket Ortu dan Judi Online

Warga Kota Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, datangi lokasi rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap KLP alias Tiwi (30) tahun, pegawai Badan Pusat Statestik (BPS) di Desa Soagimalaha, Kota Maba, Jumat (8/8/2025).

D'On, Halmahera Timur
— Tragedi memilukan menimpa keluarga besar Badan Pusat Statistik (BPS) Halmahera Timur. Seorang pegawai muda, KLP alias Tiwi (30), ditemukan tewas di kamarnya pada Sabtu, 19 Juli 2025. Yang mengejutkan, pelakunya ternyata adalah rekan kerjanya sendiri, Aditya Hanafi (27), yang tega menghabisi nyawa korban demi uang.

Kasus ini kian menggemparkan setelah polisi mengungkap fakta baru: uang yang dirampas dari korban bukan untuk biaya pernikahan seperti rumor yang sempat beredar, melainkan dipakai untuk membeli tiket pesawat orang tua pelaku dari Jakarta ke Ternate, serta untuk melunasi utang dan... bermain judi online.

“Tidak (untuk biaya pernikahan). Uang itu hanya digunakan untuk membeli tiket pesawat orangtuanya dari Jakarta ke Ternate,” tegas Kapolsek Maba Selatan, Ipda Habiem Ramadya, Minggu (10/8).

“Sebagian uang digunakan untuk membayar utang, sisanya untuk deposit judi online,” tambahnya.

Awal Mula: Permintaan Pinjaman yang Ditolak

Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa sebelum peristiwa tragis itu, Aditya sempat meminjam uang kepada korban. Namun permintaan tersebut ditolak. Penolakan ini rupanya memicu niat jahat yang telah lama terpendam.

Aditya, yang saat itu sedang berada di kamar calon istrinya yang ironisnya juga teman dekat korban mulai mengintai gerak-gerik Tiwi. Pagi itu, Sabtu (19/7), ia membuntuti korban hingga ke kamarnya.

Pemaksaan dan Perampokan Brutal

Setibanya di kamar, Aditya memaksa Tiwi membuka ponselnya. Dengan ancaman, ia menuntut korban memberikan PIN aplikasi keuangan. Dalam tekanan, korban menuruti perintah. Pelaku langsung mentransfer uang sebesar Rp 38 juta ke akun GoPay miliknya.

Belum puas, ia kemudian menggunakan identitas korban untuk mengajukan pinjaman online, yang berhasil mencairkan dana tambahan. Dalam waktu singkat, total uang yang berhasil dikuras mencapai Rp 89 juta.

Setelah mendapatkan uang yang diinginkan, Aditya membekap korban hingga tewas.

Menikah Seolah Tak Terjadi Apa-apa

Dengan tubuh korban terbujur kaku di kamar, Aditya melarikan diri ke Ternate. Yang lebih mengiris hati, ia tetap melangsungkan pernikahannya beberapa hari kemudian, seakan tidak pernah melakukan kejahatan.

Namun pelarian itu tak berlangsung lama. Polisi yang bergerak cepat berhasil melacak keberadaannya. Aditya ditangkap tak lama setelah akad nikah berlangsung.

Proses Hukum dan Pemeriksaan Saksi

Hingga kini, polisi telah memeriksa delapan saksi untuk mengungkap secara menyeluruh motif dan peran pihak-pihak terkait. Istri pelaku juga akan segera dimintai keterangan, guna memastikan sejauh mana ia mengetahui atau bahkan terlibat dalam rencana kejahatan ini.

Kasus ini menjadi pukulan berat bagi keluarga besar BPS Halmahera Timur. Seorang pegawai yang dikenal ramah dan berdedikasi harus kehilangan nyawa di tangan rekan yang seharusnya menjadi teman seperjuangan di kantor.

Tragedi yang Menyisakan Luka

Peristiwa ini bukan hanya mencoreng nama baik instansi, tetapi juga meninggalkan luka mendalam di hati keluarga korban. Polisi menegaskan bahwa proses hukum akan dilakukan secara tegas dan transparan, mengingat kasus ini melibatkan unsur perampokan, pembunuhan berencana, dan pencucian uang melalui aktivitas judi online.

Kapolsek Maba Selatan mengingatkan bahwa perjudian online sering menjadi pemicu kejahatan serius. “Ini contoh nyata bagaimana judi online dapat menghancurkan masa depan seseorang, bahkan merenggut nyawa orang lain,” ujarnya.

Kini, publik menantikan proses persidangan yang akan menentukan hukuman bagi Aditya. Namun, bagi keluarga Tiwi, kehilangan ini tak akan pernah terbayar dengan apapun.

(Che/K)

#Pembunuhan #Kriminal #BPS