Breaking News

Tour de Singkarak Harga Diri Sumatera Barat

D'On, Sumbar,- Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menegaskan jika iven sport tourism Tour de Singkarak (TdS) adalah harga diri Sumatera Barat. Maka dari itu, sangat dibutuhkan kerja sama yang solid antara semua stakeholder yang ada.

Di tahun ke-11 berjalannya TdS, menandai dibuka lintasan ke luar wilayah Sumbar yakni Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Ke depan, Pemerintah Sumatera Barat, ingin mengkoneksikan Pulau Sumatera melalui TdS.

Momentum TdS, tamu yang datang ke Ranah Minang, kata Nasrul, harus bisa merasakan sensasi yang berbeda, baik dari segi pelayanan, keramahan masyarakat, kelezatan kuliner, adat istiadat dan kemolekan budaya hingga sensasi tantangan lintasan yang ada di setiap etape.

Gelaran TdS, menurut Nasul Abit, bukan semata ajang balap sepeda dan wadah promosi kepariwisataan. Namun, juga menjadi ajang pembuktian kalau Sumatera Barat, mampu mengkoordinir penyelenggaraan iven berkelas Internasional dengan jumlah tamu yang datang cukup banyak

Untuk bisa menyelenggarakan iven tahunan berkelas internasional seperti TdS, kata Nasrul, bukanlah perkara gampang. Butuh perjuangan yang keras, berkali-kali harus menyakinkan Union Cycliste Internationale (UCI) yang tak lain adalah badan organisasi sepeda dunia.

Hingga akhirnya pada tahun 2009 silam, TdS berhasil diselenggarakan. Bahkan kini, sudah masuk dalam 100 kalender Wonderful Event Indonesia. Maka dari itu, ujarnya, TdS tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan karena gelaran iven ini menyangkut harga diri Sumatera barat.

"Kenapa saya selalu hadir pada saat baik itu di start maupun finis?. Apabila ada waktu, saya pasti hadir. Karena, saya juga ditunjuk selaku Chairman. Artinya, orang yang bertanggung jawab tentang pelaksanaan TdS ini," kata Nasrul Abit.

Menurut Nasrul Abit, selain menjabat selaku Chairman, kehadiran dirinya di setiap etape juga lantaran ingin melihat langsung sejauh mana dampak TdS terhadap ekonomi dan yang lain. Karena, melalui TdS, juga ada banyak nilai-nilai strategis yang hendak dicapai. Terutama dari sisi turisnya, olah raga hingga ekonomi.

"Saya juga ingin melakukan evaluasi terhadap kegiatan TdS ini, karena ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung. Saya ingin melihat antusiasnya kabupaten dan kota dalam menyambut, baik itu start maupun finis TdS. Kemudian di samping itu, saya juga ingin melihat sejauh mana dampak terhadap ekonomi dari TdS ini. Nah untuk itu, saya harus memperhatikan dan langsung turun ke lokasi.

Nasrul memastikan, iven TdS ditahun berikutnya, akan semakin baik lagi. Dari setiap temuan atau kelemahan TdS 2019, nanti akan devaluasi total. Tujuannya, agar ke depan lebih baik lagi. "Saya berharap semakin baik, TdS harga diri Sumbar. Waktunya bagi kita untuk mempromosikan pariwisata Sumatera Barat ketingkat dunia," pungkas Nasrul Abit.

Senada dengan Nasrul Abit, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Sumatera Barat Hendri Agung Indrianto, selain berdampak secara ekonomi, dan adanya peningkatan pariwisata, sejatinya TdS adalah harga diri Sumbar, kebanggaan Sumbar.

"Apakah ada event sebesar TdS di Sumatera Barat yang telah berjalan 11 kali? Kan tidak ada. Dan event ini mulai tahun 2018 sudah diserahkan oleh Kemenpar ke Pemprov Sumbar, dengan pelaksana Dinas Pariwisata Sumbar," tandasnya.

Dalam perjalanannya, sebut Agung, pihaknya sanggup mengorganisir event ini. Mengkoordinir berbagai stakeholders seperti Polri untuk pengamanan dan pengawalan. Dinas PU untuk kelayakan jalan. Dinas Kesehatan untuk kesehatan dan berbagai aspek lainnya.


"Pelaksanaan TdS di 14 daerah di Sumbar dan 2 di Jambi, kita sanggup menggerakkan (mobilisasi) 650-700 orang, dari satu etape ke etape lainnya, dari satu daerah ke daerah lainnya. Ini sesungguhnya berat, tapi krusial untuk menjaga nama baik Sumbar. Kita bandingkan dengan 'tour sepeda' lainnya, jelas signifikan kita," ungkapnya.

Maka itu, Kepala Pelaksana TdS di tingkat Provinsi (Dinas Pariwisata Sumbar) ini, minta semua pihak jangan melihat angka-angka peningkatan pariwisata saja. Tapi bagaimana, antusias UCI misalnya, dengan kagumnya pada alam Sumbar, dan antusiasme warga menyambutnya.

"TdS ini juga mempersatukan 16 bupati dan walikota loh," tukasnya.

Dalam perjalanan TdS 2019, secara kasat mata terlihat antusias warga di tiap titik etape menyaksikannya. Mereka berbondong hadir di sekitar titik start dan finis, serta berjajar di sepanjang lintasan.

Paling kentara terpantau di etape anyar, Kayu Aro - Dermaga Danau Kerinci yang masuk etape VII dan Sungai Penuh - Painan etape VIII.

Di Dermaga Danau Kerinci lokasi finis etape VII dan Sungai Penuh start VIII, serta titik perlintasan seperti Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, warga membeludak di pinggir lintasan.

Animo dan euforia masyarakat memberi darah segar bagi panitia penyelenggara. Ini juga bukti Sumbar bisa merangkul daerah dari provinsi tetangga.

"Saya menyambut baik Tour de Singkarak di Kerinci. Saya sebagai putra daerah cukup senang. Melalui TdS, tentu saja akan berdampak kepada kemajuan pariwisata kami disini. Intinya bagus karena manarik tamu luar untuk melihat Kerinci lebih dalam lagi," ujar Saka Anyana Nugraha, salah seorang warga Kerinci.

Selain Gunung Kerinci dan kebun teh, menurut Saka, Kerinci memiliki destinasi lain seperti air panas Semurup, dan Danau Kerinci. Dengan banyaknya tamu yang datang, tentu saja diharapkan objek wisata unggulan lainnya berdampak dari sisi promosi.

Saka berharap, pasca penyelenggaraan TdS ini, akan banyak membawa dampak positif bagi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Baik dari sisi pariwisata maupun ekonomi.

"Konsep menawarkan rumah warga yang dijadikan home stay sebagai tempat penginapan sangat bagus dan dapat menunjang perekonomian warga Kerinci," bilangnya.

Bupati Kerinci Adirozal menyebutkan kalau, iven Tour de Singkarak, ternyata selama ini memang dirindukan oleh masyarakatnya. Prediksi penonton akan membeludak, menjadi kenyataan. Bahkan, mengalahkan jumlah penonton di etape sebelumnya terbukti.

“Apa yang selama ini kita rindukan yakni TdS, Alhamdulillah berjumpa dengan kita tahun ini. Penuh dengan penonton. Tahun depan, kita ulang lagi. Kami masyarakat Kerinci mengharapkan sangat dari event organizer dan dari Pemerintah Sumatera Barat untuk kita ulangi lagi TdS tahun depan di Kerinci,” kata Adirozal.

Adirozal mengakui kalau gelaran TdS ini, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tapi hal itu masih wajar, karena baru menjadi tuan rumah penyelenggaraan untuk pertama kalinya.

“Masih ada kekurangan dan kelemahan, tapi sebagai pertama dilakukan, pantas jika ada kekurangan. Maka  itu, butuh bimbingan dari pusat dan Sumbar. Kami siap perbaiki,” ujar Adirozal.

Adirozal menilai, Tour de Singkarak, bisa dikatakan sebagai salah satu upaya untuk lebih memajukan ekonomi Kerinci yang saat ini pertumbuhannya berada di angka 6.68 persen. Tahun depan, Adirozal menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk membuat kerajinan tangan dan menjual berbagai macam jenis kuliner yang ada

“Ini untuk memajukan ekonomi Kerinci. Pertumbuhan ekonomi kita saat ini 6.68 persen. TdS sudah masuk. Tolong masyarakat buatlah suvenir dan kuliner. Terima kasih pada media dan peserta. Saya harap, senang berada di Kerinci. Selamat tinggal. Jumpa lagi tahun depan. Kami suguhkan kesenian sebagai persembahan kami, Kerinci. Terima kasih atas seluruhnya,” kata Adirozal, saat finis etape VII di Dermaga Danau Kerinci.

(MC TdS 19)