Breaking News

Menjadi Pribadi yang Dikejar Rezeki: Bukan Sekadar Mencari, Tapi Mengundang

Ilustrasi. (freepik)

Dirgantaraonline
- Setiap pagi, kita terbangun dengan harapan yang tak pernah berubah: semoga hari ini ada rezeki yang datang. Harapan ini bukan hanya milik para pencari nafkah, tetapi juga para pelajar yang menanti ilmu, ibu rumah tangga yang mengharap kedamaian, hingga orang tua yang ingin anaknya tumbuh sehat dan bahagia. Tapi pernahkah kita bertanya lebih dalam.bagaimana caranya agar rezeki bukan hanya sekadar mampir, tetapi mengejar kita?

Rezeki, dalam pandangan yang luas, bukan sekadar angka dalam rekening. Ia bisa hadir dalam wujud yang lembut dan tak kasat mata kesehatan yang tak ternilai, keluarga yang penuh cinta, sahabat yang setia, ketenangan batin yang tak bisa dibeli, hingga kesempatan kecil untuk berbuat baik yang tak semua orang dapatkan. Bahkan, terkadang rezeki datang dalam bentuk musibah yang menyadarkan, lalu mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

Dan yang perlu kita pahami: rezeki tak selalu berjalan lurus dari kerja keras. Ada dimensi lain yang kerap luput dari perhitungan duniawi: keberkahan. Bukan seberapa banyak yang didapat, tetapi seberapa besar manfaat dan ketenangan yang menyertainya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS. At-Talaq: 2-3). Ini bukan janji biasa ini janji Sang Pemilik Segala, bahwa takwa adalah kunci pintu rezeki yang melampaui logika.

Namun mari kita jujur: apakah kita sudah hidup dalam ketakwaan yang sesungguhnya? Takwa bukan hanya soal shalat lima waktu atau puasa Ramadhan. Ia mencakup kejujuran dalam berdagang, keikhlasan dalam menolong tanpa pamrih, kesabaran ketika dihina, dan kemauan untuk tidak membalas kejahatan dengan dendam. Takwa adalah cara hidup yang utuh.

Rezeki mengejar mereka yang hatinya yakin bahwa Allah tak pernah lalai terhadap hamba-Nya. Mereka yang percaya bahwa setiap kebaikan akan kembali, walau tak langsung hari ini. Mereka yang memahami bahwa memberi bukan berarti kehilangan, tapi justru membuka keran-keran keberlimpahan yang sebelumnya tertutup.

Maka, ubahlah cara kita memandang hidup: bukan lagi bertanya “apa yang bisa saya dapatkan hari ini?”, melainkan “apa yang bisa saya berikan hari ini?”. Ajaibnya, banyak orang justru diberi rezeki melimpah karena mereka menjadi perantara rezeki bagi orang lain—ia menolong tanpa dihitung, memberi tanpa merasa rugi, dan hadir saat orang lain sangat membutuhkan.

Jadilah pribadi yang ringan tangan dan ringan hati. Yang mudah bersyukur walau yang didapat belum sesuai harapan. Yang tidak mudah mengeluh meski beban hidup terasa berat. Karena rezeki lebih suka menghampiri hati yang lapang dibanding hati yang sempit oleh rasa iri dan dengki. Ia lebih mudah masuk ke tangan yang terbuka dan siap berbagi, dibanding tangan yang menggenggam erat, takut kehilangan.

Namun di atas segalanya, satu hal paling penting harus kita ingat: jangan terlalu sibuk mengejar dunia sampai lupa bahwa dunia hanyalah makhluk—dan Sang Pencipta-lah Pemilik rezeki. Kejarlah Allah. Dekatilah Dia dengan cinta, doa, dan keikhlasan. Maka dunia, dengan seizin-Nya, akan mengejarmu tanpa perlu kau paksa datang.

(***)

#Islami #Religi #Gayahidup #Lifestyle