Dari Narkoba, Curanmor, hingga Mutilasi: Warga Tolak Keluarga Wanda Kembali
Satria Juhanda alias Wanda Pelaku Pembunuhan dan Mutilasi saat Diinterogasi Polisi (Dok: Polres Padang Pariaman)
D'On, Padang Pariaman – Trauma mendalam masih menyelimuti warga Korong Lakuak, Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, usai terbongkarnya kasus pembunuhan berantai yang disertai mutilasi terhadap tiga mahasiswi. Kini, ketegangan bertambah seiring penolakan keras warga terhadap keluarga pelaku, Satria Johanda alias Wanda (25), yang disebut-sebut memiliki rekam jejak kriminal panjang dan kerap menimbulkan keresahan di lingkungan.
Warga dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan kehadiran kembali keluarga Wanda di wilayah mereka. Penolakan ini bukan hanya karena aksi keji Wanda yang mengguncang Sumatera Barat, tapi juga karena catatan kelam keluarganya yang dinilai telah lama menjadi sumber keresahan sosial.
“Sudah sejak lama keluarga ini sering bikin masalah. Mulai dari narkoba, pencurian, sampai akhirnya pembunuhan berantai. Warga sudah terlalu takut dan trauma,” tegas Junaidi (47), warga setempat, Rabu (25/6/2025).
Rekam Jejak Keluarga Wanda: Dari Narkoba hingga Curanmor
Penolakan warga tidak muncul secara tiba-tiba. Menurut keterangan warga, keluarga Wanda bukan sekali dua kali tersangkut masalah hukum. Bahkan sebelum pembunuhan terhadap tiga mahasiswi ini terungkap, keluarga pelaku telah menjadi buah bibir masyarakat karena keterlibatannya dalam berbagai kasus kriminal.
“Abangnya dulu polisi, tapi dipecat karena narkoba. Adiknya pernah ketahuan curanmor. Sekarang si Wanda malah jadi pembunuh dan mutilasi orang. Ini bukan keluarga biasa, mereka sudah berkali-kali buat warga resah,” ungkap Imar (39), seorang warga lain.
Diketahui, abang kandung Wanda, yang pernah bertugas di kepolisian, diberhentikan secara tidak hormat karena terlibat kasus penyalahgunaan narkoba. Sementara adik bungsunya juga sempat tersangkut kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Kini, sang pelaku utama, Wanda, tengah mendekam di tahanan setelah mengaku melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap tiga perempuan muda, dua di antaranya merupakan mahasiswi yang sempat dilaporkan hilang.
Ketakutan Warga: Trauma yang Tak Hilang
Tragedi ini menyisakan luka dalam bagi warga Korong Lakuak. Sejak jasad termutilasi Septia Adinda ditemukan di aliran Sungai Batang Anai pada 17-18 Juni 2025, ketenangan masyarakat seolah menguap. Bahkan, setelah Wanda ditangkap pada 19 Juni dini hari, warga masih merasa waswas terutama jika keluarganya kembali menetap di sana.
“Kami ingin hidup aman dan damai. Setelah kejadian ini, banyak warga yang takut keluar malam. Trauma ini tidak bisa hilang begitu saja,” lanjut Junaidi.
Situasi diperparah oleh kenyataan bahwa rumah yang ditinggali keluarga Wanda bukanlah milik pribadi, melainkan hanya sebatas menumpang. Fakta ini membuat warga semakin bulat menolak keberadaan keluarga tersebut di kampung mereka.
“Rumah itu saja bukan milik mereka. Jadi tidak ada alasan mereka harus kembali. Kami di sini tidak ingin hidup berdampingan dengan ketakutan,” tambah Imar.
Kronologi Mencekam: Tiga Mahasiswi Jadi Korban
Kasus ini bermula dari penemuan jasad Septia Adinda dalam kondisi termutilasi di Sungai Batang Anai. Dari hasil penyelidikan, Wanda mengaku juga telah membunuh dua mahasiswi lainnya, yakni Siska Oktavia Rusdi dan Adek Gustiana, yang sempat dinyatakan hilang sejak Januari 2024. Jasad mereka ditemukan dalam kondisi tinggal tulang belulang di sumur tua di rumah pelaku.
Siska diketahui merupakan pacar Wanda saat itu, sementara Adek adalah temannya. Ketiganya diduga menjadi korban dalam rentang waktu yang berbeda, namun baru terungkap setelah kasus mutilasi terakhir menyeruak ke publik. Hingga kini, empat bagian tubuh Septia Adinda masih belum ditemukan.
Warga Bersatu: “Kami Tidak Mau Kejahatan Ini Terulang”
Pasca peristiwa tragis tersebut, rumah yang dulunya ditempati Wanda kini tampak kosong. Sang ibu dan saudara-saudaranya memilih meninggalkan tempat itu sejak penangkapan Wanda. Namun, warga tetap bersikukuh bahwa mereka tidak akan menerima kehadiran keluarga tersebut kembali.
“Ini bukan soal dendam, tapi soal rasa aman. Kami tidak ingin kejahatan ini terulang, apalagi dari orang-orang yang sudah punya sejarah kelam,” ujar seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Kasus Wanda bukan hanya membangkitkan ketakutan, tapi juga membuka tabir gelap tentang bagaimana lingkungan sosial bisa terguncang oleh satu keluarga yang terjerumus dalam pusaran narkoba dan kriminalitas. Kini, masyarakat Korong Lakuak memilih untuk bersuara demi satu tujuan bersama: hidup dalam ketenangan tanpa bayang-bayang horor masa lalu.
(Mond)
#Mutilasi #Pembunuhan #Kriminal #PembunuhanBerantai