Breaking News

Ditinggal di Gerbang RS Bhayangkara: Kisah Pilu Wanita NTB Tertipu Polisi Gadungan di Padang

Wanita NTB Tertipu Oknum Diduga Polisi Gadungan di Padang – Dok. Sumbarkita.id

D'On, Padang
– Dalam gelapnya malam Jumat di penghujung Mei, seorang perempuan berdiri sendiri di depan Rumah Sakit Bhayangkara, Padang. Namanya Fitri, usianya 31 tahun, dan ia baru saja menempuh perjalanan jauh dari Nusa Tenggara Barat dengan segunung harapan di dadanya—harapan untuk bertemu cinta yang selama ini hanya ia kenal lewat layar ponsel.

Namun yang ia temui bukanlah pelukan hangat atau senyuman yang selama ini hadir dalam pesan-pesan digital. Yang ia temui adalah kenyataan pahit ia telah ditipu, ditinggalkan, dan tak tahu harus ke mana melangkah.

Janji Manis di Balik Seragam

Kisah ini bermula enam bulan lalu, ketika Fitri berkenalan dengan seorang pria di media sosial. Pria itu memperkenalkan diri sebagai “A,” seorang anggota polisi yang berdinas di Rumah Sakit Bhayangkara, Padang. Dengan sapaan sopan, perhatian yang konsisten, dan foto-foto yang meyakinkan, “A” membangun citra sebagai pria mapan, bertanggung jawab, dan serius ingin menjalin masa depan.

Hubungan jarak jauh atau LDR itu tumbuh dari sekadar obrolan santai menjadi ikatan emosional. Dalam rentang waktu itu, Fitri mengaku sudah beberapa kali mengirimkan uang kepada “A.” Alasannya terdengar meyakinkan biaya administrasi untuk kenaikan pangkat, kebutuhan mendadak, dan ongkos keperluan dinas. Fitri percaya, dan cinta telah membutakan logikanya.

Langkah Besar, Harapan Besar

Tanggal 30 Mei, dengan menabung dari gaji yang tak seberapa, Fitri memberanikan diri terbang ke Padang. Ia membawa koper kecil, ponsel yang berisi ratusan percakapan dengan pria impiannya, dan secuil mimpi: bahwa hubungan virtual mereka akan berakhir manis dengan pertemuan nyata.

Namun, ketika ia tiba di depan RS Bhayangkara, pria yang dijanjikan tak tampak. Justru, “A” kembali menghubunginya kali ini meminta Rp300 ribu sebagai ongkos menjemput. Fitri, yang saat itu sudah di lokasi, menuruti permintaan tersebut. Ia mentransfer uang terakhir yang ia miliki. Lalu menunggu.

Satu jam. Dua jam. Tiga. Hingga lima jam berlalu.

Tak ada tanda-tanda kehadiran “A.” Tak ada kabar. Tak ada jawaban dari panggilan atau pesan.

Yang tersisa hanyalah seorang perempuan yang kebingungan, kelelahan, dan kehabisan uang, berdiri seorang diri di kota yang asing baginya.

Tangis di Pos Polisi

Dalam kondisi hampir putus asa, Fitri melangkah ke pos penjagaan polisi terdekat. Dengan suara bergetar dan mata sembab, ia menceritakan kisahnya kepada petugas jaga. Ia bahkan tak tahu harus menginap di mana malam itu. Satu-satunya yang ia tahu: ia ingin pulang. Tapi tak ada uang, tak ada keluarga, tak ada siapa pun di Padang.

Petugas yang mendengarkan kisah Fitri kemudian mengarahkannya ke Markas Satpol PP Kota Padang. Di sana, Fitri kembali menceritakan semuanya, kali ini di hadapan petugas Satpol PP yang kemudian menghubungi Dinas Sosial.

“Saya tidak punya uang lagi. Saya sudah ditipu. Saya ingin pulang, tapi tidak tahu harus mengadu ke siapa,” ujar Fitri dengan air mata yang tak bisa lagi ia tahan.

Upaya Pemulangan dan Penyelidikan

Kepala Satpol PP Kota Padang, Chandra Eka Putra, membenarkan kejadian ini. Ia mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari seorang perempuan asal NTB yang mengaku menjadi korban penipuan oleh pria yang dikenalnya secara daring.

“Benar, kemarin seorang wanita datang ke Mako Satpol PP dan mengatakan telah ditipu oleh pria yang dikenalnya secara online. Saat ini kami tengah menjalin koordinasi dengan Dinas Sosial untuk membantu memulangkan korban ke daerah asalnya,” kata Chandra pada Sabtu, 31 Mei.

Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait identitas pelaku. Investigasi masih berlangsung, dan belum dapat dipastikan apakah benar pelaku adalah anggota kepolisian aktif atau hanyalah oknum yang menyamar.

Luka yang Tertinggal

Bagi Fitri, luka yang tertinggal bukan hanya soal uang puluhan juta yang melayang atau perjalanan sia-sia ke Sumatera Barat. Yang lebih menyakitkan adalah dikhianatinya kepercayaan rasa percaya yang ia bangun selama enam bulan kepada seseorang yang ia yakini akan menjadi bagian masa depannya.

Kasus ini menjadi cermin pilu dari banyaknya penipuan berkedok asmara yang menjamur di media sosial. Cinta bisa membutakan, dan di balik profil yang tampak meyakinkan, bisa tersembunyi niat jahat yang merusak hidup orang lain.

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal menjadi korban penipuan daring, segera laporkan ke pihak berwajib dan jangan pernah mentransfer uang kepada orang yang belum kamu kenal secara nyata.

(Mond)

#Padang #Penipuan #Peristiwa