Breaking News

Musim Gugur Bagi Nasdem dan Tumbuhnya Tunas-tunas Baru Pendukung Ganjar

Dirgantaraonline.co.id,- Sekarang ini bisa disebut musim gugur bagi Nasdem. Sebab satu persatu kader partai pimpinan Surya Paloh itu rontok usai pengusungan Anies Baswedan sebagai bakal Capres 2024. 


Di sisi lain tunas-tunas baru pendukung Ganjar Pranowo justru bermunculan. Deklarasi tumbuh di sana-sini. Dari PSI hingga para pengurus PPP di banyak daerah terus menyerukan aspirasinya untuk mendukung Ganjar. 

Tak hanya dari unsur partai politik saja, para pedagang kaki lima, pedagang pasar, serta pengusaha Warteg di Jawa Barat belakangan juga serempak mendeklarasikan dukungannya untuk Ganjar.

Perginya sejumlah kader Nasdem sebenarnya tidaklah mengejutkan. Sebab partai ini dengan sadar telah memilih jalan ingkarnya sendiri. Artinya mereka telah siap menanggung resiko. 

Nasdem barangkali kepincut dengan langkah suksesnya Anies Baswedan merenggut posisi Gubernur DKI Jakarta dengan menebar kebencian. Kita tahu pada 2017 Nasdem menjadi rival Anies dengan mengusung Ahok. Pada tahap ini, Nasdem lumayan pandai belajar dari kekalahan. 

Tidak ada keputusan yang keliru dalam politik. Begitu juga dengan Nasdem. Namun melihat respon publik yang muncul pasca pengusungan Anies, memperlihatkan satu kenyataan bahwa kita tak ingin negara ini jatuh di tangan yang salah. 

Sentimen negatif terhadap Anies memang masih begitu kental. Anies harus memanen karena ia sendiri yang menebar benihnya. Belum lagi sekarang ini, saat negara sedang getol getolnya memerangi ektrimisme, membubarkan ormas-ormas yang berpotensi memecah belah bangsa, Anies justru bermesraan dengan kelompok tersebut.

Usai dideklarasikan sebagai bakal Capres oleh Nasdem, Anies mendatangi kediaman Riezieq Shihab. Kita tahu, sejumlah platform media sosial, seperti facebook  pun misalnya, mengategorikan Riezieq Shihab sebagai konten terlarang karena ucapannya yang kerap kali menyulut kebencian. Namun Anies dengan bangga menyebut bahwa FPI adalah kelompok pemersatu umat. 

Saat menjadi juru kampanye Jokowi pada 2014, Anies ngomong bahwa FPI merupakan organisasi ektrimis yang berbahaya dan patut disingkirkan. Namun sekarang pernyataannya berubah. Itulah cara seorang intelektual macam Anies Baswedan mengemis dukungan. 

Inkonsistensi memang sangat melekat pada diri Anies. Lihat saja program-programnya selama ia jadi gubernur. Target pencapainya selalu berubah-ubah. Misalnya program rumah DP 0 rupiah yang semula ditargetkan bakal membangun 232.214 unit, diturunkan menjadi 10 ribu unit. Itupun yang terealisasi cuma 2.322 unit. Belum lagi soal Oke-Oce, sumur resapan, dan seterusnya.

Kalau hanya memamerkan piagam penghargaan, setiap daerah juga punya stok segudang. Namun yang terpenting justru adalah realisasi, seberapa besar manfaat program dan gagasannya bisa dirasakan oleh masyarakat. 

Soal ini Anies masih keteteran, dan ia berusaha menutupi kegagalannya dengan kosmetik tebal guna merias wajah Jakarta. Anies lebih mudah menanam bunga di trotoar atau bikin instalasi bambu getih getah di bundaran HI, yang tak berapa lama kemudian bambu itu diganti jadi instalasi batu gabion. Dan instalasi batu gabion pun kini sudah dibongkar lagi.

Masyarakat mencerna semua informasi itu. Kita tak lagi bisa dibodohi dengan bualan-bualan. Track record kepemimpinan tetap jadi acuan. Tumbuhnya tunas-tunas baru dukungan untuk Ganjar tidak lain adalah jawaban, yang lahir karena kesadaran bersama bahwa kita sejatinya masih peduli dengan nasib bangsa.


(*/KS)



#Politik #NasDem #AniesBaswedan #GanjarPranowo