Doa Bersama untuk Affan Driver Ojol yang Tewas Dilindas Rantis Brimob Terselip Kontroversi Nasi Kotak Bergambar Politikus PKS
Nasi kotak bergambar politikus PKS
D'On, Depok – Malam di Balai Kota Depok, Kamis (4/9/2025), terasa berbeda. Ratusan pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai komunitas di Kota Belimbing itu berkumpul di Lapangan Depok Open Space (DOS). Mereka datang bukan untuk aksi protes atau tuntutan ekonomi, melainkan untuk satu tujuan: mengirim doa bersama.
Doa dipanjatkan bagi keselamatan bangsa sekaligus mengenang mendiang Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojol yang meninggal tragis setelah terlindas kendaraan taktis Brimob ketika mengikuti unjuk rasa di Jakarta beberapa waktu lalu. Kehilangan Affan tidak hanya menyisakan duka bagi keluarganya, tetapi juga menorehkan luka mendalam di hati rekan-rekan sesama pengemudi.
Semilir angin malam membawa suasana haru. Lantunan doa terdengar khusyuk, dipimpin tokoh agama, diikuti Forkopimda Kota Depok – mulai dari Kapolres Metro Depok Kombes Abdul Waras, perwakilan DPRD, hingga tokoh masyarakat. Di sela-sela doa, panitia membagikan makanan ringan, minuman, hingga nasi kotak untuk peserta.
Namun, di balik khidmatnya suasana, sebuah hal tak terduga mencuri perhatian: nasi kotak yang dibagikan memiliki kemasan bergambar wajah politikus PKS Kota Depok sekaligus Ketua DPRD Kota Depok, Ade Supriatna, lengkap dengan logo partai berwarna oranye-hitam.
Kotak Nasi yang Memantik Sorotan
Bagi sebagian peserta, nasi kotak hanyalah jamuan sederhana penutup doa bersama. Namun, bagi yang lain, kehadiran gambar politikus di tengah acara yang seharusnya netral justru memunculkan pertanyaan.
Apakah ini sekadar kebetulan? Ataukah ada maksud politik terselubung?
Ade Supriatna yang hadir langsung di lokasi buru-buru memberikan klarifikasi. Ia menegaskan tidak ada niatan politik dalam distribusi nasi kotak tersebut. Menurutnya, kemasan bergambar dirinya sudah dicetak jauh hari sebelumnya, tepatnya sejak bulan Ramadan lalu, dan biasa digunakan untuk kegiatan sosial.
“Itu sih kotak dari tiap Ramadan ya saya ngadain. UMKM Kota Depok juga gitu. Jadi memanfaatkan kotak yang ada aja, tanpa ada tendensi politik. Perhelatan politik juga masih jauh,” jelas Ade.
Ia menambahkan, ribuan kotak serupa sudah disebar selama bulan Ramadan, sehingga mustahil dicetak mendadak hanya untuk acara doa bersama ini.
“Susah nyetak mendadak, susah,” ungkapnya.
Namun, penjelasan itu tidak serta-merta meredam kritik.
Kritik: “Kurang Sensitivitas”
Ikravany Hilman, mantan aktivis Universitas Indonesia sekaligus mantan anggota DPRD Kota Depok, menilai langkah tersebut tidak tepat. Menurutnya, doa bersama adalah momen kolektif yang seharusnya menampilkan semangat kebersamaan, bukan simbol kelompok tertentu.
“Itu kan acara selain aspek berduka, ada aspek refleksi kota untuk menjaga perdamaian, menjaga kondisi kota. Nah tiba-tiba ada simbol partai keluar gitu lho. Seharusnya yang ditampilkan di situ adalah keberagaman dalam satu,” ujar Ikravany.
Ia menilai, pemberian nasi kotak dengan kemasan partai menunjukkan kurangnya sensitivitas terhadap situasi.
“Ini adalah acara milik bersama, bukan acara kelompok per kelompok. Bahwa ini adalah acara milik warga kota. Itu gak ada sensitif, gak ada sensitivitas,” tegasnya.
Pernyataan Ikravany seakan mewakili kegelisahan sebagian kalangan yang khawatir ruang-ruang kebersamaan warga justru “disusupi” kepentingan politik, meski dengan alasan teknis.
Doa, Kesepakatan, dan Harapan
Terlepas dari kontroversi nasi kotak, inti acara tetap berjalan khidmat. Kapolres Metro Depok Kombes Abdul Waras menyampaikan bahwa doa bersama ini bukan hanya untuk mengenang Affan, tetapi juga sebagai bentuk komitmen menjaga kondusivitas Kota Depok.
“Alhamdulillah sampai dengan hari ini, seluruh wilayah Depok kondusif, dan ini tentu bukan hanya kerja dari aparat keamanan, tetapi kita semua,” ujarnya.
Tak berhenti pada doa, acara juga melahirkan kesepakatan bersama antara Forkopimda dan komunitas ojol untuk terus berkomunikasi dan bekerja sama menjaga keamanan kota.
Anggota DPRD Kota Depok, Pradi Supriatna, turut mengapresiasi inisiatif komunitas ojol yang dianggap memperkuat rasa persatuan.
“Apalagi memang ditambah dengan para aparatur, baik dari Pemerintah, DPRD, ya ini pada akhirnya menambah suasana guyub. Suasana yang menginginkan semua sama: menjadikan Depok ini aman, nyaman, dan kondusif,” ucapnya.
Antara Duka, Solidaritas, dan Politik yang Menyelip
Acara doa bersama untuk almarhum Affan sejatinya adalah ruang pengingat bahwa tragedi bisa menimpa siapa saja, dan solidaritas adalah obat yang paling tulus bagi luka. Namun, hadirnya kemasan nasi kotak bergambar politikus menunjukkan betapa tipisnya batas antara kegiatan sosial dan aroma politik di ruang publik.
Bagi sebagian orang, nasi kotak itu hanyalah bentuk kebaikan kecil. Tapi bagi sebagian lain, ia adalah simbol bagaimana politik bisa “menyusup” bahkan ke momen yang seharusnya steril dari atribut partai.
Peristiwa ini menjadi cermin: di satu sisi masyarakat menuntut kebersamaan, netralitas, dan kepekaan; di sisi lain realitas politik sering kali hadir dalam wujud yang paling sederhana, bahkan di balik sebuah kotak nasi.
Catatan Redaksi:
Kontroversi nasi kotak ini mungkin akan segera dilupakan. Namun, doa yang dipanjatkan malam itu, terutama bagi almarhum Affan dan keselamatan bangsa, akan tetap menjadi inti yang menyatukan warga Depok – sebuah pengingat bahwa solidaritas dan empati harus selalu lebih kuat daripada sekadar simbol.
(L6)
#AffanKurniawan #Kontroversi #Peristiwa #DoaBersama