Breaking News

Sumbang Duo Baleh: Warisan Adat Minangkabau yang Nyaris Terlupa di Era Modern

Ilustrasi Perempuan Minang Tempo Dulu 

Dirgantaraonline
- Dalam tatanan budaya Minangkabau yang sarat akan nilai dan falsafah hidup, terdapat satu pusaka tak ternilai yang secara khusus ditujukan untuk membentuk karakter perempuan Minang: Sumbang Duo Baleh. Istilah ini merujuk pada dua belas aturan adab yang menjadi pedoman hidup bagi kaum perempuan untuk menjaga kehormatan, tata krama, dan martabat mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Namun hari ini, nilai-nilai luhur tersebut perlahan-lahan menghilang, tergerus oleh derasnya arus modernisasi dan perubahan pola pikir generasi muda. Apa sebenarnya makna dari Sumbang Duo Baleh? Mengapa ia begitu penting? Dan bagaimana nasibnya di tengah zaman yang semakin meninggalkan akar budayanya sendiri?

Makna dan Fungsi Sumbang Duo Baleh

Sumbang Duo Baleh bukan sekadar rangkaian aturan adat. Ia adalah cerminan nilai-nilai pendidikan karakter, spiritualitas, dan kehormatan yang telah dijunjung tinggi oleh nenek moyang Minangkabau selama berabad-abad.

Dalam bahasa Minang, kata "sumbang" bukan hanya berarti "tidak sopan", tapi juga menunjuk pada hal-hal yang tabu, memalukan, dan tidak pantas dilakukan, terutama oleh seorang perempuan. Aturan ini menekankan kesopanan yang menyatu dalam gerak tubuh, ucapan, perilaku, hingga cara berpakaian dan bergaul.

Ke-12 aturan ini meliputi:

  1. Sumbang Duduak
    Perempuan Minang diajarkan untuk duduk bersimpuh, tidak sembarangan duduk apalagi dengan gaya santai yang dianggap tidak sopan. Cara duduk mencerminkan kepribadian dan kesantunan.

  2. Sumbang Tagak
    Berdiri pun harus beradab tidak berkacak pinggang, tidak berdiri dengan postur yang mencolok atau menantang. Tubuh yang tegak dan anggun mencerminkan ketenangan hati.

  3. Sumbang Bajalan
    Cara berjalan yang tergesa-gesa, menghentak, atau mengundang perhatian dianggap melanggar adat. Perempuan Minang berjalan dengan langkah yang tenang dan teratur.

  4. Sumbang Kato
    Berbicara harus lembut, penuh pertimbangan, tidak kasar atau menyakitkan. Lidah adalah cerminan hati, dan adab bertutur adalah bentuk paling nyata dari kecerdasan emosional.

  5. Sumbang Caliak
    Pandangan mata pun diatur. Tidak menatap dengan tajam atau genit, terutama kepada lawan jenis. Mata adalah jendela kepribadian, dan harus dijaga kehormatannya.

  6. Sumbang Makan
    Makan tidak sambil berdiri, tidak sambil berbicara, apalagi sambil bermain gadget seperti yang jamak hari ini. Makan adalah waktu yang disakralkan dalam kebersamaan dan kesyukuran.

  7. Sumbang Pakai
    Pakaian harus bersih, rapi, dan menutup aurat sesuai norma adat. Perempuan bukan hanya berpakaian untuk menutup tubuh, tapi juga menjaga marwah keluarga.

  8. Sumbang Karajo
    Dalam bekerja, seorang perempuan harus tekun dan bertanggung jawab. Tidak asal-asalan, tidak bermalas-malasan. Setiap kerja adalah ibadah.

  9. Sumbang Tanyo
    Bertanya harus pada tempatnya, tidak menyela, tidak menggurui, apalagi menyudutkan. Bertanya adalah seni merendah untuk meninggi.

  10. Sumbang Jawek
    Menjawab pertanyaan pun harus penuh etika tidak menyolot, tidak menjawab dengan ketus, apalagi meremehkan.

  11. Sumbang Bagaua
    Pergaulan dijaga dengan bijak. Terutama dengan lawan jenis, perempuan Minang harus menjaga batas, tidak bercanda berlebihan atau menunjukkan keakraban yang tak layak.

  12. Sumbang Kurenah
    Kurenah atau tingkah laku adalah representasi karakter. Tingkah laku yang berlebihan, centil, pamer, atau sok-sokan disebut melanggar sumbang kurenah.

Cerminan Karakter dan Identitas Perempuan Minang

Sumbang Duo Baleh tidak hanya mengatur cara perempuan bersikap di depan umum, tapi juga mendidik mereka menjadi pribadi yang berbudi pekerti, santun, dan terhormat. Nilai-nilai ini tertanam sejak kecil melalui pendidikan informal di dalam rumah, di bawah bimbingan ibu, mamak, dan niniak mamak.

Dengan menjaga sumbang, perempuan Minang tidak hanya menjaga dirinya sendiri, tetapi juga nama baik keluarga dan suku. Dalam adat Minangkabau yang matrilineal, perempuan memegang posisi kunci sebagai pewaris harta dan garis keturunan. Maka kehormatan seorang perempuan adalah kehormatan seluruh kaum.

Sumbang Duo Baleh dalam Ancaman: Di Mana Perempuan Minang Hari Ini?

Namun kini, warisan adat ini menghadapi tantangan serius. Banyak generasi muda Minang yang bahkan tidak pernah mendengar istilah Sumbang Duo Baleh. Gaya hidup modern yang menekankan kebebasan individual, tren media sosial yang mengedepankan ekspresi tanpa batas, hingga minimnya pendidikan adat di sekolah menjadi faktor penyebab utama.

Fenomena ini sangat terasa:

  • Gaya berpakaian yang semakin terbuka, tanpa memikirkan norma kesopanan.
  • Cara berbicara yang kasar, frontal, bahkan tidak mengenal hierarki sosial atau kekerabatan.
  • Interaksi lawan jenis yang nyaris tanpa batas—baik secara langsung maupun lewat media digital.
  • Perempuan tak lagi malu bersuara keras di tempat umum, menyindir, atau menunjukkan kemarahan di depan umum, bahkan dalam siaran langsung di media sosial.

Yang lebih menyedihkan, sebagian besar tidak menyadari bahwa mereka telah melanggar adat yang dulu dijunjung tinggi. Mereka tidak tahu bahwa hal yang tampak sepele itu cara duduk, cara menatap, cara berbicara pernah menjadi ukuran utama kualitas seorang perempuan Minang.

Menyelamatkan Sumbang Duo Baleh: Tanggung Jawab Siapa?

Kini kita dihadapkan pada pertanyaan penting: apakah Sumbang Duo Baleh masih relevan? Jawabannya bukan sekadar ya atau tidak, tetapi bagaimana kita menghidupkan kembali nilai-nilainya dalam konteks kekinian.

  • Keluarga harus menjadi sekolah pertama pendidikan adat. Orang tua Minang perlu mengenalkan kembali nilai ini kepada anak-anak sejak dini.
  • Sekolah dan lembaga adat bisa memasukkan pelajaran adat istiadat lokal ke dalam kurikulum muatan lokal.
  • Komunitas dan media juga harus memainkan peran. Mengangkat kembali diskusi adat dalam bentuk konten kreatif akan membuat anak muda lebih tertarik.
  • Dan perempuan Minang sendiri, di manapun ia berada, harus mulai bertanya pada dirinya sendiri: “Apakah aku masih hidup dalam batas Sumbang Duo Baleh?”

Saatnya Kembali ke Akar

Sumbang Duo Baleh bukan belenggu. Ia adalah penjaga nilai, pagar kehormatan, dan lentera yang menerangi jalan perempuan Minang agar tetap anggun, cerdas, dan berwibawa. Di tengah gelombang globalisasi, nilai ini tidak seharusnya ditinggalkan, melainkan diselaraskan.

Perempuan Minang masa kini bisa menjadi modern tanpa kehilangan akar. Ia bisa cerdas, mandiri, berkarier, dan tetap sopan dalam tutur, tindak, dan pakai. Karena sejatinya, menjadi perempuan Minang adalah tentang kehormatan, bukan sekadar kebebasan.

Penulis: Osmond Abu Khalil 

#Adab #BudayaMinang #Minangkabau #SumbangDuoBaleh