Terungkap, Kerabat Dekat Jadi Dalang Perampokan Sadis di Agam: Keluarga Disekap, Rp1,5 Miliar Raib
D'On, Agam, Sumatera Barat — Suasana mencekam menyelimuti rumah sederhana milik Marwis (65) di Jorong Galudua, Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Dini hari yang semula tenang berubah menjadi mimpi buruk saat tiga pria bertopeng dan bersenjata menerobos masuk. Dengan ancaman maut, mereka menyekap satu keluarga dan menggondol harta benda senilai Rp1,5 miliar.
Namun, yang paling menggetarkan hati bukan hanya keberanian pelaku melancarkan aksi kriminal tersebut, melainkan fakta bahwa dalang dari perampokan keji itu ternyata adalah kerabat dekat korban sendiri.
Terbongkar dari Banten: Jejak Darah dan Pengkhianatan
Setelah melalui penyelidikan intensif selama berhari-hari, aparat Polresta Bukittinggi akhirnya berhasil membongkar tabir di balik kasus yang menyita perhatian publik ini. Ihsan, seorang pria yang diketahui memiliki hubungan kekerabatan cukup dekat dengan keluarga Marwis—meskipun bukan cucu kandung—ditetapkan sebagai salah satu otak dari perampokan bersenjata tersebut.
Penangkapan Ihsan dilakukan dalam operasi senyap oleh tim Reskrim Polresta Bukittinggi di sebuah apartemen kawasan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Saat itu, Kamis dini hari (19/6), sekitar pukul 03.00 WIB, petugas menggerebek dua kamar berbeda yang dihuni oleh Ihsan dan satu tersangka lainnya yang belum diungkap identitasnya ke publik. Keduanya diketahui berasal dari wilayah Pasaman, Sumatera Barat.
“Kami sudah lama mencurigai keterlibatan orang dekat korban, dan setelah pendalaman saksi serta pengumpulan informasi, nama Ihsan mulai mengerucut,” ungkap AKP Idris Bakara, Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi.
Petunjuk dari Dalam Rumah: Saat Detail Menjadi Bukti
Kecurigaan terhadap keterlibatan “orang dalam” mulai mencuat setelah para penyidik mendapati bahwa para pelaku tampak sangat memahami denah rumah, kebiasaan korban, dan bahkan lokasi penyimpanan barang berharga. Kombes Pol Yessi Kurniati, Kapolresta Bukittinggi, sejak awal sudah mengendus adanya keterlibatan pihak yang mengenal keluarga Marwis secara personal.
“Pelaku tahu persis kapan penghuni tidur, kapan rumah dalam kondisi lemah pengawasan, bahkan titik penyimpanan emas dan dokumen berharga. Ini bukan kerjaan orang asing semata. Ini adalah pengkhianatan dari orang yang dipercaya,” ujarnya tegas.
Tangkap Pelaku Ketiga: Remaja 19 Tahun, Saudara Jadi Korban
Jaringan perampokan ini ternyata melibatkan lebih dari dua orang. MR (19), seorang remaja asal Jorong Durian Kilangan, Nagari Kinali, ditangkap oleh Polsek Kinali pada Sabtu malam (16/6) sekitar pukul 21.00 WIB. Awalnya, MR ditahan terkait kasus pencurian emas di rumah kakaknya sendiri. Namun, dalam pemeriksaan lanjutan, namanya menyeruak sebagai bagian dari kelompok yang menyatroni rumah Marwis.
“Dalam interogasi, MR mengaku diajak oleh seseorang berinisial ‘I’, yang belakangan kami ketahui sebagai Ihsan,” jelas AKP Alfian Nurman, Kapolsek Kinali.
Saat ini, MR sudah diamankan di Mapolsek Kinali, menunggu penjemputan oleh tim Reskrim Polresta Bukittinggi untuk menjalani BAP lanjutan.
Dini Hari Berdarah: Rekonstruksi Mencekam Aksi Perampokan
Tragedi itu terjadi pada Minggu dini hari (15/6), sekitar pukul 02.00 WIB. Tiga pria bertopeng dan membawa senjata tajam membobol pintu rumah Marwis yang tengah tertidur bersama istri dan mertuanya. Ketiganya sontak terbangun oleh suara gaduh dan bentakan penuh ancaman.
“Kalau macam-macam, saya habisi kalian semua!” ancam salah satu pelaku, menempelkan pisau ke arah korban.
Dalam kondisi teror, keluarga tak berdaya. Mereka dipaksa menyerahkan semua barang berharga: uang tunai, emas, surat-surat penting kendaraan, hingga kunci motor. Setelah puas menguras isi rumah, pelaku mengunci ketiganya di dalam kamar agar tak bisa meminta bantuan.
“Kami hanya bisa berdoa agar nyawa kami selamat,” kenang Marwis, masih terguncang saat diwawancarai pasca kejadian.
Kerugian Besar, Luka Lebih Dalam
Total kerugian dari aksi ini ditaksir mencapai Rp1,5 miliar. Namun luka psikologis yang dialami keluarga korban yang dikhianati oleh orang yang mereka anggap keluarga tak ternilai.
“Bukan cuma soal emas dan uang, tapi ini soal kepercayaan yang dihancurkan oleh orang yang kami sayangi,” ucap salah satu anggota keluarga korban dengan suara lirih.
Polisi Terus Kembangkan Kasus
Pihak kepolisian masih mendalami apakah ada pelaku lain yang terlibat dalam jaringan ini. Penyelidikan difokuskan pada motif, jalur perencanaan, serta alur pengaliran harta rampasan. Tak menutup kemungkinan, akan ada tersangka baru dalam waktu dekat.
“Kami akan bongkar semuanya. Kejahatan yang dilakukan dengan pengkhianatan seperti ini tak akan kami biarkan berlalu,” tegas Kombes Pol Yessi.
Ketika Kepercayaan Jadi Senjata
Kasus perampokan di Agam ini menjadi pengingat keras bahwa dalam kejahatan, musuh bisa datang dari lingkaran paling dekat. Ketika kepercayaan disalahgunakan, kehancuran yang ditinggalkan bukan hanya materi, tapi luka batin yang dalam.
Kini, tinggal aparat yang terus bekerja, dan masyarakat yang mulai bertanya-tanya: sejauh mana kita benar-benar mengenal orang-orang di sekitar kita?
(Mond)
#Perampokan #Kriminal #SumateraBarat