Pendakian Ilegal di Gunung Merapi Berujung Petaka: Satu Pendaki Selamat Usai Terperosok Jurang, Dua Lainnya Masih Hilang

Pendaki Ilegal Gunung Merapi yang Ditangkap Mendaki pada Dini Hari, Profesinya dari Pelajar sampai Pekerja. foto: (dok.Instagram)
D'On, KLATEN — Larangan pendakian Gunung Merapi kembali diabaikan. Tiga pendaki nekat menerobos jalur terlarang di tengah status gunung yang masih ditutup akibat aktivitas vulkanik yang fluktuatif. Keputusan berisiko tinggi itu berakhir tragis: satu pendaki berhasil selamat meski sempat terperosok ke jurang, sementara dua lainnya hingga kini masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian intensif tim SAR gabungan.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu, 20 Desember 2025, ketika ketiga pendaki memulai pendakian melalui jalur Kalitalang, Kabupaten Klaten. Jalur tersebut secara resmi ditutup oleh otoritas karena berada di zona rawan bahaya erupsi, guguran material vulkanik, serta longsoran yang kerap terjadi tanpa peringatan.
Masuk Lewat Jalur Ilegal dan Menembus Medan Berbahaya
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Muhammad Wahyudi, mengungkapkan bahwa rombongan pendaki tersebut tidak masuk melalui jalur resmi. Mereka justru menerobos kawasan taman nasional melalui jalur tidak resmi dari wilayah Balerante, sebuah akses liar yang dikenal ekstrem dan berbahaya.
“Medan yang mereka lewati sangat berisiko. Jalurnya sempit, terjal, rawan longsor, serta dipenuhi vegetasi rapat yang menyulitkan evakuasi jika terjadi keadaan darurat,” kata Wahyudi.
Meski menghadapi kondisi alam yang ekstrem, ketiganya tetap melanjutkan pendakian hingga mencapai Pasar Bubrah kawasan yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik paling berbahaya di Gunung Merapi karena sering menjadi lintasan guguran lava pijar dan awan panas.
Turun Lewat Jalur Sapuangin, Masalah Mulai Terjadi
Setelah mencapai Pasar Bubrah, rombongan memilih turun melalui jalur Sapuangin, Kecamatan Kemalang, Klaten. Di sinilah situasi mulai berubah menjadi krisis.
Dalam perjalanan turun, salah satu pendaki mengalami cedera pada bagian kaki dan tidak lagi mampu melanjutkan perjalanan. Dengan kondisi fisik yang semakin melemah, ia meminta dua rekannya untuk turun lebih dahulu guna mencari bantuan.
Keputusan tersebut diambil di tengah medan yang semakin sulit, cuaca yang tidak menentu, serta kondisi gunung yang masih aktif.
Namun, keadaan justru semakin memburuk. Malam hari tiba, jarak pandang menurun drastis, dan jalur pendakian tertutup vegetasi lebat serta material vulkanik.
“Kondisi itu membuat dua pendaki terpaksa bertahan sementara di jalur Sapuangin untuk menghindari risiko yang lebih besar,” jelas Wahyudi.
Terperosok ke Jurang di Lereng Merapi
Drama berlanjut pada Minggu pagi, 21 Desember 2025. Kedua pendaki kembali mencoba melanjutkan perjalanan turun. Namun bahaya kembali mengintai.
Salah satu pendaki terperosok ke jurang di lereng Gunung Merapi. Insiden ini nyaris merenggut nyawanya. Beruntung, meski mengalami benturan dan kelelahan berat, pendaki tersebut masih mampu bertahan dan menyelamatkan diri dari jurang.
Dalam kondisi darurat, ia meminta rekannya yang berada di atas lereng untuk segera turun mencari pertolongan.
Upaya bertahan hidup itu akhirnya membuahkan hasil. Pendaki yang terperosok berhasil keluar dari jalur berbahaya dan bertemu dengan warga Dusun Sapuangin. Warga setempat segera memberikan pertolongan awal dan mengamankan korban sebelum diserahkan kepada petugas.
Satu Selamat, Dua Pendaki Masih Hilang
Hingga Senin, 22 Desember 2025, Balai TNGM memastikan baru satu pendaki yang berhasil turun dengan selamat. Korban saat ini telah diamankan di Basecamp Sapuangin untuk menjalani pemeriksaan medis dan dimintai keterangan lebih lanjut.
Sementara itu, dua pendaki lainnya masih dinyatakan hilang. Berdasarkan informasi terakhir:
- Satu pendaki diduga berada di sekitar Pos 2 jalur Sapuangin
- Satu pendaki lainnya kemungkinan tertinggal di sekitar Pos 1
Pencarian Berpacu dengan Cuaca dan Ancaman Vulkanik
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Relawan Basecamp Sapuangin, SAR Klaten, dan Basarnas Kansar Solo terus melakukan pencarian secara intensif. Petugas menyisir titik-titik rawan dengan menghadapi berbagai tantangan berat.
Medan terjal, abu vulkanik yang licin, cuaca ekstrem, serta potensi aktivitas vulkanik Merapi menjadi ancaman serius dalam operasi pencarian dan penyelamatan.
“Keselamatan tim juga menjadi prioritas. Kami bekerja dengan sangat hati-hati karena kondisi gunung masih aktif,” ujar salah satu petugas SAR di lapangan.
Imbauan Tegas: Jangan Korbankan Nyawa Demi Ambisi
Menanggapi kejadian ini, Kepala Balai TNGM Muhammad Wahyudi kembali menegaskan larangan keras pendakian Gunung Merapi. Ia mengingatkan bahwa setiap pelanggaran bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga mempertaruhkan nyawa para petugas penyelamat.
“Kami mengimbau masyarakat untuk mematuhi larangan pendakian Gunung Merapi. Kawasan ini masih sangat berbahaya dan berpotensi mengancam keselamatan jiwa,” tegasnya.
Kasus ini kembali menjadi pengingat pahit bahwa ambisi menaklukkan gunung tanpa mengindahkan aturan dapat berujung pada tragedi. Gunung Merapi bukan sekadar destinasi wisata, melainkan kawasan rawan bencana yang menuntut disiplin, kepatuhan, dan rasa hormat terhadap alam.
(L6)
#GunungMerapi #PendakiJatuh #Peristiwa