DLH Padang Pacu Penuntasan 3.327 Ton Sampah Pasca Bencana dalam 9 Hari

Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang
D'On, Padang — Setelah hujan ekstrem dan banjir menerjang sebagian wilayah Kota Padang, kota ini kini menghadapi gunungan sampah pasca bencana yang mencapai 3.327 ton. Tumpukan tersebut bukan hanya berasal dari backlog layanan lima hari terakhir, tetapi juga dari material rumah tangga terdampak serta kayu-kayu gelondongan berukuran besar yang terbawa arus dari hulu sungai.
Di tengah suasana kota yang masih memulihkan napas, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang langsung mengerahkan sumber daya untuk menormalkan kondisi. Mereka menetapkan target ambisius: seluruh penanganan tuntas dalam 9 hari.
Pemilahan di Lokasi: Cara Cepat Kurangi Tekanan ke TPA
Sejak hari pertama pemulihan, petugas Lapangan Pengawas Sampah (LPS), dibantu jaringan Bank Sampah, melakukan pemilahan langsung di titik-titik terdampak. Pendekatan ini memungkinkan sebagian besar material bencana diproses lebih cepat melalui prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
Dengan metode ini, tidak semua tumpukan harus berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Air Dingin. Armada pengangkut bisa difokuskan pada material yang benar-benar tidak bisa dimanfaatkan kembali.
“Kami tidak ingin membuat TPA kewalahan. Banyak material yang masih punya nilai guna, dan itu langsung ditangani di lapangan,” ujar Kepala DLH Kota Padang, Fadelan Fitra Masta, Minggu (30/11/2025).
Kayu Gelondongan 1.100 Ton: Masalah Besar, Solusi Lebih Besar
Beban terbesar dari 3.327 ton sampah itu adalah kayuan gelondongan, diperkirakan mencapai 1.100 ton. Potongan pohon sepanjang beberapa meter terlihat memenuhi tepian sungai dan kawasan pesisir semacam “harta karun liar” yang terbawa banjir bandang.
Namun DLH menilai situasinya tidak seburuk angkanya. Hanya sebagian kecil kayu yang perlu diangkut. Warga pesisir memungut kayu-kayu tersebut untuk kebutuhan rumah tangga maupun usaha kecil, sementara sisanya akan disalurkan ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif.
“Kami dorong agar kayu ini bermanfaat. Semakin banyak yang dimanfaatkan warga dan sektor industri, semakin cepat kota pulih,” kata Fadelan.
Langkah ini bukan hanya mengurangi beban logistik, namun juga membuka jalur pemanfaatan material pasca bencana yang lebih berkelanjutan.
Mobilisasi Armada & Sistem Zona: Kota Dipulihkan Secara Terukur
DLH mengakui beban pekerjaan cukup berat. Namun mereka mengandalkan dua strategi:
- Mobilisasi armada secara maksimal, termasuk penambahan ritasi harian.
- Pembagian zona kerja, memastikan tiap kawasan terdampak mendapat penanganan sistematis dan tidak saling tumpang tindih.
Setiap zona dipimpin koordinator lapangan dengan tugas memantau kecepatan pengangkutan, efektivitas pemilahan, hingga pembersihan lanjutan.
Dengan pola seperti itu, DLH optimistis tenggat 9 hari dapat dicapai meski skala material sangat besar.
Pemulihan Cepat, Lingkungan Tetap Dijaga
DLH menegaskan bahwa percepatan penanganan tidak boleh mengorbankan prinsip keberlanjutan. Upaya memanfaatkan material sisa bencana mulai dari kayu hingga sampah rumah tangga yang masih bernilai menjadi bagian dari strategi pemulihan jangka panjang.
“Pemulihan harus cepat, tapi tata kelola lingkungan harus tetap di depan. Kota Padang pulih, tapi tidak dengan cara meninggalkan jejak baru di TPA,” tegas Fadelan.
Dalam sembilan hari ke depan, kota itu akan menjadi panggung kerja kolosal: armada hilir mudik, warga ikut terlibat, dan petugas berjibaku memulihkan Padang agar kembali berdenyut stabil tanpa gunungan sampah yang membebani.
(Mond)
#DLH #Sampah #Padang