Breaking News

Rekonstruksi Sadis Pembunuhan di Bukit Ransam: Tubuh Dimutilasi, Daging Dimasak, dan Dicor dalam Bak Mandi

Rekonstruksi Pembunuhan Sadis di Bukit Ransam Pesisir Selatan 

D'On Painan, Sumatera Barat
— Pagi itu, Kamis (12/6), langit di kawasan wisata Bukit Ransam diselimuti awan tipis, seakan turut menyaksikan kembali potongan-potongan kelam dari tragedi mengerikan yang mengguncang masyarakat Pesisir Selatan. Sekitar pukul 09.30 WIB, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Pesisir Selatan menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan yang mengungkap sisi tergelap dari jiwa manusia sebuah drama berdarah yang berujung pada mutilasi, kanibalisme, dan penyemenan tubuh korban.

Rekonstruksi berlangsung di sebuah kafe yang sudah lama tak beroperasi, tepatnya di kawasan objek wisata Bukit Ransam, Kampung Sungai Nipah, Nagari Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai. Di lokasi itulah, korban yang dikenal dengan nama Periwisata ditemukan tidak lagi bernyawa, tak berbentuk utuh, hanya tersisa potongan tulang-belulang yang dicor dalam bak mandi di sebuah bangunan bekas sarang burung walet.

Darah di Balik Dinding Kafe Kharisma

Peristiwa ini bermula pada bulan Maret 2023 silam. Kamar belakang Kafe Kharisma menjadi saksi bisu saat BS alias Bobi (34), seorang buruh harian lepas asal Teluk Bakung, Nagari Gurun Panjang Utara, Kecamatan Bayang, melancarkan aksi brutalnya. Dengan tangan berlumur darah dan hati yang telah membeku, Bobi menghantam korban menggunakan sebatang kayu balok.

Tak cukup dengan pukulan, ia menggorok leher korban hingga tak bernyawa. Seolah kehilangan rasa kemanusiaan, tubuh korban dipotong menjadi beberapa bagian menggunakan gergaji. Potongan tubuh itu kemudian dimasukkan ke dalam bak mandi di bangunan tua yang dulunya digunakan untuk budidaya sarang walet. Untuk menghilangkan jejak, Bobi menyemen potongan tubuh korban dalam bak tersebut menciptakan sebuah kuburan tersembunyi yang baru terkuak setahun kemudian.

Namun yang lebih mengejutkan, dalam rekonstruksi terungkap fakta mengerikan: Bobi memperagakan aksi memasak serpihan daging korban, lalu memakannya. Adegan yang membuat bulu kuduk meremang itu bukan hanya bukti kejahatan keji, tetapi juga menyeret kasus ini ke ranah psikologis yang jauh lebih gelap dan kompleks.

18 Adegan Kekejaman: Fakta-fakta yang Dibuka di Hadapan Hukum

Rekonstruksi tersebut memperlihatkan 18 adegan yang menggambarkan secara rinci rangkaian kejadian dari awal hingga akhir pembunuhan. Mulai dari perencanaan, eksekusi pembunuhan, mutilasi, hingga upaya pelaku menghilangkan jejak dengan cara-cara tak terpikirkan oleh akal sehat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pemenuhan alat bukti dalam perkara yang dijerat dengan Pasal 338 jo. Pasal 351 ayat (3) KUHP, tentang pembunuhan dan penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian.

Dalam proses tersebut, turut hadir jajaran penting dari lembaga penegak hukum. Kapolres Pesisir Selatan AKBP Derry Indra hadir langsung di lokasi bersama Kabag Ops AKP Teguh Priyatno dan Kasat Reskrim AKP M. Yogie Biantoro. Dari pihak Kejaksaan Negeri Pesisir Selatan, terlihat Kasi Pidum Rizky Al Ikhsan dan Jaksa Fungsional Rido Pradana yang menyimak tiap detail adegan dengan serius.

Komitmen Penegakan Hukum: Keadilan Tak Akan Dibiarkan Mati

Kapolres AKBP Derry Indra menegaskan bahwa rekonstruksi ini bukan sekadar formalitas prosedural, melainkan bagian dari upaya pencarian kebenaran materiil. Tujuannya jelas: mencocokkan antara keterangan tersangka, saksi, dan barang bukti yang telah dikumpulkan agar penyidikan berjalan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

“Rekonstruksi ini menjadi jembatan penting dalam memastikan setiap fakta terungkap dengan terang benderang. Kami tidak main-main dalam perkara seperti ini. Polres Pesisir Selatan berkomitmen untuk menindak tegas segala bentuk kekerasan dan pembunuhan yang meresahkan masyarakat,” ujar AKBP Derry Indra dengan suara tegas.

Ia juga menyampaikan bahwa setelah rekonstruksi ini, berkas perkara akan segera dilengkapi dan diserahkan ke pihak Kejaksaan untuk proses hukum lebih lanjut. Tersangka akan segera menghadapi meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Masyarakat Terguncang, Trauma Kolektif Menyebar

Tragedi ini telah meninggalkan luka mendalam di tengah masyarakat Pesisir Selatan. Warga yang semula memandang kawasan Bukit Ransam sebagai tempat rekreasi, kini melihatnya sebagai lokasi yang menyimpan kisah ngeri dan kejahatan tak terampuni.

Kasus ini bukan hanya menyoroti keganasan seorang manusia terhadap sesamanya, tetapi juga menjadi refleksi betapa rapuhnya batas antara nalar dan kebiadaban. Bagi aparat penegak hukum, ini menjadi pengingat bahwa kejahatan seperti ini tak boleh lolos dari jerat hukum dan tak bisa diselesaikan hanya dengan proses biasa.

Dan bagi masyarakat, kisah ini akan hidup dalam ingatan sebagai peringatan, bahwa kejahatan paling gelap sering bersembunyi di balik wajah biasa.

(Mond)

#Pembunuhan #Kriminal #Mutilasi #PesisirSelatan