Korban Banjir Aceh Tengah Geruduk Kantor Bupati: “Sebutir Beras Pun Kami Belum Terima”

Warga korban banjir di Kabupaten Aceh Tengah menggeruduk kantor bupati karena sampai saat ini belum mendapat bantuan apapun. (Dok Ist)
D'On, Aceh Tengah — Puluhan warga Takengon, korban banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Aceh Tengah sejak sepekan terakhir, mendatangi Kantor Bupati pada Selasa pagi. Mereka datang bukan untuk membuat keributan, melainkan mengadukan nasib yang terasa semakin tertinggal di tengah bencana: kekurangan pangan, air bersih, dan akses energi.
Di halaman kantor pemerintahan itu, ratusan suara berkumpul dalam satu keluhan yang sama bahwa bantuan yang dijanjikan belum juga tiba.
“Apa saja kerja pemerintah ini? Sampai hari ini belum ada penanganan apa pun. Itu Bupati kalau tidak sanggup, mundur saja!” teriak Rudi, salah satu warga yang datang bersama keluarganya. Nada suaranya mengeras, namun yang paling kentara justru rasa lelah yang menumpuk selama berhari-hari bertahan tanpa suplai kebutuhan dasar.
Beberapa warga lain menimpali. “Sudah seminggu, Pak. Sebutir beras pun kami belum terima.” Suara itu pecah dari kerumunan, disambut anggukan dan keluhan serupa dari warga lain yang membawa anak kecil, galon kosong, hingga tas berisi pakaian seadanya.
Banjir, Longsor, dan Isolasi Total
Aksi ini mencuat setelah kondisi di Aceh Tengah semakin memprihatinkan. Pasokan beras, sembako, LPG, dan BBM hilang dari pasaran. Listrik mati total sejak bencana melanda. Jaringan komunikasi terputus di sebagian besar wilayah. Banyak warga yang selama berhari-hari hidup dalam kegelapan, hanya ditemani lilin dan lampu minyak.
Air bersih juga menjadi barang langka. Sungai yang meluap membawa lumpur, sementara sumur warga tertutup material banjir. Banyak keluarga kini mengandalkan air hujan untuk memasak dan minum.
“Anak kami sudah mulai sakit-sakitan karena makan tidak tentu dan air pun kotor,” ujar seorang ibu yang mengikuti aksi namun enggan disebutkan namanya.
Kondisi kian parah karena sebagian besar desa masih terisolasi. Akses jalan masuk dihantam longsor dan ambruk di beberapa titik. Bantuan sulit masuk, sementara warga yang ingin keluar terjebak di tengah jalur yang tersaput lumpur tebal dan bebatuan.
BPBD: Bantuan Masuk, Tapi Sangat Minim
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tengah, Andalila, membenarkan bahwa distribusi bantuan belum berjalan optimal. Ia menyebutkan bahwa bantuan beras baru tiba pada Senin, 1 Desember 2025—atau enam hari setelah bencana melanda.
“Beras yang masuk ada 13 ton, tapi harus dibagi dua dengan Kabupaten Bener Meriah. Jadi untuk Aceh Tengah hanya 6,5 ton,” ungkapnya.
Jumlah itu jauh dari cukup. Dengan puluhan ribu warga terdampak, stok yang ada hanya mampu menutup sebagian kecil kebutuhan. Andalila menambahkan bahwa bantuan sembako selain beras masih sangat minim karena jalur darat lumpuh total.
“Kami juga masih kekurangan relawan logistik. Beberapa desa belum terjangkau karena akses tertutup tanah longsor,” tambahnya.
Korban Jiwa Bertambah, Puluhan Masih Hilang
Dalam laporan sementara, BPBD mencatat 22 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor. Sementara 23 warga lainnya masih hilang dan belum ditemukan.
Tim SAR gabungan bekerja di tengah medan yang sulit. Hujan yang kerap turun memperlambat proses pencarian, sementara longsoran baru masih berisiko terjadi.
Aksi Warga: Tertib, Tapi Sarat Kepedihan
Meski suasana emosional, aksi warga berlangsung tanpa tindakan anarkis. Mereka berdiri berkelompok, sebagian membawa kertas berisi tuntutan, sebagian lagi hanya memegang payung atau jaket tebal untuk menghalau udara dingin dataran tinggi.
“Kami tidak meminta mewah. Kami hanya ingin pemerintah hadir. Kami ingin bertahan hidup, itu saja,” ujar seorang warga yang datang dari kampung yang masih terisolasi.
Beberapa perangkat daerah terlihat keluar menemui massa, namun tidak ada keputusan konkret yang diumumkan selama aksi berlangsung.
Harapan Warga: Pemerintah Bergerak Lebih Cepat
Bagi warga Aceh Tengah, kedatangan ke Kantor Bupati adalah upaya terakhir setelah hampir seminggu menunggu bantuan yang tak kunjung datang. Mereka berharap pemerintah daerah membentuk pusat komando yang benar-benar efektif, mempercepat pembukaan akses jalan, dan memastikan distribusi logistik berjalan adil dan tepat sasaran.
Sementara itu, keluarga-keluarga di desa terdampak terus menanti kabar baik dibawa oleh truk logistik yang entah kapan bisa kembali menembus wilayah mereka.
(L6)
#BanjirAceh #Peristiwa #BencanaAlam