Breaking News

Kisah Menggelitik di Balik Jenazah ODGJ: Sopir Ambulans Tersesat, Pendamping Ternyata Juga Pasien RSJ

Viral Sopir Ambulans Bingung Antar Jenazah Pasien RSJ. (Foto: IG)

D'On, Gowa
- Di tengah riuhnya informasi yang berseliweran di media sosial, sebuah video sederhana mendadak mencuri perhatian publik. Bukan karena sensasi atau kontroversi, tapi karena kisah nyata yang begitu absurd sekaligus menyentuh. Cerita itu datang dari seorang sopir ambulans yang mengantar jenazah dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dadi, Makassar, ke sebuah alamat di Kabupaten Gowa yang ternyata hanya ada dalam ingatan samar dua orang yang justru sama-sama tak sehat secara mental.

Peristiwa ini viral setelah dibagikan akun Instagram @feedgramindo pada Kamis (12/6/2025). Dalam video berdurasi singkat itu, tergambar seorang sopir ambulans yang berdiri dengan ekspresi kebingungan. Di belakangnya, mobil ambulans terparkir rapi, membawa satu jenazah pasien Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Namun yang seharusnya menjadi perjalanan terakhir penuh penghormatan bagi almarhum, justru berubah menjadi kisah komedi kelam yang nyata.

Pengantar Jenazah Tak Tahu Arah

Jenazah yang dibawa merupakan pasien ODGJ yang meninggal dunia di RSJ Dadi. Sebagai bagian dari prosedur, jenazah harus diantar ke rumah duka  yang disebut berada di Kabupaten Gowa, sekitar 30 kilometer dari Makassar. Pihak rumah sakit mempercayakan pengantaran jenazah kepada sang sopir ambulans, Suparman, dengan dua orang pendamping yang mengaku sebagai teman pasien. Namun tak satu pun dari mereka adalah keluarga kandung, dan belakangan diketahui: mereka juga merupakan pasien ODGJ.

“Temannya ikut antar, tapi ternyata juga pasien jiwa,” ujar Suparman dalam video yang kini telah ditonton ratusan ribu kali.

Awalnya, kedua pendamping meyakinkan bahwa mereka tahu lokasi rumah almarhum. Tapi begitu mobil melaju meninggalkan gerbang rumah sakit, kepercayaan itu mulai luntur. Ketika Suparman mulai bertanya soal jalan yang harus diambil, jawaban mereka hanya singkat: “Ke Gowa.”

Tanpa nama jalan. Tanpa nomor rumah. Tanpa titik koordinat.

Suparman yang hanya bermodalkan alamat samar itu mulai merasa ragu. Ia mencoba menggali informasi lebih lanjut dari dua penumpangnya  namun tak satu pun bisa memberi jawaban yang pasti. Ketika ditanya ulang, mereka hanya tersenyum lebar, atau terdiam dalam kebingungan.

“Saya tanya, mereka diam saja. Kadang senyum-senyum. Mau dibawa ke mana kalau alamatnya nggak tahu?” ungkap Suparman sambil menggaruk kepala.

Sopir Ambulans Jadi Bingung Sendiri

Tak tahu harus melaju ke arah mana, Suparman akhirnya menghentikan mobil ambulans di pinggir jalan. Dalam video, ia terlihat berdiri di samping mobil, menatap jalanan dengan tatapan kosong. Situasi menjadi serba ganjil  jenazah sudah siap dikuburkan, namun alamat tujuan menghilang entah ke mana. Dua orang yang diharapkan bisa menjadi penunjuk jalan justru berada dalam dunia mereka sendiri.

“Mereka ikut antar, tapi yang satu jawabannya mutar-mutar, yang satu lagi malah ketawa-ketawa,” tambah Suparman dalam narasi videonya.

Situasi ini tak pelak menimbulkan reaksi emosional di media sosial. Banyak warganet yang tertawa geli melihat kekacauan yang terjadi, tapi tak sedikit juga yang merasa miris akan realitas penanganan pasien dengan gangguan jiwa di Indonesia.

Reaksi Warganet: Tertawa dalam Keprihatinan

Kolom komentar unggahan tersebut dibanjiri berbagai reaksi. Sebagian menyamakan kisah ini dengan sketsa lawakan.

“Jadi kayak film Warkop DKI. Nanya bingung, ditanya bingung, kita yang nonton juga bingung,” tulis akun @ciy***.

“Untung abang sopirnya nggak ikut gila juga nyari alamat,” celetuk akun @ars***.

Namun ada pula yang menyoroti kurangnya pendampingan yang layak dalam proses pemulangan jenazah pasien ODGJ.

“Ini bukti bahwa sistem kita masih banyak bolongnya. Masa antar jenazah ODGJ bisa diserahkan ke sesama pasien?” tulis akun @ren***.

Sisi Lain dari Dunia ODGJ: Terlupakan dalam Hidup, Sendiri Saat Mati

Kisah ini mencerminkan kondisi pasien gangguan jiwa yang kerap terabaikan. Dalam hidup, mereka sering dijauhi, dianggap aneh, bahkan disingkirkan. Dan ketika mereka meninggal dunia, sering kali tak ada keluarga yang hadir untuk melepas kepergian mereka. Hanya sesama pasien  yang juga tak sepenuhnya sadar dengan realitas  yang mengantar mereka ke tempat peristirahatan terakhir.

Dalam kondisi seperti ini, tanggung jawab institusi seperti rumah sakit menjadi krusial. Pemulangan jenazah seharusnya dilakukan dengan pendamping yang memiliki kapasitas dan informasi memadai, bukan semata berdasarkan siapa yang bersedia ikut.

Pelajaran dari Kejadian Unik Ini

Meskipun viral karena kelucuannya, kisah sopir ambulans yang tersesat ini menyimpan pesan mendalam: pentingnya memperlakukan ODGJ dengan lebih manusiawi  bahkan setelah mereka meninggal dunia. Kematian adalah momen sakral yang seharusnya dijalani dengan martabat, bukan kebingungan.

Ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki prosedur rumah sakit dalam penanganan pasien ODGJ, termasuk dalam proses pemulangan jenazah. Keterlibatan pihak keluarga atau pendamping profesional sangat dibutuhkan untuk mencegah kejadian seperti ini terulang kembali.

Karena di balik tawa yang muncul dari keanehan cerita ini, ada luka sosial yang masih menganga  tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, memperlakukan mereka yang paling rentan.

Catatan: Kisah ini bukan sekadar anekdot lucu. Ia adalah potret nyata tentang betapa rapuhnya sistem pendampingan pasien gangguan jiwa di negeri ini. Maka, mungkin sudah saatnya kita berhenti tertawa sejenak, dan mulai bertanya: sudahkah kita benar-benar peduli?

(Mond)

#Peristiwa #Viral #ODGJ