Breaking News

Pekerjaan Drainase Mandek, Pekerja ‘Ngedumel’ di Tengah Jalan Warga Belimbing Padang Khawatir Akses Tertutup Lebih Lama

Penampakan pekerjaan drainasi di salah satu ruas jalan perumahan Belimbing, Kuranji, yang sepi dari aktifitas pekerja (foto: hen)

D'On, Padang –
Aroma semen yang tak kunjung tercium di proyek drainase kawasan Komplek Perumahan Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, berubah menjadi aroma kekecewaan. Siang yang terik pada Jumat (24/10/2025) itu memperlihatkan pemandangan yang ironis: para pekerja proyek duduk lesu di pinggir galian, bersandar pada sekop dan cangkul yang tak lagi digunakan.

“Sudah siang, tapi semen belum datang. Batu ada, tapi percuma. Kami cuma bisa duduk begini,” keluh salah seorang pekerja kepada dirgantaraonline dengan nada pasrah bercampur geram.

Pekerjaan drainase yang semestinya dikebut itu justru berhenti total hanya karena ketiadaan material. Tak ada semen, berarti tak ada pekerjaan. Dan bagi para pekerja harian, itu berarti tak ada pendapatan.

“Kami bukan dibayar harian. Kalau tak ada kerjaan hari ini, ya kami rugi. Satu hari terbuang percuma,” tambahnya dengan wajah berkeringat, menatap ke arah tumpukan batu yang belum tersentuh.

Warga Ikut Tersandera

Mandeknya pekerjaan ini bukan cuma merugikan pekerja, tapi juga masyarakat sekitar. Jalan utama yang menjadi akses keluar-masuk warga kini separuhnya tertutup galian, membuat kendaraan harus melambat bahkan berhenti bergantian.

“Sekarang aja sudah susah lewat, kalau proyeknya molor, kami yang susah. Anak-anak sekolah, mobil barang, semua terganggu,” ujar Roni, warga Belimbing yang rumahnya tepat di sisi proyek.

Ia menyayangkan lambannya pelaksanaan pekerjaan yang membuat masyarakat ikut menanggung akibat. “Harusnya kalau sudah mulai, material disiapkan. Jangan nunggu baru ribut di lapangan,” kritiknya tegas.

Nada Geram dari Lapangan

Salah satu pekerja bahkan melontarkan pernyataan menohok.
“Kalau ndak ado piti (uang), jaan diambiak karajo ko. Atau pinjam dulu piti den (uang saya). Supayo jan taniayo orang banyak dek awak,” gerutunya dalam logat Minang yang tajam, menahan emosi karena merasa kecewa terhadap manajemen proyek.

Ungkapan itu menggambarkan kekesalan mereka terhadap pelaksana kegiatan yang dianggap tidak siap secara logistik dan perencanaan.

Proyek Terbengkalai, Dinas PUPR Bungkam

Tim dirgantaraonline mencoba menelusuri lebih jauh siapa yang bertanggung jawab atas pekerjaan drainase (plat duiker) tersebut. Setelah menelusuri informasi ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Padang, tim berupaya menghubungi Kepala Bidang Cipta Karya untuk memastikan proyek itu berada di bawah kewenangan siapa.

Namun hingga berita ini diturunkan, pesan dan panggilan yang dikirim dirgantaraonline belum mendapat jawaban.

Transparansi Publik Dipertanyakan

Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan warga dan pemerhati pembangunan kota: bagaimana bisa pekerjaan proyek pemerintah berjalan tanpa kesiapan material yang memadai?

Keterlambatan sekecil apa pun bisa berdampak domino  dari kerugian pekerja, terganggunya mobilitas warga, hingga berpotensi molornya waktu penyelesaian proyek.

“Kalau sudah begini, masyarakat yang dikorbankan. Pemerintah harus lebih tegas pada rekanan yang tak profesional,” tegas salah seorang warga lain, yang berharap ada pengawasan nyata dari pihak berwenang.

Catatan Akhir

Keterlambatan proyek drainase di Belimbing ini menjadi cermin kecil dari persoalan klasik di dunia infrastruktur daerah: lemahnya koordinasi, minimnya pengawasan, dan kurangnya rasa tanggung jawab sosial terhadap warga yang terdampak.

Selama material belum datang, para pekerja hanya bisa duduk di pinggir jalan sambil menatap galian yang menganga  menunggu perintah dan semen yang tak kunjung tiba.
Sementara itu, warga Belimbing hanya bisa berharap, jalan yang menjadi nadi kehidupan mereka segera bisa dilewati tanpa rasa was-was dan keluh kesah yang terus mengambang di udara.

(Hen/Mond)

#Infrastruktur #Padang