Breaking News

Operasi Besar-Besaran Polda Riau: 169 Tersangka Premanisme Diciduk, 13 Di Antaranya Masih di Bawah Umur

Polda Riau bersama jajaran berhasil mengamankan sebanyak 169 tersangka dalam operasi penindakan terhadap aksi premanisme yang digelar sejak 1 hingga 14 Mei 2025.

D'On, Pekanbaru
Di balik gempuran aparat hukum yang berlangsung senyap tapi sistematis selama dua pekan terakhir, terkuak sebuah fakta mencengangkan: 169 orang diamankan dalam operasi penumpasan premanisme di Riau. Lebih memilukan lagi, 13 dari mereka masih berusia di bawah 18 tahun.

Operasi yang digelar sejak 1 hingga 14 Mei 2025 ini menunjukkan betapa mengakar dan kompleksnya jaringan kekerasan jalanan yang kini mulai melibatkan usia muda. Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Riau, Brigadir Jenderal Polisi Yossy Kusumo, menegaskan bahwa Riau tidak akan menjadi ladang subur bagi praktik premanisme dalam bentuk apa pun.

“Kami tidak akan beri ruang sekecil apa pun. Riau bukan tempat bagi preman, baik itu individu, kelompok, maupun yang mengatasnamakan organisasi masyarakat,” tegasnya di hadapan awak media di Mapolda Riau, Kamis (15/5/2025).

Potret Mengkhawatirkan: Anak Sekolah Jadi Preman Jalanan

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Riau, Komisaris Besar Polisi Asep Darmawan, mengungkapkan rincian yang menggambarkan betapa rumitnya persoalan ini. Dari 169 tersangka, 163 adalah laki-laki dan 6 perempuan. Yang paling mengejutkan, 13 di antaranya merupakan anak-anak yang masih duduk di bangku SMA dan SMK.

“Anak-anak ini terjerat dalam pusaran kekerasan jalanan. Mereka kami proses sesuai dengan ketentuan hukum perlindungan anak melalui mekanisme diversi,” ujar Kombes Asep.

Selain itu, sebanyak 49 tersangka berada dalam rentang usia 18–25 tahun usia yang seharusnya produktif dan penuh harapan. Sebanyak 106 tersangka berusia 25–55 tahun, dan 4 lainnya telah melewati usia 55 tahun.

Kejahatan Jalanan: Dari Pemalakan Hingga Pembacokan

Kasus yang diungkap dalam operasi ini mencakup beragam jenis kejahatan yang selama ini meresahkan warga, mulai dari pencurian dengan pemberatan, penganiayaan, pencurian kendaraan bermotor (curanmor), kepemilikan senjata tajam, pemerasan, pengancaman, hingga pungutan liar (pungli).

Tak sedikit pelaku yang merupakan anggota geng motor. Mereka beroperasi secara brutal, berkelompok, dan acap kali menyerang warga secara acak menggunakan senjata tajam seperti pisau dan samurai. Aksi mereka terekam dalam sejumlah laporan warga yang mengalami luka parah, kehilangan barang berharga, bahkan ada yang masih dirawat intensif di rumah sakit.

“Mereka membacok korban tanpa ampun, lalu merampas handphone, kamera, bahkan sepeda motor. Kejahatan ini dilakukan secara sistematis dan penuh kekerasan,” beber Kombes Asep dengan nada prihatin.

Kejahatan Ikut-ikutan: Narkoba dan Penggelapan

Tak hanya kekerasan jalanan, dari hasil pengembangan kasus juga terungkap beberapa tindakan kriminal lain yang dilakukan oleh para pelaku. Sejumlah tersangka kedapatan berpesta narkoba sesaat setelah melakukan kejahatan. Ada pula kasus penggelapan barang dan penadahan hasil rampasan.

Operasi yang diberi nama Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) ini tak hanya menjadi ajang penegakan hukum, tetapi juga sebuah peringatan keras bagi siapa pun yang mencoba mengacaukan ketertiban sosial.

Ajakan Polda Riau: Lawan Premanisme Bersama-sama

Kombes Asep menegaskan bahwa operasi semacam ini akan terus digelar secara berkala. Polda Riau tidak ingin masyarakat hidup dalam bayang-bayang ketakutan akibat ulah segelintir orang yang menjadikan kekerasan sebagai jalan hidup.

“Ini bukan hanya tugas polisi. Kami mengajak masyarakat untuk turut serta melaporkan jika ada praktik premanisme di lingkungan mereka. Rasa aman adalah hak semua orang,” tutupnya.

Catatan Redaksi:
Fenomena keterlibatan anak-anak dalam kejahatan jalanan seperti ini menjadi alarm bagi semua pihak keluarga, sekolah, masyarakat, hingga pemerintah. Premanisme bukan sekadar soal kekerasan fisik, tapi juga tentang kegagalan sistemik dalam membina generasi muda. Jika tidak ditangani sejak akar, Riau, bahkan Indonesia, bisa menghadapi masa depan yang lebih suram.

(Mond)

#Premanisme #PoldaRiau