Yahukimo Memanas: OPM Deklarasi Perang, Tewaskan Prajurit TNI dan Warga Sipil
Yahukimo Mencekam Usai OPM Deklarasi Perang, 1 Prajurit TNI dan 1 Warga Tewas Dibunuh
D'On, Yahukimo, Papua Pegunungan — Langit kelabu menaungi Kabupaten Yahukimo, Senin pagi, 16 Juni 2025. Daerah yang selama ini berusaha bangkit dari ketegangan, kembali mencekam setelah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) secara terbuka mendeklarasikan perang terhadap Republik Indonesia. Pernyataan ini bukan sekadar retorika politik tapi telah berubah menjadi rentetan kekerasan berdarah yang menewaskan satu prajurit TNI dan seorang warga sipil.
“Kami Siap Perang”: Deklarasi Menggetarkan Tanah Papua
Beberapa hari sebelumnya, TPNPB-OPM mengumumkan pernyataan perang melalui berbagai saluran komunikasi. Dalam pesan mereka, kelompok yang sering disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua itu menyatakan akan “menembak mati siapa pun yang bukan orang asli Papua.” Deklarasi ini menandai peningkatan eskalasi konflik, membuka babak baru dalam ketegangan antara separatis dan aparat keamanan Indonesia.
Pernyataan itu kini terbukti bukan gertakan kosong.
Penyerangan Brutal: Dua Tukang Kayu Diserang di Tengah Hutan Yahukimo
Sekitar pukul 10.00 WIT, di Kampung Samboga, Distrik Seradala daerah yang dikelilingi hutan lebat dan jalanan terjal dua warga sipil yang bekerja sebagai tukang senso kayu menjadi korban keganasan. Mereka diserang secara tiba-tiba di sebuah camp kerja oleh kelompok bersenjata OPM.
Korban pertama, Udin, tidak berhasil diselamatkan. Ia meninggal dunia dengan luka parah akibat sabetan senjata tajam dan anak panah yang menancap di tubuhnya. Rekannya, Edi Supirman, ditemukan dalam kondisi kritis. Saat ini, ia menjalani perawatan intensif di fasilitas medis terdekat.
Keduanya adalah pendatang yang bekerja untuk kebutuhan pembangunan lokal. “Kami sedang berkoordinasi dengan satuan wilayah untuk mengamankan lokasi dan mengevakuasi korban,” ujar Kolonel Agung Saptoadi, Kepala Bidang Penerangan Umum (Kabidpenum) Puspen TNI kepada Okezone.
TNI Kehilangan Prajurit: Serka Segar Mulyana Gugur di Tangan Separatis
Tak berselang lama dari insiden di Seradala, tragedi lainnya terjadi di Distrik Dekai hanya beberapa kilometer dari lokasi kejadian pertama. Kali ini, korbannya adalah aparat negara: Serka Segar Mulyana, prajurit TNI dari Kodim 1715/Yahukimo.
Sekitar pukul 10.45 WIT, Serka Segar tengah menjalankan tugas pengamanan di sekitar Jembatan Kali Biru, wilayah yang menjadi titik rawan infiltrasi OPM. Namun di tengah perjalanan, ia disergap secara brutal. Para pelaku menyerangnya dengan tembakan dan bacokan senjata tajam, yang akhirnya merenggut nyawanya.
“Penembakan dan pembacokan ini dilakukan oleh kelompok OPM yang telah lama menjadi buronan atas berbagai tindakan keji. Saat ini, aparat masih melakukan pengejaran intensif,” ungkap Kolonel Infanteri Candra Kurniawan, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih.
Papua di Persimpangan: Konflik Membara, Rakyat Terjepit
Kondisi di Yahukimo kini dalam status siaga. Masyarakat sipil dihantui ketakutan, banyak yang memilih mengungsi ke wilayah yang dianggap lebih aman. Di sisi lain, TNI memperkuat patroli dan pengejaran terhadap kelompok OPM yang semakin berani dan brutal dalam bertindak.
Insiden ini memperlihatkan bahwa konflik di Papua bukan lagi konflik ideologis semata tetapi sudah menjelma menjadi krisis kemanusiaan yang mengancam nyawa siapa pun, tanpa memandang status atau asal usul.
Tangis di Bumi Cenderawasih
Kematian Udin dan Serka Segar Mulyana menambah panjang daftar korban konflik di Tanah Papua. Keduanya datang dengan tujuan berbeda: satu mencari nafkah, satu mengabdi kepada negara. Namun, keduanya pulang dalam kondisi tak bernyawa.
Sementara itu, suara tembakan masih sesekali terdengar dari balik rimbunnya hutan Yahukimo. Bumi Cenderawasih kembali berselimut duka dan pertanyaannya tetap sama: kapan perdamaian bisa benar-benar hadir di Papua?
(Mond)
#OPM #KKB #TNI #Peristiwa