Breaking News

Seorang Keponakan Rampok dan Aniaya Nenek Kandungnya Sendiri Saat Hendak Salat Tahajud

Keponakan Nekat Rampok Nenek Kandung di Padang, Cincin dan Kalung Emas Raib Dini Hari – Foto ist

D'On, Padang —
Sebuah insiden memilukan mengguncang kawasan Perumdam 34, Kelurahan Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Seorang nenek berusia 84 tahun, Guslina, menjadi korban perampokan dan penganiayaan brutal oleh keponakannya sendiri, Syahrial (51), dalam sebuah kejadian yang terjadi menjelang Subuh, Kamis (17/7/2025) sekitar pukul 03.00 WIB.

Kisah tragis ini tak hanya menyisakan luka fisik yang serius bagi korban, tapi juga membekas sebagai trauma mendalam yang mengguncang hati masyarakat. Bagaimana tidak—pelaku adalah darah daging korban sendiri, seseorang yang selama ini dikenal dekat dan bahkan tinggal di lingkungan yang sama.

Lampu Padam, Teror Dimulai

Peristiwa bermula ketika Guslina bersiap menunaikan salat tahajud di tengah keheningan dini hari. Namun tiba-tiba, lampu rumahnya padam secara misterius. Kegelapan menyelimuti rumah sederhana itu. Dengan firasat yang tidak enak, Guslina beranjak dari tempat tidur dan perlahan membuka pintu kamarnya.

Tanpa disangka, di balik gelapnya ruangan, sosok Syahrial sudah menunggu. Bukan untuk membantu atau menenangkan, melainkan justru menjadi sumber mimpi buruk sang nenek. Dalam sekejap, Syahrial langsung menyerang dan menyekap neneknya sendiri. Ia mendorong korban ke atas kasur, menekannya dengan keras hingga bibir sang nenek berdarah. Tubuh renta itu tak berdaya menerima serangan membabi buta—wajahnya memar, dadanya sesak, dan sekujur tubuhnya membengkak akibat penganiayaan yang tak berperikemanusiaan.

"Syahrial bahkan sempat menginjak tubuh ibu saya," ungkap Afnimar (59), anak korban, dengan suara bergetar. "Mulutnya berdarah, wajah lebam-lebam. Saya tidak menyangka, keponakan sendiri bisa berbuat sekeji itu."

Maling Berkedok Penolong

Kebiadaban Syahrial tidak berhenti pada aksi kekerasan fisik. Setelah melumpuhkan korban, ia menggondol lima kalung emas, dua cincin emas, serta uang tunai sekitar Rp200 ribu dari dalam rumah. Ia juga merusak pintu rumah, diduga untuk menciptakan kesan bahwa pelaku datang dari luar dan kabur dengan cara mendobrak.

Namun yang paling mengejutkan, Syahrial sempat kembali ke lokasi kejadian keesokan harinya dan berpura-pura membantu aparat kepolisian dari Tim Klewang Satreskrim Polresta Padang saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Ia bahkan menunjukkan arah pelarian ‘pelaku’, seolah-olah turut bersimpati pada nasib neneknya yang terbaring lemah.

“Syahrial sempat ikut membantu tim saat olah TKP. Ia menunjukkan arah pelarian pelaku, padahal ternyata dia sendiri pelakunya,” ungkap Kompol Muhammad Yasin, Kasatreskrim Polresta Padang, dalam keterangan persnya.

Aksi pura-pura ini ternyata menjadi bumerang. Polisi yang terbiasa mengamati gelagat dan membaca bahasa tubuh, mulai curiga terhadap tingkah laku Syahrial yang dianggap tidak wajar dan terlalu aktif mengarahkan proses penyelidikan.

Ditangkap di Rumah Korban, Butuh 12 Jam untuk Mengaku

Kecurigaan itu terbukti benar. Tidak sampai 24 jam sejak kejadian, Tim Klewang berhasil menangkap Syahrial di lokasi yang tak jauh dari rumah korban—tepatnya di rumah yang sama. Ia langsung digelandang ke Mapolresta Padang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Namun membongkar kebohongan Syahrial bukan perkara mudah. Ia sempat mengelak dan menutupi perbuatannya selama berjam-jam. Diperlukan proses interogasi intensif selama 12 jam, dari Kamis sore pukul 15.00 WIB hingga Jumat dini hari pukul 03.00 WIB, sebelum akhirnya ia mengaku sebagai pelaku tunggal.

“Pelaku baru mengaku setelah kami periksa secara mendalam selama 12 jam. Saat ini dia sudah kami tahan di Mapolresta Padang dan proses hukum sedang berjalan,” jelas Kompol Yasin. Aiptu David Riko Darmawan, Katim Klewang yang memimpin pemeriksaan, menyebut interogasi dilakukan secara maraton dan penuh kehati-hatian.

Terungkap Karena Tak Datang ke Masjid

Insiden ini pertama kali mencuat ke publik karena Guslina tidak terlihat mengikuti salat Subuh berjamaah di masjid, sesuatu yang sangat jarang ia lewatkan. Beberapa tetangga yang merasa khawatir lalu datang ke rumah dan mendapati pintu terbuka serta Guslina tergeletak dalam kondisi mengenaskan. Ia segera dilarikan ke Puskesmas Lubuk Buaya untuk mendapat perawatan medis.

Saat ini kondisi Guslina masih dalam masa pemulihan, baik fisik maupun psikologis. Warga sekitar masih tidak percaya bahwa insiden memilukan ini terjadi di tengah mereka. Banyak yang mengenal Guslina sebagai sosok nenek yang ramah, aktif beribadah, dan sangat menyayangi keluarga.

Hukum Menanti, Luka Tak Mudah Sembuh

Kasus ini kini tengah diproses lebih lanjut oleh Satreskrim Polresta Padang. Syahrial dijerat dengan pasal terkait tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yang dapat diancam dengan hukuman berat. Namun lebih dari sekadar hukuman pidana, kasus ini menyisakan luka batin yang dalam, tak hanya bagi korban, tapi juga bagi keluarga besar dan masyarakat yang menyaksikan betapa rapuhnya nilai kekeluargaan saat dilukai oleh keserakahan.

Kisah Guslina dan Syahrial menjadi potret buram tentang betapa kegelapan bisa tumbuh bahkan dalam lingkaran darah sendiri. Sebuah pelajaran pahit bahwa bahaya kadang tak datang dari luar, melainkan dari orang yang paling kita percaya.

(Mond)

#Perampokan #Kriminal #Padang