Breaking News

Titah Luhut, Ini 3 Cara Lawan Perubahan Iklim dan Polusi Udara

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan 

D'On, Bandung (Jabar),-
Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B Pandjaitan memerintahkan agar mengurangi deforestasi serta melakukan penanganan lahan kritis dan sampah. Langkah tersebut, katanya, bisa jadi strategi mengatasi efek perubahan iklim dan polusi udara yang kian parah.

"Karena perubahan cuaca itu besar, ini adalah musuh kita ramai-ramai. Mungkin kalau bahasa kerennya itu war against pollution atau peperangan melawan polusi. Jangan ada motong-motong pohon atau deforestasi lagi," kata Luhut dalam keterangan resmi, Selasa (29/8/2023).

Apalagi, lanjutnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meramal pada bulan ini sama sekali tidak akan ada hujan, paling tidak di Jakarta. Hal itu disampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (29/8/2023).

"Indonesia salah satu negara terbaik yang mengurangi deforestasi tahun lalu dan saya kira ini kerja keras dari KLHK. Kita juga salah satu negara di dunia juga yang terbaik dalam penanganan polusi, penanganan sampah-sampah ini. Kita akan ambil semua langkah yang terpadu untuk mengurangi (polusi)," kata Luhut.

Luhut juga meninjau program penanganan lahan kritis yang dilakukan di Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Yang merupakan salah satu lokasi persemaian kerja sama Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves dengan Astrazeneca dan Trees4trees tentang Dukungan terhadap Upaya Reboisasi dan Revitalisasi Lahan Kritis di DAS Citarum.

Disebutkan, program ini mendukung inisiatif Pemerintah Jawa Barat untuk reboisasi dan merevitalisasi Sungai Citarum serta agenda investasi berkelanjutan untuk memitigasi kebakaran hutan tahunan, tanah longsor dan perubahan iklim.

Dia berharap, Program AZ Forest dapat memastikan perawatan dan pertumbuhan berkelanjutan dari pohon-pohon yang ditanam.

"Mekanisme pemantauan diperlukan untuk melacak perkembangan dan menjamin kesuksesan upaya rehabilitasi," ujar Luhut.

Terkait lahan kritis, dia menambahkan, rehabilitasi lahan kritis sebaiknya memberikan insentif kepada masyarakat setempat. Artinya, pohon-pohon yang ditanam bernilai ekonomi, baik itu pohon kayu maupun buah secara wanatani.

"Dengan praktik agroforestri, akan memberikan manfaat ganda berupa pemulihan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi," kata Luhut.


(dce/cnbc)

#LuhutBinsarPandjaitan #PolusiUdara #Deforestasi #perubahanIklim