4 Jorong di Palupuh Agam Masih Terisolasi Akibat Longsor, Ribuan Warga Bertahan di Tengah Keterbatasan Akses

Warga Pagadih, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, sedang melewati jalan yang tertimbun material tanah longsor
D'On, Agam, Sumatra Barat — Sudah lebih dari dua pekan sejak hujan lebat mengguyur wilayah Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, namun dampaknya masih terasa hingga kini. Empat jorong di Nagari Pagadih masih terisolasi total akibat material longsor yang menimbun ruas jalan provinsi penghubung Kabupaten Agam dengan Kabupaten Limapuluh Kota.
Empat jorong tersebut yakni Jorong Pagadih Mudiak, Tigo Kampung, Pagadih Hilia, dan Banio Baririk. Total terdapat sekitar 400 kepala keluarga dengan jumlah penduduk mendekati 1.000 jiwa yang saat ini hidup dalam keterbatasan akses transportasi dan distribusi logistik.
Hal ini disampaikan langsung oleh Anggota DPRD Agam sekaligus tokoh adat Palupuh, Syafril, saat ditemui di Lubuk Basung, Rabu (10/12/2025).
“Empat jorong ini masih terputus akibat tujuh titik longsor besar yang menimbun badan jalan provinsi. Akses benar-benar lumpuh untuk kendaraan roda empat,” kata Syafril.
Tujuh Titik Longsor Masih Menutup Jalan Provinsi
Syafril menjelaskan, longsor yang terjadi tidak berskala kecil. Material tanah dan bebatuan di tujuh titik itu memiliki panjang antara 50 hingga 100 meter, dengan tinggi timbunan mencapai dua hingga empat meter. Kondisi ini membuat pembersihan membutuhkan alat berat dalam jumlah besar serta waktu yang tidak singkat.
Padahal sebelumnya, tercatat sebanyak 30 titik longsor sempat menutup akses jalan dari Nagari Pasia Laweh hingga perbatasan Kabupaten Limapuluh Kota. Sebagian besar sudah berhasil dibuka, namun hujan yang kembali turun beberapa hari terakhir menyebabkan material sisa kembali meluncur dan menutup jalan yang sudah sempat dibersihkan.
“Ini yang membuat upaya pembukaan jalan terus terhambat. Setiap hujan turun, material dari tebing kembali bergerak dan menutupi akses,” ujarnya.
Logistik Dipikul Warga Sejauh 2–4 Kilometer
Dalam kondisi darurat ini, kendaraan roda dua hanya bisa menjangkau Posko Tanggap Darurat di Pagadih Mudiak, itupun dengan kondisi jalan yang sangat licin, curam, dan berisiko tinggi.
Sementara itu, untuk menjangkau Jorong Tigo Kampung, Pagadih Hilia, dan Banio Baririk, warga terpaksa memikul langsung bantuan logistik sejauh dua hingga empat kilometer menyusuri jalan rusak dan berlumpur.
“Distribusi kebutuhan pokok seperti beras, air bersih, dan obat-obatan dilakukan secara manual oleh masyarakat. Ini jelas sangat menguras tenaga dan berbahaya,” kata Syafril.
Kondisi tersebut juga menyebabkan aktivitas ekonomi lumpuh total, anak-anak kesulitan sekolah, dan pelayanan kesehatan menjadi sangat terbatas.
Listrik dan Internet Sudah Pulih, Tapi Akses Transportasi Masih Lumpuh
Meski terisolasi, Syafril menyebut aliran listrik dan jaringan internet di Nagari Pagadih kini sudah kembali menyala, sehingga komunikasi masih bisa dilakukan. Namun, akses fisik tetap menjadi kendala utama.
Tak hanya Pagadih, wilayah Aia Kujang di Nagari Nan Tujuh, Kecamatan Palupuh, juga ikut terisolasi. Terdapat 34 kepala keluarga dengan sekitar 100 jiwa yang turut terdampak.
Alat Berat Dikerahkan, Tapi Hujan Jadi Kendala Utama
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Agam, Ofrizon, membenarkan bahwa tiga unit alat berat telah diterjunkan ke Nagari Pagadih. Namun, tingginya curah hujan membuat proses pembersihan berjalan lambat.
“Kami terkendala hujan yang masih sering turun. Kondisi tanah labil dan berbahaya bagi operator alat berat,” jelas Ofrizon.
Pihaknya kini tengah mengupayakan tambahan dua unit alat berat lagi untuk mempercepat pembukaan jalan.
“Kami sedang mencari alat berat tambahan yang bisa segera digeser ke Pagadih,” katanya.
Target Tiga Hari, Harapan Ribuan Warga
Ofrizon menargetkan pembersihan tujuh titik longsor tersebut rampung dalam tiga hari ke depan, agar akses transportasi bisa kembali normal dan keterisolasian empat jorong segera teratasi.
Di sisi lain, Pemerintah Nagari Pagadih telah secara resmi menyurati pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi, mendesak agar penanganan longsor dipercepat karena menyangkut keselamatan ribuan warga.
“Kami berharap pemerintah bergerak cepat. Ini bukan hanya soal jalan, tapi soal nyawa dan keberlangsungan hidup masyarakat,” tegas Syafril.
Warga Bertahan dengan Segala Keterbatasan
Di tengah keterbatasan, warga empat jorong masih bertahan dengan stok makanan seadanya, mengandalkan solidaritas antarwarga, serta bantuan yang datang secara bertahap melalui jalur darurat. Namun jika kondisi ini terus berlarut, krisis kemanusiaan dikhawatirkan bisa terjadi.
Kini, harapan besar tertumpu pada percepatan pembersihan material longsor, agar Palupuh kembali terhubung dengan dunia luar dan roda kehidupan masyarakat bisa kembali berputar normal.
(T)
#Longsor #Peristiwa #SumateraBarat