Pemuda Pancasila Nyaris Baku Hantam dengan Sekelompok Pemuda di RSU Tangsel: Kisruh Lahan Parkir yang Sudah Lama Mengendap
Pemuda Pancasila dan Sekelompok Pria Nyaris Baku Hantam Gegara Lahan Parkir di RSU Tangsel
D'On, Tangerang Selatan – Suasana di depan Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, Pamulang, Rabu (21/5/2025), mendadak memanas. Dua kelompok pria yang salah satunya berasal dari organisasi masyarakat (Ormas) Pemuda Pancasila (PP) terlibat persitegangan sengit. Adu mulut yang berlangsung sejak siang hari itu hampir berujung bentrokan fisik, dipicu oleh satu persoalan klasik: pengelolaan lahan parkir.
Sengketa ini bukan sekadar cekcok biasa. Di balik keributan itu tersimpan konflik laten antara kepentingan masyarakat lokal yang merasa telah lama mengelola parkir secara "tradisional", dan kepentingan perusahaan swasta yang memenangkan lelang resmi pengelolaan parkir dari pihak berwenang.
Lahan Parkir Jadi Medan Kuasa
Ketegangan mulai mencuat ketika sebuah perusahaan pengelola parkir datang ke area depan RSU Tangsel dan langsung melakukan pengecoran pondasi untuk memasang sistem palang otomatis (barrier gate). Tanpa pengumuman, tanpa rapat lingkungan, pekerjaan dimulai begitu saja.
"Ini rumah sakit, bukan terminal. Harusnya ada pemberitahuan, ada musyawarah. Kami warga di sini juga punya hak bicara," tegas Subi, Wakil Komandan Komando Inti (Wadan Koti) Pemuda Pancasila Tangsel, di lokasi.
Subi dan kelompoknya merasa dipinggirkan. Menurut mereka, pengelolaan parkir yang telah dilakukan selama bertahun-tahun seolah dihapus begitu saja tanpa pelibatan. Bagi mereka, parkir bukan sekadar lahan usaha, tapi juga simbol kontrol atas wilayah yang selama ini mereka “jaga”.
Ejekan hingga Nyaris Adu Fisik
Meski belum terjadi bentrokan terbuka, ketegangan terlihat jelas di antara kedua pihak. Puluhan pria dari masing-masing kubu berdiri saling berhadapan. Sesekali terdengar umpatan dan sindiran tajam.
"Lo peran lo apa di sini? Cuma ngerokok, ngopi, narikin duit? Itu pungli namanya!" teriak seorang pria berbaju merah yang diyakini merupakan bagian dari tim perusahaan pengelola parkir.
Teriakan itu langsung memicu amarah dari kelompok Ormas yang merasa tersinggung. Beberapa pria maju ke depan, namun ditahan oleh rekan-rekannya. Ketegangan semakin membuncah, namun kedua belah pihak masih mencoba menjaga emosi. Belum ada pukulan yang melayang, tetapi suasana sudah lebih dari cukup untuk membuat pengunjung rumah sakit merasa waswas.
RSU Tangsel Bungkam, Publik Menonton
Keributan ini bukan hanya menjadi tontonan bagi masyarakat sekitar, tapi juga mengundang perhatian para pengunjung dan staf rumah sakit. Sayangnya, hingga sore hari, tak tampak upaya mediasi dari pihak RSU maupun aparat terkait. Pihak rumah sakit sendiri memilih bungkam saat dimintai tanggapan.
Situasi ini membuat publik bertanya-tanya: Mengapa konflik yang menyangkut fasilitas umum seperti rumah sakit bisa dibiarkan tanpa penyelesaian jelas?
Perusahaan Mengaku Sudah Empat Kali Digagalkan
Dari pihak perusahaan, narasi yang dibawa berbeda. Seorang perwakilan yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa proses ini sudah berlangsung lama dan selalu gagal akibat intervensi kelompok lokal.
"Kami sudah empat kali mencoba pasang sistem parkir resmi di sini. Sudah negosiasi, koordinasi, semua kami tempuh. Tapi selalu gagal. Kalau mereka bilang tidak ada pemberitahuan, itu tidak benar," ucapnya tegas.
Ia menekankan bahwa pemasangan barrier gate bukan semata urusan bisnis, tapi upaya penertiban dan peningkatan pelayanan. “Bayangkan rumah sakit sebesar ini, tapi sistem parkirnya masih manual dan tidak jelas ke mana uang parkir mengalir,” tambahnya.
Tarif Parkir, Siapa yang Menikmati?
Saat ini, pengelolaan parkir di RSU Tangsel dikuasai oleh kelompok warga dan Ormas yang mengenakan tarif Rp3.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil. Tidak ada tiket resmi, tidak ada mesin pencatat, dan tidak ada transparansi kemana uang masuk disetorkan.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah pengelolaan fasilitas publik seperti rumah sakit boleh diserahkan kepada kelompok informal tanpa legalitas jelas?
Kisruh yang Harus Diselesaikan dengan Kepala Dingin
Ketegangan yang hampir pecah ini menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah daerah, pengelola RSU, dan aparat keamanan untuk segera turun tangan. Lahan parkir rumah sakit bukan hanya soal pemasukan atau kontrol wilayah—tapi juga menyangkut kenyamanan dan keamanan publik.
Jika tidak ditangani secara arif dan terbuka, konflik ini bisa menjelma menjadi potensi kekerasan yang merugikan semua pihak terutama warga sipil yang datang ke rumah sakit demi pelayanan kesehatan, bukan untuk menyaksikan adu kuasa.
(*)
#PemudaPancasila #Bentrok #LahanParkir