Teror Penembakan Menghantui Rumah Dinas Wakil Bupati Solok Selatan: Misteri di Balik Dua Letusan Tembakan
Ilustrasi Penembak
D'On, Solok Selatan – Malam itu, ketenangan di rumah dinas Wakil Bupati Solok Selatan, Yulian Efi, terusik oleh suara letusan senjata api yang memecah kesunyian. Selasa (26/11) dini hari, tepat pukul 01.15 WIB, dua tembakan menghantam kaca rumah dinas sang pejabat. Kejadian ini sontak menjadi perbincangan hangat, tidak hanya di lingkungan pemerintahan tetapi juga masyarakat luas.
Tembakan misterius ini langsung memicu spekulasi terkait motifnya. Sebagai petahana yang kembali mencalonkan diri dalam Pilkada Solok Selatan 2024, Yulian Efi kini menghadapi ancaman yang tidak hanya menyasar karier politiknya, tetapi juga ketenangan keluarganya.
Dugaan Awal: Teror Bermotif Politik
Tidak sedikit yang menduga penembakan tersebut memiliki kaitan dengan suhu politik yang semakin memanas jelang Pilkada. Polisi mencatat kejadian ini berlangsung hanya satu jam setelah keributan di rumah kandidat lain, Boy Iswarmen, yang juga maju sebagai calon Wakil Bupati. Kendati demikian, polisi masih menyelidiki apakah ada hubungan antara kedua insiden ini.
Kuasa hukum Yulian Efi, Suharizal, menegaskan bahwa serangan ini adalah bentuk ancaman serius terhadap pejabat negara. “Penembak ini sangat profesional. Dari jarak 30 meter, mereka berhasil mengenai target, yaitu kaca rumah yang pecah tepat di tengahnya,” ungkap Suharizal dalam keterangan persnya pada Rabu (27/11).
Lebih lanjut, Suharizal mengungkapkan bahwa proyektil yang ditemukan di lokasi bukan berasal dari senapan angin biasa, melainkan airsoft gun. Kendati bukan senjata api mematikan, penggunaan alat ini menunjukkan perencanaan matang untuk menciptakan efek psikologis yang menakutkan.
Rumah Dinas: Simbol Negara yang Tercoreng
Suharizal juga menyoroti pentingnya insiden ini. “Yang diserang bukan rumah pribadi seorang calon, melainkan rumah dinas Wakil Bupati, yang merupakan aset negara. Ini jelas bukan tindakan sembarangan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan penelusuran awal beberapa jam setelah kejadian. “Kami sudah berhasil mengidentifikasi pelaku, bahkan mengetahui keberadaan mobil yang digunakan. Namun, ini di luar kapasitas kami untuk mengambil tindakan hukum lebih lanjut,” ujarnya.
Kuasa hukum ini mendesak Kapolda dan Kapolres Solok Selatan untuk segera mengamankan pelaku agar ketakutan ini tidak merembet ke pejabat negara lainnya.
Efek Ketakutan di Tengah Suhu Politik Memanas
Di tengah Pilkada Solok Selatan yang hanya diikuti dua pasangan calon, persaingan politik memang tak terelakkan. Pasangan petahana, Khairunas-Yulian Efi, diusung oleh delapan partai besar seperti Golkar, Gerindra, hingga PDI Perjuangan. Sementara itu, pasangan Armensyah Johan-Boy Iswarmen mendapat dukungan dari NasDem dan Partai Buruh.
Dua pasangan ini mencerminkan kekuatan politik yang berimbang, namun gesekan di antara pendukung kerap menimbulkan insiden tak diinginkan. Suharizal sendiri belum berani mengaitkan penembakan ini secara langsung dengan persaingan Pilkada.
“Kami tidak ingin gegabah menyimpulkan. Tapi jelas ini adalah ancaman yang ditujukan kepada pejabat negara, yang seharusnya dilindungi oleh negara. Motifnya terlihat jelas: menimbulkan rasa takut,” ucapnya.
Tantangan dalam Menegakkan Keamanan Pemilu
Insiden ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi aparat keamanan dalam menjaga kondusivitas Pilkada. Dalam situasi politik yang memanas, ancaman terhadap para kandidat sering kali digunakan sebagai alat intimidasi.
“Teror ini tidak hanya menyasar individu, tetapi juga sistem demokrasi secara keseluruhan,” tegas seorang pengamat politik lokal.
Masyarakat kini menanti langkah tegas aparat penegak hukum untuk mengungkap dalang di balik penembakan ini. Semakin lama kasus ini tidak terungkap, semakin besar pula dampaknya terhadap rasa aman para pejabat dan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
Pilkada 2024: Momentum atau Ancaman?
Pilkada 2024 seharusnya menjadi momentum untuk menunjukkan kematangan berdemokrasi di Solok Selatan. Namun, dengan adanya teror seperti ini, pertanyaan besar muncul: apakah demokrasi di daerah ini benar-benar berjalan dalam suasana damai, atau justru menjadi arena intimidasi dan kekerasan?
Warga Solok Selatan kini hanya bisa berharap agar keadilan ditegakkan, bukan hanya demi Yulian Efi, tetapi juga demi demokrasi yang sehat di kabupaten tercinta ini. Apakah pelaku akan segera ditangkap? Waktu yang akan menjawab.
(Mond)
#Peristiwa #Penembakan #SolokSelatan