Breaking News

Viral Ketua Komisi III DPRD Gorut Diduga Ejek Demonstran, Dheninda Chaerunnisa Akhirnya Buka Suara: “Saya Tidak Bermaksud Apa-Apa”

Viral Video Dheninda Chaerunnisa, Ketua Komisi III DPRD Gorontalo Utara saat Aksi Demo di Depan Gedung DPRD Gorut (Dok: SP)

D'On, Gorontalo Utara – 
Jagat media sosial dihebohkan oleh beredarnya video singkat Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), Dheninda Chaerunnisa, yang diduga melakukan gestur mengejek kepada massa aksi saat tengah berorasi di depan kantor DPRD. Video berdurasi beberapa detik itu dengan cepat menjadi viral dan menuai gelombang kritik dari warganet.

Kronologi Kejadian: Orasi, Kamera, dan Gestur yang Memantik Amarah

Peristiwa itu terjadi pada Senin, 13 Oktober 2025, di halaman Kantor DPRD Gorontalo Utara. Sejumlah massa dari kelompok masyarakat dan aktivis datang untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait berbagai persoalan daerah. Dalam suasana panas, penuh teriakan dan orasi, sorotan kamera sempat mengarah ke arah para anggota DPRD yang keluar menemui demonstran.

Di tengah kerumunan itu, sosok Dheninda Chaerunnisa tampak berdiri dengan wajah tenang. Namun, detik berikutnya — sebuah gestur kecil menjadi besar. Ia tampak mencibirkan bibirnya, sebuah ekspresi yang kemudian ditafsirkan publik sebagai bentuk ejekan terhadap massa aksi yang sedang berorasi di depan gedung rakyat.

Video tersebut kemudian menyebar luas di berbagai platform, mulai dari TikTok, X (Twitter), hingga Instagram. Potongan video yang memperlihatkan ekspresi Dheninda itu menjadi bahan perbincangan hangat. Banyak yang menilai sikap itu tidak pantas ditunjukkan oleh seorang pejabat publik, apalagi ketika rakyat sedang menyampaikan aspirasi.

Ledakan di Dunia Maya: Kecaman dan Sindiran

Seiring viralnya video itu, kolom komentar di berbagai akun media sosial dipenuhi kritik tajam.
“Kalau begini cara wakil rakyat menanggapi rakyat, untuk apa kita orasi?” tulis salah satu pengguna X.
“Arogansi pejabat sudah kelewat batas. Harusnya mereka mendengarkan, bukan mencibir,” tambah warganet lainnya.

Beberapa akun lokal Gorontalo bahkan membagikan ulang video tersebut dengan narasi pedas. Banyak yang menilai Dheninda gagal menjaga sikap sebagai pejabat publik. Tak sedikit pula yang menyerukan agar DPRD Gorut memberikan klarifikasi resmi atas insiden itu.

Penjelasan Dheninda: “Saya Hanya Balas Gestur, Bukan Mengejek”

Merespons derasnya kritik publik, Dheninda Chaerunnisa akhirnya angkat bicara. Dalam keterangannya kepada media, ia mengaku terkejut video itu menjadi viral dan disalahartikan oleh masyarakat.

“Saya kaget sekali waktu tahu video itu viral. Padahal, waktu itu saya tidak sedang mengejek siapa pun,” ujar Dheninda dengan nada menyesal.

Menurutnya, kejadian itu terjadi secara spontan. Ia mengaku saat itu melihat salah satu karyawan orang tuanya yang ikut hadir di lokasi aksi memberikan jempol ke arahnya. Sebagai respon spontan, Dheninda membalas dengan gestur bibir mencibir — yang kemudian tertangkap kamera dan disalahartikan publik.

“Itu refleks saja. Saya hanya membalas isyarat dari orang yang saya kenal. Tidak ada niat sedikit pun untuk menghina atau mengejek masyarakat,” jelasnya.

Permintaan Maaf dan Klarifikasi

Menyadari gestur itu telah menimbulkan persepsi negatif dan melukai perasaan publik, Dheninda pun menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

“Saya mohon maaf jika gestur saya menimbulkan kesalahpahaman atau membuat masyarakat tersinggung. Saya menghormati semua aspirasi yang disampaikan warga,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak bermaksud meremehkan aksi demonstrasi, dan justru menghargai setiap bentuk penyampaian aspirasi yang dilakukan masyarakat sebagai bagian dari proses demokrasi.

Gelombang Reaksi Berlanjut

Meski Dheninda sudah menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf, polemik belum juga reda. Banyak warganet yang menilai penjelasan tersebut belum cukup menjernihkan suasana, terutama karena gestur yang terekam tampak jelas seperti ekspresi sinis.

“Kalau memang tidak bermaksud apa-apa, kenapa ekspresinya begitu?” tulis seorang pengguna di kolom komentar Facebook.
Sementara yang lain menilai publik juga seharusnya tidak langsung menghakimi tanpa melihat konteks secara utuh.

Beberapa tokoh masyarakat Gorut bahkan meminta agar DPRD melakukan evaluasi etik terhadap perilaku para anggotanya di ruang publik. “Sebagai wakil rakyat, mereka harus sadar setiap gerak-geriknya dipantau. Satu ekspresi bisa berdampak besar,” ujar salah satu aktivis lokal.

Pentingnya Etika Publik di Era Kamera Terbuka

Kasus Dheninda Chaerunnisa ini menjadi pengingat bahwa di era digital, setiap detik bisa menjadi viral. Seorang pejabat publik kini hidup dalam “cahaya kamera” — di mana satu gestur kecil bisa menimbulkan badai opini.
Etika, ekspresi, dan komunikasi nonverbal menjadi bagian penting dari tanggung jawab moral pejabat yang dipilih rakyat.

Terlepas dari niat atau konteks, kejadian ini membuka ruang refleksi: bagaimana pejabat publik seharusnya bersikap di tengah demonstrasi yang sarat emosi, dan sejauh mana publik berhak menilai dari sepotong video viral.

(SP)

#Viral #Peristiwa #DPRDGorontaloUtara #DhenindaChaerunnisa