Breaking News

Detik-detik Kepergian Ustaz Yahya Waloni: Menghadap Ilahi Saat Mengumandangkan Khotbah Jumat

Ustaz Yahya Waloni. (Youtube)

D'On, Makassar 
— Suasana di Masjid Darul Falah, Kelurahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Makassar, siang itu terasa lebih khusyuk dari biasanya. Ratusan jemaah Jumat duduk rapat, menyimak bait demi bait kalimat khotbah dari seorang pendakwah yang dikenal vokal dan penuh semangat: Ustaz Muhammad Yahya Waloni.

Namun siapa sangka, khotbah yang berkisah tentang keikhlasan Nabi Ibrahim dan keteguhan Nabi Ismail itu menjadi pesan terakhir yang disampaikan sang ustaz sebelum ia wafat di atas mimbar di hadapan para saksi yang tak pernah mengira akan menyaksikan kepergian yang demikian mendalam dan menggetarkan jiwa.

Khotbah yang Menggetarkan Hati

Sekitar pukul 12.30 WITA, Ustaz Yahya Waloni berdiri tegap di atas mimbar kayu Masjid Darul Falah. Dengan suara lantang yang menjadi ciri khasnya, ia mengingatkan para jemaah tentang hakikat takwa kepada Allah SWT. Ia menguraikan makna kurban yang lebih dari sekadar menyembelih hewan—melainkan tentang pengorbanan batin, keikhlasan, dan penyerahan total kepada Sang Pencipta.

"Bayangkan, bagaimana beratnya hati seorang ayah ketika diperintahkan menyembelih anak kandungnya sendiri...," ujar Yahya, dengan nada yang bergetar namun penuh penekanan. Ia mengisahkan perjuangan spiritual Nabi Ibrahim yang menjadi tonggak sejarah ibadah kurban dalam Islam.

Para jemaah terpaku, hanyut dalam narasi yang dibawakan dengan penuh emosi dan kekuatan spiritual. Tidak ada yang menyangka bahwa sang dai tengah menyampaikan pesan terakhir dalam hidupnya.

Detik-detik Menegangkan di Mimbar

Usai menyelesaikan khotbah pertama, seperti lazimnya, Yahya Waloni duduk sejenak untuk memberi jeda sebelum menyampaikan khotbah kedua. Namun saat ia kembali berdiri, tubuhnya terlihat goyah.

“Di khotbah kedua, beliau sempat bangkit. Tapi tiba-tiba beliau terhuyung dan jatuh,” ujar Harfan Jaya Sakti, Sekretaris DKM Masjid Darul Falah, saat diwawancara oleh wartawan.

Pemandangan itu mengejutkan seluruh jemaah. Dari arah saf depan, beberapa orang langsung berdiri dan berlari mendekati mimbar. Wajah-wajah panik memenuhi ruangan masjid. Beberapa jemaah mencoba mengipasi tubuh sang ustaz, yang sudah terkulai lemas dan tidak sadarkan diri.

Detik itu, suasana masjid yang sebelumnya hening berubah menjadi lautan doa dan kepanikan. Ratusan pasang mata menatap dengan penuh harap, sementara tubuh Ustaz Yahya Waloni segera digotong keluar dari masjid menuju mobil yang membawa ke Rumah Sakit Bahagia.

Dinyatakan Meninggal Dunia

Sesampainya di rumah sakit, tim medis bergerak cepat memberikan pertolongan. Namun takdir berkata lain. Meski berbagai upaya telah dilakukan, nyawa sang ustaz tidak tertolong. Ustaz Yahya Waloni dinyatakan meninggal dunia pada Jumat siang, di hari yang dimuliakan umat Islam.

Kabar wafatnya mantan pendeta yang telah memeluk Islam dan menjadi salah satu dai terkemuka ini segera menyebar luas, menggema di media sosial, grup-grup pesan singkat, hingga media massa. Banyak yang tak percaya, banyak pula yang menitikkan air mata—terutama mereka yang mengenal Yahya sebagai sosok yang penuh semangat dan tak kenal kompromi dalam menyuarakan dakwah.

Jenazah almarhum kemudian dibawa kembali ke Masjid Darul Falah. Di tempat yang sama ia jatuh, jemaah kembali mengiringinya dengan doa. Rencananya, jenazah akan diterbangkan ke Jakarta untuk dimakamkan di sana, sesuai dengan permintaan keluarga.

Akhir Hidup yang Menggetarkan

Yahya Waloni bukanlah sosok asing dalam dunia dakwah Indonesia. Lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 30 November 1970, ia sempat dikenal sebagai pendeta sebelum akhirnya memeluk Islam dan menjadi mualaf pada awal 2000-an. Sejak itu, ia aktif berdakwah di berbagai daerah dan dikenal karena gaya bicara yang tegas serta retorika yang membakar semangat.

Wafatnya Ustaz Yahya Waloni di atas mimbar, saat menyampaikan pesan tentang ketakwaan dan pengorbanan, menyimpan pesan yang dalam bahwa seorang dai sejati hidup dan wafat dalam jalan dakwah.

Sebagaimana kisah yang disampaikannya tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Yahya Waloni pun menutup hidupnya dalam ketaatan, dalam keadaan mengingat Allah, dan di hari Jumat yang penuh berkah.

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Selamat jalan, Ustaz Yahya Waloni. Doa kami menyertaimu.

(B1)

#UstadzYahyaWaloniMeninggal #Peristiwa