Prabowo di Rusia: Indonesia Terancam Bahaya Besar, Kolusi-Elite Politik Cengkeram Negara
Presiden RI Prabowo Subianto di Forum Ekonomi Internasional The 28th St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF 2025) pada Jumat (20/6/2025). Foto: YouTube/ Sekretariat Presiden
D'On, St. Petersburg, Rusia — Dalam pidato yang menggugah di hadapan para pemimpin dan ekonom dunia di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, menyuarakan kekhawatiran mendalam yang mengancam masa depan bangsa. Ia menyebut sebuah fenomena berbahaya yang menurutnya bisa menggerogoti sendi-sendi demokrasi dan merampas masa depan rakyat: "state capture" atau penangkapan negara oleh kepentingan sempit segelintir elite.
"Di negara berkembang seperti Indonesia, ada bahaya besar yang kami sebut state capture—kolusi antara kapital besar, pejabat pemerintahan, dan elite politik," tegas Prabowo dari podium utama forum prestisius yang dihadiri lebih dari 100 negara, Jumat (20/6).
Apa Itu "State Capture"?
Istilah state capture bukan sekadar jargon. Ini merujuk pada situasi ketika kebijakan publik, perundangan, dan keputusan-keputusan negara tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat luas, melainkan diarahkan oleh sekelompok kecil oligarki—para pemilik modal besar yang bekerja sama secara diam-diam dengan oknum pejabat dan politisi.
Menurut Prabowo, pola ini telah menjadi kanker laten di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Alih-alih mempercepat pembangunan dan mengentaskan kemiskinan, kolusi semacam ini justru memperlebar jurang kesenjangan sosial.
"Kolusi ini tidak membantu mengentaskan kemiskinan atau memperluas kelas menengah. Justru mengunci peluang masyarakat kecil untuk maju," ujarnya dengan nada serius.
Visi Ekonomi Prabowo: Jalan Tengah antara Sosialisme dan Kapitalisme
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga membeberkan pandangan ekonominya secara filosofis sebuah pendekatan yang ia sebut sebagai jalan tengah, perpaduan antara semangat sosialisme dan dinamika kapitalisme.
"Saya memilih jalan kompromi: mengambil yang terbaik dari sosialisme dan kapitalisme," ucap mantan Danjen Kopassus itu.
Ia menjelaskan bahwa sosialisme murni terlalu idealistik dan sering gagal memotivasi individu untuk bekerja dan berinovasi. Sebaliknya, kapitalisme murni, meskipun produktif, menciptakan ketimpangan ekstrem di mana hanya segelintir orang yang menikmati kekayaan negara.
"Kapitalisme murni menghasilkan ketimpangan. Hanya sebagian kecil yang menikmati hasil kekayaan," tegasnya.
Pemerintah Harus Turun Tangan Lindungi Rakyat
Menurut Prabowo, negara tidak bisa bersikap pasif. Pemerintah harus hadir secara aktif terutama untuk memberantas kemiskinan, menghapus kelaparan, dan melindungi kelompok rentan yang tersingkir dari kompetisi ekonomi.
"Kita butuh kreativitas kapitalisme inisiatif dan inovasi. Tapi kita juga perlu intervensi pemerintah agar tidak ada rakyat yang tertinggal," katanya.
Prabowo kemudian merangkum prinsip ekonomi yang ia usung dalam satu kalimat sederhana namun penuh makna:
"Filosofi ekonomi kami adalah: kebaikan terbesar untuk sebanyak mungkin orang. Pemerintah harus bekerja untuk memberikan kebaikan terbesar bagi sebanyak mungkin rakyat," tegasnya, disambut tepuk tangan para hadirin.
Pemerintahan Bersih: Syarat Mutlak Pembangunan Cepat
Tak berhenti sampai di situ, Prabowo menekankan bahwa semua visi tersebut mustahil terwujud tanpa pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Baginya, pemberantasan korupsi bukan sekadar agenda hukum, tapi landasan utama pembangunan nasional.
"Kita harus punya pemerintahan yang bersih dari korupsi. Saya percaya, inilah kunci pembangunan yang cepat dan berkelanjutan," tutup Prabowo, mengakhiri pidatonya dengan pernyataan yang menjadi refleksi bagi banyak negara berkembang.
Catatan:
Pidato Prabowo ini tidak hanya mencerminkan arah kebijakan ekonomi Indonesia di masa depan, tetapi juga membuka tabir tantangan yang sedang dan akan dihadapi. Apakah Indonesia mampu keluar dari cengkeraman korupsi dan kolusi? Atau justru tersandera oleh kekuatan-kekuatan lama yang enggan melepas kendali?
Waktu dan tindakan nyata akan menjadi jawaban. Namun satu hal pasti: sorotan dunia kini tertuju pada Indonesia. Dan Prabowo baru saja memberi sinyal bahwa pertarungan besar akan segera dimulai di medan perang yang tak kalah berbahaya: perang melawan korupsi dan ketidakadilan sistemik.
(K)
#Nasional #PrabowoSubianto #Korupsi #Kolusi