Breaking News

Netanyahu Isyaratkan Bunuh Ayatollah Khamenei Sebagai Kunci Akhiri Konflik Iran-Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato politik saat Hari Peringatan Israel untuk mengenang Prajurit yang gugur di Tugu Peringatan Yad LaBanim, Yerussalem, Israel, Selasa (29/4/2025). Foto: Abir Sultan/POOL/AFP

D'On, Yerusalem
– Ketegangan berkepanjangan antara Israel dan Iran kini memasuki babak baru yang semakin berani dan kontroversial. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara terbuka menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menghentikan permusuhan dua negara ini adalah dengan menghabisi sosok paling berpengaruh di Iran: Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam wawancara eksklusif dengan ABC News pada Senin (16/6), Netanyahu menyampaikan pernyataan yang langsung mengguncang jagat diplomatik dan geopolitik dunia. Ia menilai bahwa kematian Ayatollah Khamenei bukanlah tindakan yang akan memicu eskalasi, melainkan solusi final untuk meredam konflik berlarut antara kedua negara yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

“Itu tidak akan memperbesar konflik, justru akan mengakhirinya,” ujar Netanyahu dengan nada yakin.

Rencana yang Terbentur Veto Gedung Putih

Netanyahu bahkan mengonfirmasi bahwa Israel telah menyusun rencana terperinci untuk melaksanakan operasi pembunuhan terhadap Ayatollah Khamenei. Namun, rencana tersebut ternyata mendapat tentangan keras dari sekutu terdekat Israel Amerika Serikat.

Menurut laporan eksklusif dari Reuters yang mengutip dua pejabat tinggi AS, Presiden Donald Trump kala itu secara pribadi memveto rencana Israel tersebut. Veto itu disebut-sebut dikeluarkan hanya beberapa hari sebelum wawancara Netanyahu ditayangkan, menandakan bahwa ketegangan dan pembicaraan di balik layar berlangsung sangat intens.

Penolakan Trump tampaknya bukan karena keberpihakan kepada Iran, melainkan kekhawatiran akan efek domino geopolitik yang bisa mengobarkan perang besar di kawasan, bahkan mungkin memicu krisis nuklir.

Ancaman Perang Nuklir dan Persepsi Netanyahu

Dalam pernyataannya, Netanyahu menggambarkan Iran sebagai aktor agresif yang secara konsisten mendorong dunia ke ambang kehancuran global. Ia menuding Teheran sengaja mempertahankan ketegangan demi kepentingan strategisnya, termasuk program nuklir yang kontroversial.

“Iran ingin perang berlangsung selamanya. Mereka sengaja menyeret dunia ke ambang perang nuklir,” tegas Netanyahu.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa tindakan Israel selama ini bukanlah bentuk provokasi, melainkan upaya perlindungan terhadap eksistensi negaranya dan stabilitas kawasan. Menurutnya, Israel berupaya mencegah terjadinya kehancuran yang lebih luas dengan menghadapi “kekuatan jahat” secara langsung.

“Faktanya, yang kami lakukan adalah mencegah perang besar. Mengakhiri agresi itu. Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menghadapi kekuatan jahat secara frontal,” ujarnya.

Respons Dunia dan Potensi Dampak

Pernyataan Netanyahu ini menuai beragam reaksi dari komunitas internasional. Beberapa pihak menyatakan keprihatinan atas retorika yang dinilai sangat provokatif dan berpotensi memperkeruh situasi di Timur Tengah, wilayah yang telah lama menjadi ladang konflik geopolitik.

Pengamat politik Timur Tengah, Dr. Lina Haroun dari Universitas Georgetown, menyebut bahwa seruan Netanyahu ini bukan sekadar retorika, tetapi sinyal serius bahwa Israel siap mengambil langkah ekstrem demi menghentikan ancaman yang mereka nilai eksistensial.

“Jika Ayatollah benar-benar menjadi target, dunia mungkin menyaksikan serangan terkoordinasi yang dampaknya bisa lebih besar daripada serangan terhadap Soleimani,” ujarnya, merujuk pada jenderal Iran yang tewas dalam serangan drone AS pada 2020.

Menuju Titik Didih

Dengan situasi yang semakin memanas, pertanyaan besar kini menggantung di udara: apakah Netanyahu benar-benar akan melangkah sejauh itu? Dan jika ya, bagaimana respons Iran dan komunitas internasional?

Yang pasti, ucapan Netanyahu telah membuka babak baru dalam konfrontasi Israel-Iran babak yang tidak hanya dipenuhi ketegangan, tetapi juga mengandung risiko besar bagi stabilitas kawasan dan keamanan global.

(ABCNews)

#Internasional #BenjaminNetanyahu #AyatollahKhameni