Breaking News

PBB Kecam Negara-negara yang Berangus Media dan Wartawan Ditengah Pandemi Corona


D'On, Amerika Serikat,- Kepala komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk HAM Michelle Bachelet mengecam negara-negara yang menggunakan krisis virus corona atau Covid-19 sebagai alasan untuk menangkap wartawan dan membatasi informasi.

Bachelet menegaskan bahwa media yang bebas penting dalam perjuangan melawan pandem ini. Dia merujuk sejumlah negara yang menggunakan pandemi virus corona sebagai “dalih untuk membatasi informasi dan memberangus kritik.”

“Ini bukan saatnya untuk menyalahkan orang yang menyampaikan informasi,” tegasnya. Ditambahkannya, “media yang bebas selalu penting, tetapi kita tidak pernah sangat bergantung pada media selain ketika pada masa pandemi ini, ketika begitu banyak orang terisolasi dan khawatir akan kesehatan dan kehidupan mereka,” katanya seperti dilansir dari VOA, Minggu (26/4/2020).

Bachelet menggarisbawahi “laporan yang akurat dan kredibel sangat penting bagi kita semua.”

Bachelet merujuk data dari International Press Institute tentang lebih dari 130 pelanggaran terhadap media sejak wabah ini terjadi di Tiongkok akhir tahun lalu. Pelanggaran itu mencakup lebih dari 50 contoh pembatasan informasi, sensor, dan aturan-aturan yang sangat keras terhadap yang diduga sebagai misinformasi.

Hampir 40 wartawan dilaporkan telah ditangkap atau dituntut di seluruh dunia karena mengkritisi tanggapan negara mereka terhadap pandemi ini atau hanya karena mempertanyakan keakuratan jumlah kasus dan korban yang meninggal akibat virus corona.

“Jumlah sesungguhnya pelanggaran terhadap media dan penangkapan yang terjadi mungkin jauh lebih tinggi,” ujar pernyataan itu.

Ada Trend Mengkhawatirkan

Kantor HAM PBB juga merujuk laporan-laporan tentang wartawan yang hilang setelah mempublikasikan laporan penting tentang tanggapan negara terhadap pandemi ini, sementara sejumlah kantor berita ditutup otorita berwenang karena laporan mereka.

Ditambahkan bahwa sejumlah pemimpin politik “menciptakan lingkungan yang bermusuhan” bagi keselamatan wartawan dan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaannya.

Juru bicara Kantor HAM PBB Rupert Colville merujuk sebagian diantara pemimpin politik yang dimaksud, yaitu Presiden Amerika Donald Trump, yang dikenal kerap menyampaikan serangan langsung terhadap wartawan dalam konferensi pers yang dilakukannya.

“Ketika kita bicara tentang organisasi media arus utama yang serius, ini trend yang mengkhawatirkan!” ujar Colville lewat media virtual.

“Dibanding menyerang wartawan atau membungkam kritik, negara seharusnya mendorong perdebatan yang sehat tentang pandemi ini dan konsekuensinya,” imbuhnya.

Bachelet juga menyampaikan kembali keprihatinan Sekjen PBB Antonio Guterres tentang “bahaya epidemi misinformasi” di sekitar pandemi ini, yang telah “menciptakan kebingungan dan memperburuk kondisi kesehatan,” dan memuji pekerjaan yang dilakukan oleh media independen yang mengkaji fakta-fakta dan memberikan kejelasan.

“Wartawan memainkan peran yang sangat penting dalam tanggapan kita terhadap pandemi ini, tetapi tidak seperti ancaman yang dialami pekerja esensial lain, ancaman terhadap pekerja media benar-benar tidak dapat dihindari,” ujarnya.

“Melindungi wartawan dari pelecehan, ancaman, pemenjaraan atau sensor akan membuat kita semua tetap aman.”

(VOA)