Breaking News

Polemik Pungli di Pantai Air Manis: Antara Viral di Medsos dan Fakta Lapangan yang Tersingkap


D'On, Padang, Sumatera Barat
– Dalam beberapa hari terakhir, dunia maya dihebohkan oleh beredarnya sebuah video yang memperlihatkan sekelompok pemuda meminta uang kepada wisatawan yang datang dengan bus ke kawasan wisata Pantai Air Manis, Padang. Tayangan singkat ini langsung memicu reaksi keras dari warganet, menciptakan gelombang kritik dan kekhawatiran terhadap praktik pungutan liar (pungli) di destinasi wisata populer tersebut.

Tak hanya netizen lokal, masyarakat dari berbagai daerah pun turut bersuara. Kritik tajam pun dilayangkan terhadap pengelolaan pariwisata di Kota Padang, bahkan nama Wali Kota Padang Fadly Amran ikut terseret dalam pusaran sorotan publik. Banyak pihak mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga kenyamanan wisatawan dan reputasi kota sebagai destinasi unggulan di pantai barat Sumatera.

Namun, di balik hiruk-pikuk dunia maya, aparat bergerak cepat. Kapolsek Padang Selatan AKP Yudarman Tanjung tak tinggal diam. Ia segera menugaskan Panit Intelkam Opsnal, Bakhlis, bersama tim untuk menelusuri kebenaran di balik video tersebut. Hasilnya, empat orang pemuda yang terekam dalam video viral itu dijemput dan dimintai keterangan secara intensif.

Narasi Media Sosial Tak Selalu Sejalan dengan Fakta

Setelah proses klarifikasi yang mendalam, terungkap fakta yang jauh berbeda dari narasi yang berkembang. Pemuda-pemuda yang sempat dituding melakukan pungli ternyata adalah bagian dari tim lokal yang telah mendapatkan mandat resmi dari pihak terkait untuk membantu pengelolaan retribusi di kawasan tersebut.

Menurut pengakuan salah satu pemuda, Edo, retribusi yang dimaksud bukan pungli, melainkan hasil kesepakatan bersama antara pihak pengelola, yakni PSM (Pengelola Setempat Mandiri), Dinas Pariwisata, ninik mamak, serta Forum Anak Nagari. Besaran retribusi yang dikenakan sebesar Rp10.000 per orang, namun khusus dalam kasus video viral itu, mereka bahkan memberikan potongan hingga Rp100.000 karena pengunjung datang dalam rombongan besar menggunakan bus.

Kami bekerja dari jam 5 sore hingga jam 8 pagi. Kami hanya menjalankan tugas yang sudah disepakati bersama, bukan melakukan pungli seperti yang dituduhkan,” jelas Edo.

Edo juga menyesalkan bagaimana video tersebut diviralkan tanpa konfirmasi, menimbulkan kesan intimidatif yang tidak sesuai dengan situasi di lapangan. “Kami justru membantu mengatur kunjungan wisata dengan tertib. Tapi narasi di media sosial dipelintir sedemikian rupa. Kami sangat dirugikan secara moral dan sosial,” tambahnya.

Kapolsek: Jaga Citra Wisata, Hindari Kesalahpahaman

Dalam pertemuan yang digelar bersama keempat pemuda tersebut, Kapolsek Yudarman Tanjung didampingi Camat Padang Selatan Arliswandi dan Lurah Air Manis Simon, memberikan arahan dan pembinaan.

Kapolsek mengakui pentingnya partisipasi pemuda lokal dalam pengelolaan kawasan wisata, namun ia menekankan agar metode pendekatan kepada pengunjung diperbaiki. “Hindari bergerombol saat mendekati wisatawan. Itu bisa menimbulkan kesan intimidatif, meski niatnya baik. Selain itu, pakaian harus rapi dan identitas petugas harus jelas,” tegasnya.

Langkah-langkah preventif seperti ini, menurut Kapolsek, tidak hanya menjaga kenyamanan wisatawan, tapi juga menjadi upaya konkret memperbaiki citra wisata Pantai Air Manis yang sempat tercoreng akibat pemberitaan sepihak.

Pelajaran Penting: Jangan Percaya Informasi Mentah di Medsos

Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa era digital tidak hanya membawa kecepatan informasi, tapi juga rentan terhadap penyimpangan fakta. Kepolisian mengimbau masyarakat untuk tidak gegabah menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat agar lebih bijak dalam menyikapi informasi di media sosial. Klarifikasi dari pihak berwenang harus didahulukan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang justru bisa merusak reputasi banyak pihak,” tutur AKP Yudarman.

Di sisi lain, kasus ini membuka mata semua pihak bahwa kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, dan pihak keamanan sangatlah vital dalam membangun pariwisata yang sehat, tertib, dan berkelanjutan.

Pantai Air Manis, selain terkenal karena legenda Malin Kundangnya, kini menjadi sorotan karena persoalan yang seharusnya bisa dihindari dengan komunikasi dan transparansi yang lebih baik. Semoga dari peristiwa ini, semua pihak bisa menarik pelajaran: bahwa menjaga nama baik destinasi wisata bukan hanya soal kebersihan dan keindahan, tapi juga tentang cara berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada publik.

(Mond)

#Viral #Peristiwa #PantaiAirManis #Padang #Pungli