Breaking News

Sederet Kontroversi Dokter Terawan Berujung Pemecatan dari IDI

D'On, Jakarta,- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menghentikan keanggotaan mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dalam Muktamar IDI ke-31 di Aceh.


Dari hasil penelusuran berbagai sumber, kontroversi mewarnai sepak terjang Terawan baik sebagai dokter maupun saat menjabat Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju.

Berikut adalah deret kontroversi dokter Terawan.

Cuci Otak Terawan

Salah satu kontroversi Terawan dalam dunia kedokteran adalah metode cuci otak bernama Digital Subtraction Angiography (DSA). Cuci otak ini digunakan untuk menyembuhkan pasien stroke.

Menurut Terawan, pasien yang menjalani pengobatan dengan metode cuci otak disebut bisa sembuh dari stroke sekitar 4-5 jam setelah operasi.

Ia juga menyebut metode cuci otak ini telah mendapatkan nama paten 'Terawan Theory' dan telah diterapkan di Jerman.

Sejumlah kalangan mempertanyakan metode cuci otak dokter militer ini. Sebab, DSA dinilai belum terbukti secara ilmiah.

Merespons hal ini, IDI kemudian menggelar sidang etik dan memutuskan pemecatan sementara dokter Terawan dari keanggotaan pada 2018. Namun, keputusan ini dikaji ulang dan penerapan sanksi ditunda.

Sebut Covid-19 Bisa Sembuh dengan Sendirinya

Terawan pernah menyebut virus Covid-19 merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Pernyataan ini Terawan lontarkan saat merespons dua warga Depok yang terkonfirmasi Covid-19 pada awal masa pandemi 2020.

Saat itu, Terawan menyebut sebagai penyakit self limited disease, Covid-19 umumnya sembuh jika tubuh memiliki imunitas yang baik.

"Harus diingat ini penyakit self limited disease, penyakit yang bisa sembuh sendiri. Sama seperti virus lain," ujar Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 2 Maret 2020.

Masker Hanya untuk Penderita Covid-19

Pada masa awal pandemi Terawan juga menyita perhatian publik lantaran tidak menganjurkan orang sehat mengenakan masker.

Saat ituTerawan menyebut hanya orang sakit yang menggunakan Covid-19. Dia menegaskan pernyataannya berangkat dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Kan dari WHO yang sakit aja yang pakai masker. Yang sehat ndak usah, karena kalau sehat makai masker percuma dia nanti megang-megang tetap bisa kena," ujar Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3).

Dicopot Jokowi

Setelah kerap mendapat kritik publik, nama Terawan kemudian masuk dalam daftar menteri yang dicopot Presiden Jokowi.

Posisi Terawan diganti Budi Gunadi Sadikin yang sebelumnya menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 22 Desember 2020.

Jokowi sebelumnya menyentil Kementerian Kesehatan masa kepemimpinan Terawan karena serapan belanja anggaran selama pandemi Covid-19 justru rendah.

Misalnya saya berikan contoh, bidang kesehatan, itu dianggarkan Rp75 triliun. Rp75 triliun itu baru keluar 1,53 persen coba, uang beredar di masyarakat ke-rem ke situ semua," kata Jokowi melalui tayangan video yang diunggah di akun Youtube Sekretariat Presiden, Minggu 28 Juli 2020.

Vaksin Nusantara

Setelah dicopot dari kursi Menteri Kesehatan, Terawan masih membuat kontroversi, yakni dengan mencetuskan Vaksin Nusantara.

Gagasan Terawan ini digadang-gadang sebagai vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik. Tingkat keampuhan vaksin Nusantara disebut bisa disesuaikan dengan masing-masing individu.

Namun, dalam prosesnya mendapatkan uji klinis fase II Vaksin Nusantara tidak mulus. Vaksin Nusantara bahkan tidak direstui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sikap BPOM kemudian menjadi perselisihan dengan Komisi IX DPR RI. Mayoritas anggota komisi tersebut menilai BPOM tidak lagi independen dan berusaha menghalangi vaksin temuan anak bangsa.


(iam/wis)

#DokterTerawan #IDI #Kontroversi