Breaking News

Goda Istri Orang Lewat TikTok, Nelayan Muda Tewas Dikeroyok

Ilustrasi 

D'On, Probolinggo, Jawa Timur
Sebuah tragedi berdarah mengguncang Pulau Gili Ketapang. Seorang nelayan muda bernama Riki (24) tewas dengan luka parah di kepala setelah menjadi korban amukan dua tetangganya sendiri, Wahyudi (22) dan Saham (37). Semua berawal dari pesan mesra di TikTok yang memicu api cemburu dan berujung maut.

Awal Mula dari Godaan di Dunia Maya

Kasus ini bermula dari kebiasaan Riki yang dikenal aktif di media sosial, terutama TikTok. Di balik aktivitasnya itu, rupanya ia menjalin komunikasi pribadi dengan seorang perempuan yang tak lain adalah istri Wahyudi, rekan sekaligus tetangganya di pulau kecil tersebut.

Pesan yang dikirim Riki bukan sekadar sapaan basa-basi. Ia memanggil istri Wahyudi dengan panggilan manja dan kalimat bernada menggoda. Ungkapan “sayang” dan emoji hati yang dikirim lewat pesan pribadi TikTok itu kemudian diketahui Wahyudi.

Sejak saat itu, bara emosi perlahan tumbuh di dada Wahyudi. Pria muda itu merasa harga dirinya diinjak-injak. Sebagai suami dan kepala keluarga, ia tak bisa menerima istrinya digoda pria lain, apalagi oleh orang yang dikenalnya baik di lingkungan yang sama.

Pertemuan Berdarah di Lapangan Pulau

Puncak amarah itu meledak pada Kamis pagi, 6 November 2025. Sekitar pukul 10.00 WIB, di lapangan sepak bola sisi timur Pulau Gili Ketapang sebuah lokasi yang biasa dipakai anak muda berolahraga dan tempat berkumpul warga terjadi pertemuan tak terduga.

Menurut saksi mata, Wahyudi datang bersama Saham. Keduanya tampak sudah emosi. Riki yang sedang duduk di tepi lapangan langsung didekati. Perdebatan sengit pun terjadi. Suara bentakan terdengar keras, menarik perhatian warga sekitar.

Namun, pertengkaran itu dengan cepat berubah menjadi aksi brutal. Dalam keadaan kalap, Wahyudi menyerang lebih dulu. Ia menusukkan gunting ke arah kepala Riki, lalu bertubi-tubi ke punggung dan pangkal paha. Tak cukup sampai di situ, Wahyudi juga menendang alat vital korban. Sementara Saham ikut memukul dengan tangan kosong, menambah penderitaan Riki yang sudah tak berdaya.

Darah mengucur deras. Tubuh Riki roboh di tanah lapangan berdebu itu. Warga yang panik segera mengevakuasi korban ke rumahnya untuk diberi pertolongan. Namun luka tusuk di kepala yang menembus otak membuat nyawanya tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir keesokan harinya, Jumat (7/11/2025).

Keluarga Tak Terima, Polisi Bergerak Cepat

Tangis pecah di rumah duka. Keluarga yang tak menyangka Riki akan meninggal dengan cara tragis langsung melapor ke pihak berwajib pada Jumat malam. Laporan tersebut segera direspons cepat oleh aparat Polres Probolinggo.

Hanya berselang sehari, Sabtu (8/11/2025), polisi berhasil menangkap kedua pelaku di wilayah yang sama. Dari tangan mereka, disita sejumlah barang bukti: gunting berdarah, ponsel, motor, pakaian yang digunakan saat kejadian, serta sandal yang dikenakan saat pengeroyokan.

Motif: Cemburu dan Harga Diri yang Terkoyak

Kapolres Probolinggo, AKBP Rico Yumasri, membenarkan bahwa motif utama di balik pengeroyokan ini adalah rasa cemburu dan sakit hati. Menurutnya, pelaku Wahyudi marah besar setelah mengetahui korban sering mengirim pesan pribadi bernada mesra kepada istrinya di TikTok.

“Korban diketahui menggoda istri WD dengan sapaan sayang lewat pesan pribadi di TikTok. Dari situlah pelaku merasa harga dirinya direndahkan,” ujar AKBP Rico, Selasa (11/11/2025).

Wahyudi dan Saham kini ditahan di Mapolres Probolinggo untuk menjalani pemeriksaan lanjutan. Polisi menjerat keduanya dengan Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP tentang pengeroyokan yang mengakibatkan kematian. Ancaman hukuman maksimal bagi keduanya adalah 12 tahun penjara.

Tragedi di Pulau yang Damai

Pulau Gili Ketapang sejatinya dikenal sebagai kawasan nelayan yang tenang dan damai, dengan masyarakat yang hidup rukun. Namun tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi warga. Di tempat yang biasanya menjadi lokasi bermain anak-anak dan aktivitas olahraga, kini masih tersisa jejak darah yang menjadi saksi bisu amarah manusia yang tak terkendali.

Bagi sebagian warga, kejadian ini menjadi pelajaran pahit tentang bagaimana media sosial bisa menjadi pemicu tragedi nyata. Sekadar godaan atau sapaan yang dianggap ringan di dunia maya bisa berujung maut jika menyentuh ranah harga diri dan perasaan seseorang.

Cinta, Cemburu, dan Batas Bahaya di Dunia Maya

Kasus kematian Riki menjadi pengingat keras bahwa batas antara “candaan” dan “pelecehan” di dunia digital sangatlah tipis. Dalam kehidupan masyarakat kecil yang masih menjunjung tinggi kehormatan, satu kata manis di TikTok bisa berubah menjadi bara yang membakar nyawa.

Kini, dua sahabat harus mendekam di balik jeruji, sementara satu nyawa melayang sia-sia semua karena godaan singkat di layar ponsel yang berakhir dengan tragedi di lapangan desa.

(B1)

#Pembunuhan #Kriminal