Breaking News

Sitinjau Lauik Macet Panjang, Waktu Pemulihan Jalur Padang–Bukittinggi via Lembah Anai Masih Gelap

Ruas Padang - Solok "Sitinjau Lauik" alamin kemacetan, (dok; Senin 1/12)

D'On, Padang —
Ruas Padang–Bukittinggi via Lembah Anai belum menunjukkan tanda-tanda pulih. Setiap hari tim gabungan BPJN Sumatera Barat, TNI, Polri, dan relawan bekerja sejak cahaya pertama menembus lembah, namun waktu pembukaan kembali jalur vital itu bahkan sekadar satu arah masih belum dapat dipastikan.

Di dua titik kritis, KM 67+000 serta KM 63+650, kerusakan pascalongsor dan hantaman arus sungai terlihat seperti luka yang belum sembuh. Tanah yang amblas, bebatuan yang turun dari tebing, serta dasar sungai yang berubah arah memaksa tim lapangan melakukan rekayasa darurat dari hulu hingga hilir.

Pemasangan Geobag Dikebut, Sungai Dialihkan

Melalui laporan berkala di akun Instagram resmi PPK 1.1 BPJN Sumbar, terlihat bahwa pemasangan geobag pada titik KM 63+650 masih berlanjut. Material besar berisi pasir itu ditempatkan berlapis-lapis untuk memperkuat tebing jalan yang sebelumnya digerus banjir.

Di sisi lain, rekayasa pengalihan aliran sungai juga berlangsung. Tiga unit alat berat bergantian mengeruk dan menata jalur air baru agar arus tidak kembali “menggigit” pinggir badan jalan. Setiap beberapa jam, petugas melakukan pemantauan debit air—maklum, curah hujan yang tinggi dalam sepekan terakhir membuat kondisi dapat berubah sewaktu-waktu.

Seorang petugas lapangan menggambarkan situasinya sebagai “pekerjaan yang berpacu dengan cuaca, bukan hanya dengan waktu.”

BPJN Sumbar Belum Umumkan Estimasi Pemulihan

Kepala BPJN Sumbar, Elsa Putra Friandi, saat dihubungi, enggan berspekulasi mengenai estimasi waktu pemulihan.
Monitor IG balai saja, Pak. Updatenya kita pos di situ,” demikian balas Andi melalui pesan WhatsApp, Senin (1/12/2025).

Sikap berhati-hati ini dapat dimaklumi: kerusakan Lembah Anai kali ini melibatkan kombinasi longsor, pergeseran badan jalan, hingga perubahan dinamika sungai—tiga faktor yang membuat perbaikan tak bisa diburu tanpa kalkulasi presisi.

Dampak Meluas: Sitinjau Lauik Disebuki Kendaraan

Macet panjang di Sitinjau Lauik menjadi konsekuensi langsung dari putusnya akses Lembah Anai dan jalur alternatif via Malalak. Akumulasi kendaraan khususnya truk barang membentuk antrean berlapis-lapis di tanjakan dan turunan ekstrem itu.
Kondisi ini membuat pemerintah provinsi mengambil langkah cepat.

Lewat Surat Nomor 550/1085/DISHUB-SB/XI/2025, Gubernur Sumbar Mahyeldi menetapkan aturan pengalihan jam operasional angkutan barang pada ruas Padang–Solok via Sitinjau Lauik. Keputusan ini lahir melalui rapat koordinasi pada Jumat, 28 November 2025, bersama jajaran Dishub, kepolisian, dan instansi teknis lain.

Tujuannya satu: mengurangi kepadatan, meminimalkan risiko kecelakaan, dan menjaga jalur Sitinjau Lauik tetap berfungsi sebagai urat nadi distribusi barang ke wilayah tengah Sumatera Barat.

Jalur Vital, Situasi Genting

Ruas Padang–Bukittinggi via Lembah Anai adalah salah satu koridor ekonomi terpenting di Sumatera Barat. Jalur ini menghubungkan pusat pemerintahan, kawasan perdagangan, serta akses wisata. Putusnya jalur tersebut berdampak langsung pada:

  • Distribusi logistik menuju Bukittinggi, Tanah Datar, dan Agam
  • Mobilitas harian pekerja dan pelajar
  • Arus wisata menuju kawasan puncak dan lembah
  • Pergerakan ekonomi komoditas pertanian

Ketidakpastian waktu pemulihan membuat banyak pihak dari sopir truk hingga pedagang sayur bekerja dengan napas yang lebih pendek dari biasanya.

Menanti Cuaca Baik dan Stabilitas Tebing

Sumber teknis di lapangan menyebutkan bahwa pembukaan jalur setidaknya memerlukan kepastian dua hal: tebing stabil dan aliran sungai yang terkendali. Tanpa itu, memaksakan lalu lintas, bahkan satu jalur, berisiko membahayakan kendaraan yang melintas.

Untuk saat ini, publik hanya bisa menunggu rilis resmi berikutnya dari BPJN Sumbar, yang secara konsisten memperbarui informasi melalui kanal digital mereka.

(Mond/Deni)

#Infrastruktur #BPJNSumbar #JalanLongsor