Breaking News

Tragedi di Khan Younis: Ketika Mencari Makanan Berujung Kematian, 59 Warga Palestina Tewas Ditembak Tank Israel

Ilustrasi Tank Israel 

D'On, Gaza Selatan —
Di tengah derita kelaparan yang makin menggigit, tragedi kembali menimpa warga sipil Palestina. Sedikitnya 59 orang tewas dan 221 lainnya terluka setelah tank-tank militer Israel melepaskan tembakan ke arah ribuan warga Palestina yang tengah mengantre bantuan makanan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada Selasa pagi, 17 Juni 2025. Insiden ini mempertegas bahwa bahkan kebutuhan dasar seperti tepung dan air bersih kini bisa menjadi harga nyawa di wilayah yang terkepung.

Rekaman video yang menyebar cepat di media sosial memperlihatkan pemandangan memilukan: belasan jasad berserakan di jalanan berdebu, beberapa di antaranya anak-anak. Sementara itu, jerit tangis dan teriakan panik terdengar bersahutan, saat warga berusaha menyelamatkan para korban yang bersimbah darah. Tidak ada ambulans. Tidak ada evakuasi medis terkoordinasi. Mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi, gerobak tangan, bahkan kereta keledai.

“Mereka menyuruh kami mendekat. Kami pikir bantuan akan dibagikan. Tapi tiba-tiba, suara ledakan terdengar dan peluru mulai berjatuhan dari arah tank,” ungkap Alaa, seorang saksi mata yang membantu korban di Rumah Sakit Nasser. “Orang-orang ini hanya ingin membawa pulang sekarung tepung untuk anak-anak mereka.”

Tembakan di Tengah Harapan

Menurut laporan saksi yang dihimpun Reuters, tembakan berasal dari arah tank Israel yang berada tak jauh dari jalur distribusi bantuan. Dua peluru dilaporkan menghantam kerumunan massa yang sedang berkumpul di jalan utama bagian timur Khan Younis, tempat truk bantuan menepi untuk menurunkan logistik makanan.

Pihak militer Israel (IDF) dalam pernyataan resminya mengakui adanya aktivitas militer di sekitar lokasi, namun berdalih bahwa pasukannya sedang menghadapi kerumunan yang mendekat. "Kami mengetahui laporan bahwa ada warga sipil yang tertembak setelah mendekati posisi pasukan. Insiden ini sedang dalam penyelidikan," tulis IDF.

Namun, warga dan petugas medis di lapangan memiliki cerita berbeda. Mereka menyebutkan bahwa tidak ada provokasi atau kekacauan sebelum tembakan dilepaskan. Yang ada hanyalah ratusan warga yang lelah dan kelaparan, berdiri di bawah terik matahari, menanti sekarung tepung atau sekotak makanan kaleng yang bisa memberi makan keluarga mereka selama beberapa hari.

Rumah Sakit Tanpa Tempat Tidur

Di Rumah Sakit Nasser, salah satu fasilitas medis yang masih beroperasi di Gaza selatan, para tenaga kesehatan berjuang dalam kondisi yang mengenaskan. Lorong-lorong rumah sakit dipenuhi korban. Banyak pasien dirawat di lantai, sementara tim medis kehabisan suplai dasar seperti perban, infus, dan obat penahan rasa sakit.

“Setiap hari kami menyaksikan kematian akibat lapar, dan sekarang, karena bantuan pun kami dibunuh,” ujar seorang dokter yang tak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Bukan Insiden Pertama

Sejak akhir Mei, lebih dari 397 warga Palestina tewas dan 3.000 lebih terluka ketika mencoba mengakses bantuan kemanusiaan. Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan terhadap kerumunan bantuan telah terjadi hampir setiap hari sejak Israel melonggarkan blokade penuh selama hampir tiga bulan terakhir.

Distribusi bantuan saat ini dikelola sebagian oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat. Lokasi-lokasi distribusi GHF dijaga ketat oleh pasukan Israel. Namun, insiden tragis yang terjadi Selasa lalu tidak terjadi di titik GHF, melainkan di lokasi distribusi Program Pangan Dunia PBB (WFP) yang dinilai lebih netral.

Kritik Dunia Internasional

PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya terus melayangkan kritik terhadap sistem distribusi bantuan yang dikontrol militer. Menurut mereka, sistem yang dikelola GHF tidak hanya berbahaya tetapi juga melanggar prinsip-prinsip imparsialitas bantuan kemanusiaan. Israel bersikukuh sistem tersebut diperlukan untuk mencegah bantuan jatuh ke tangan pejuang Hamas—klaim yang berulang kali dibantah oleh kelompok tersebut.

Pejabat Gaza menyebut bahwa ratusan warga telah tewas saat mencoba menjangkau lokasi distribusi bantuan yang dikawal tentara. Mereka menuding sistem ini sebagai “jebakan kemanusiaan,” tempat di mana rakyat Palestina dipaksa memilih antara kelaparan atau kematian.

GHF sendiri membela diri dengan menyatakan bahwa sejak mulai beroperasi, mereka telah berhasil menyalurkan lebih dari tiga juta makanan di empat titik distribusi tanpa insiden kekerasan.

Harga dari Sebungkus Tepung

Khan Younis hari itu bukan hanya saksi atas peluru yang menembus tubuh manusia, tetapi juga cermin tragis dari dunia yang membiarkan kemanusiaan hancur di bawah rantai pasokan dan bayonet senjata. Di tanah yang sudah lama terluka, perburuan terhadap roti berubah menjadi ladang pembantaian.

Seorang ibu yang kehilangan anak lelakinya dalam insiden itu berkata lirih, “Kami tidak meminta banyak… hanya ingin memberi makan anak-anak kami.”

Namun, di Gaza hari ini, bahkan niat itu bisa mengantarkan seseorang ke liang kubur.

(Reuters)

#Intermasional #Palestina #AgresiIsrael