Breaking News

Komite Peduli Bencana Kota Padang Dukung Simulasi Tsunami: Wujud Nyata Kepedulian Terhadap Keselamatan Warga

KPB Dukung Simulasi Bencana (Dok: Ist)

D'On, Padang
— Kesadaran akan ancaman bencana alam kembali digelorakan di Kota Padang. Rabu (5/11/2025), ribuan warga tampak berpartisipasi dalam simulasi evakuasi tsunami yang digelar serentak di delapan kecamatan zona merah dan kuning. Kegiatan ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah, relawan, dan masyarakat dalam membangun budaya siaga bencana.

Di antara deretan lembaga yang aktif mendukung kegiatan ini, Komite Peduli Bencana (KPB) Kota Padang menempati posisi penting. Organisasi relawan yang telah lama bergerak di bidang kemanusiaan ini menurunkan 70 anggota lapangan dan dua unit ambulans untuk memastikan jalannya simulasi berlangsung aman dan tertib.

Waktu Emas 25 Menit: Kesadaran yang Harus Dipahami

Ketua KPB Kota Padang, Zulkifli, menegaskan bahwa latihan ini bukan sekadar formalitas tahunan, melainkan sarana nyata untuk menyelamatkan nyawa. Menurutnya, para ahli telah memperingatkan bahwa jika gempa besar mengguncang wilayah pesisir Padang, masyarakat hanya memiliki waktu sekitar 25 menit sebelum gelombang tsunami mencapai daratan.

“Itulah waktu emas yang menentukan hidup dan mati. Karena itu, kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan hanya kegiatan seremonial,” ujar Zulkifli dengan tegas.

Ia menjelaskan, masyarakat di wilayah rawan harus paham benar rute evakuasi tercepat dan titik aman terdekat. Evakuasi mandiri dengan berjalan kaki, kata Zulkifli, jauh lebih efektif dibanding menggunakan kendaraan bermotor.

“Kalau warga panik dan memilih berkendara, jalanan akan macet. Saat itu, hingga 80 persen warga berpotensi terjebak di jalur evakuasi yang berubah menjadi ‘tol tsunami’. Jadi, langkah kaki jauh lebih menyelamatkan daripada gas kendaraan,” jelasnya.



Protap Keluarga: Kunci Keselamatan Bersama

KPB juga menekankan pentingnya prosedur tetap (protap) evakuasi keluarga di setiap rumah tangga. Zulkifli mengingatkan bahwa banyak korban tsunami di masa lalu bukan hanya karena gelombang besar, tetapi karena kepanikan mencari anggota keluarga.

“Kalau setiap keluarga punya kesepakatan misalnya titik kumpul di tempat aman tertentu mereka tidak perlu saling mencari di tengah kekacauan. Ini bisa menyelamatkan banyak nyawa,” tuturnya.

Selain edukasi, KPB juga rutin mengadakan pelatihan kesiapsiagaan berbasis komunitas, bekerja sama dengan sekolah, masjid, serta kelompok warga di sepanjang pesisir.

Kolaborasi Nyata dengan Pemerintah dan Warga

Dalam simulasi kali ini, anggota KPB turut membantu pengaturan jalur evakuasi, pendampingan warga lanjut usia dan anak-anak, hingga pertolongan pertama darurat. Dua unit ambulans disiagakan untuk mengantisipasi warga yang pingsan atau mengalami cedera ringan selama kegiatan berlangsung.

Pemerintah Kota Padang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyampaikan apresiasi tinggi terhadap dukungan KPB. Kolaborasi antara lembaga relawan dan pemerintah dinilai sebagai pilar utama dalam membangun kota tangguh bencana.

Membangun Budaya Siaga, Bukan Sekadar Responsif

Zulkifli menutup dengan pesan reflektif yang menggugah:

“Pemerintah memang tidak bisa menghentikan bencana, tapi kita semua bisa bersama-sama mengurangi risikonya. Setiap langkah kecil, setiap latihan, dan setiap kesadaran masyarakat adalah bagian dari penyelamatan besar.”

Simulasi tsunami kali ini diharapkan menjadi momentum penting bagi warga Padang untuk semakin sadar akan ancaman nyata di garis pantai barat Sumatra. Lebih dari sekadar latihan, kegiatan ini menjadi pengingat keras bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama  dan kesiapsiagaan adalah kunci utama bertahan hidup di negeri yang berdiri di atas cincin api.

(Mond)

#KomitePeduliBencana #Padang