Breaking News

2 Ton Sabu Digagalkan di Kepri: Penyelundupan Terbesar dalam Sejarah Indonesia

Kepala BNN Komjen Pol Marthinus Hukom meninjau Kapal MT Sea Dragon Tarawa di dermaga Bea Cukai Batam Tanjung Uncang, Kepri, Rabu (21/5/2025). (ANTARA/HO-BNN RI)

D'On, Batam, Kepulauan Riau
– Laut biru perairan Batam menyimpan kisah kelam yang nyaris mengoyak masa depan jutaan jiwa di Asia Tenggara. Namun kali ini, keberanian dan kesigapan aparat penegak hukum Indonesia membalikkan cerita. Dalam sebuah operasi senyap yang memakan waktu lima bulan, Badan Narkotika Nasional (BNN) berhasil menggagalkan penyelundupan sabu-sabu seberat 2 ton – menjadikannya sebagai kasus narkotika terbesar dalam sejarah Republik Indonesia.

Pengungkapan ini diumumkan langsung oleh Kepala BNN, Komjen Pol Marthinus Hukom, dalam konferensi pers di Batam, Senin (26/5). “Berdasarkan catatan sejarah penegakan hukum narkotika di Indonesia, ini adalah pengungkapan terbesar. Jumlah yang kami amankan luar biasa  2.115.130 gram sabu,” ungkap Marthinus dengan sorot mata serius.

Jejak Jaringan Golden Triangle

Operasi ini berawal dari informasi intelijen tingkat tinggi. BNN menerima laporan adanya pergerakan sindikat narkotika internasional yang diduga kuat berasal dari kawasan Golden Triangle – segitiga emas penyelundupan narkoba yang membentang di antara Myanmar, Laos, dan Thailand. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu pusat produksi narkotika terbesar di dunia.

Menurut Marthinus, sindikat ini tengah merancang rute baru penyelundupan narkotika lewat perairan Indonesia, dengan kapal KM MT Sea Dragon Tarawa sebagai alat angkut utama. Dari titik awal di perairan Andaman, kapal itu bergerak perlahan menuju Kepulauan Riau, membawa muatan haram yang ditujukan untuk pasar gelap Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

“Tanggal 20 Mei 2025, Sea Dragon Tarawa mulai memasuki perairan Indonesia. Kami sudah menunggu. Setelah memastikan bukti-bukti cukup, kapal kami hadang dan kawal menuju Pelabuhan Tanjung Uncang,” tutur Marthinus.

Penemuan Mengejutkan di Perut Kapal

Penggeledahan terhadap kapal ini bukan pekerjaan mudah. Petugas harus memeriksa setiap sudut ruang mesin dan kompartemen tersembunyi. Di balik sekat-sekat logam yang nyaris tak terdeteksi, petugas akhirnya menemukan 67 kardus berisi 2.000 bungkus sabu. Barang haram itu dikemas dalam bungkusan khas jaringan Golden Triangle, lengkap dengan logo-logo mencolok yang selama ini menjadi ciri khas sindikat tersebut.

“Ini bukan operasi skala kecil. Dari kemasan, jenis pengamanan, hingga jalur logistiknya, ini adalah kerja profesional jaringan transnasional,” tambah Marthinus.

Enam Awak, Dua Negara

Dalam penggerebekan ini, BNN menangkap enam orang awak kapal. Empat di antaranya adalah warga negara Indonesia: Vandi Ramdhani, Leo Candra Samosir, Richard Halomoan, dan Hasoloan Samosir. Dua lainnya adalah warga negara Thailand.

“Semua sudah ditetapkan sebagai tersangka dan akan diproses sesuai hukum Indonesia,” tegas Marthinus.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Menurut perhitungan BNN, jika sabu-sabu ini berhasil diedarkan, nilai ekonominya bisa menembus Rp 5 triliun. Namun yang lebih mengerikan adalah dampaknya terhadap kesehatan dan masa depan masyarakat.

“Sebanyak 2 ton sabu ini berpotensi disalahgunakan oleh sekitar 8 juta orang – jumlah yang hampir setara dengan penduduk Jakarta. Ini bukan sekadar angka, ini nyawa,” ujar Marthinus dengan nada berat.

Dua Kasus, Total 4 Ton Narkoba

Ironisnya, pengungkapan ini terjadi hanya sepekan setelah kasus besar lainnya di kawasan yang sama. Sebelumnya, Lantamal IV Tanjungpinang menangkap kapal lain yang mengangkut 700 kg sabu dan 1,2 ton amphetamine. Dalam kasus itu, lima orang tersangka diamankan: empat WN Myanmar dan satu WN Thailand.

“Dari dua kasus dalam tujuh hari, kami sudah menyita total 4 ton narkotika. Ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam incaran besar jaringan narkotika dunia. Tapi kami tidak akan mundur satu langkah pun!” kata Marthinus dengan nada tegas.

Perang yang Belum Usai

Operasi besar ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal babak baru dari perang panjang melawan narkoba. BNN dan seluruh aparat penegak hukum di Indonesia kini tengah meningkatkan koordinasi regional untuk melumpuhkan mata rantai sindikat internasional yang beroperasi di Asia Tenggara.

Karena di balik setiap gram narkoba, ada keluarga yang hancur. Dan di balik keberhasilan operasi ini, ada harapan baru bagi bangsa untuk tetap berdiri tegak dalam melindungi generasi masa depan.

(Mond)

#Narkoba #Sabu #PenyelundupanNarkoba #Batam #BNN