Breaking News

Pakar Psikologi: Pelaku Pembunuhan Miliki Kendali Emosi Diri yang Kuat


D'On, Bekasi (JABAR),- Geger ditemukannya satu keluarga tewas terdiri atas empat orang di rumahnya Jalan Bojong Nangka II, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, Selasa (13/11/2018) dini hari.

Mereka adalah pasangan suami-istri Diperum Nainggolan (38)-Maya Boru Ambarita, serta dua anak mereka Sarah Boru Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7).

Menurut Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menilai, pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga di Bekasi dipastikan memiliki kendali diri kuat.

Dituturkan Reza, jika dilihat dari modus atau cara berbeda yang digunakan pelaku dalam menghabisi empat korban dalam satu keluarga tersebut.

Pasutri Diperum dan Maya diduga dilukai di leher dengan senjata tajam. Sedangkan dua anak dihabisi dengan tangan kosong.
"Dari dua perbedaan modus pembunuhan ini, menandakan ada kendali diri yang kuat pada diri pelaku kejahatan. Korban kanak-kanak boleh jadi adalah collateral damage; yakni mereka berada di waktu yang salah dan tempat yang salah," ucap Reza kepada media ini, Selasa (13/11/2018).

"Saya meyakini, bahwa kedua anak itu dihabisi bukan karena sasaran pelaku, melainkan karena menyaksikan apa yang telah terjadi terhadap kedua orang tua mereka" katanya lagi.

Dikatakannya lagi, berdasarkan dari pemberitaan awalnya polisi menduga pembunuhan ini tidak dilatarbelakangi motif ekonomi. Alasannya, tidak ada barang berharga hilang dari lokasi pembunuhan.

"Jika ditelisik lebih jauh lagi, kejahatan properti tidak melulu mengincar benda di dalam rumah. Ada asuransi, kebun, dan harta benda lain yang bisa saja disasar pelaku dan berada di luar TKP (Tempat Kejadian) pembunuhan," katanya.

Lebih jauh Reza menjelaskan, dari sejumlah pemberitaan,  peristiwa itu diduga terjadi Selasa (13/11/2018) dini hari berdasar keterangan saksi bernama Erna.
Erna menuturkan, bahwa sekitar pukul 03.30, ada seorang saksi melihat gerbang rumah kontrakan korban sudah terbuka dan televisi di rumah korban juga terlihat menyala.

"Siapakah saksi ini? Jam segitu dia mengamati dan mengingat sedemikian cermat. Saksi adalah pekerja malam? Tampaknya bukan karena dalam pemberitaan disebutkan saksi mencoba memanggil korban dari luar rumah namun tidak ada jawaban," katanya.
Dalam pemberitaan itu, katanya saksi pun meninggalkan lokasi dan kembali ke rumah kontrakannya.

Lalu, pada pagi hari sebelum berangkat kerja sekitar pukul 06.30 WIB, saksi melihat korban belum bangun. Saksi pun curiga dan membuka jendela.

"Disini saya tegaskan bahwa saya tidak sedang berprasangka macam-macam terhadap saksi. Tapi dari psikologi forensik, rangkaian perilakunya perlu didalami guna menakar akurasi dan kelengkapan informasi yang dia berikan," ungkapnya.

Selain itu, kata Reza, dalam penyelidikan berikutnya Kepala Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi Kota, Kombes Pol Indarto, menyatakan bahwa korban tewas oleh para komplotan perampok.

Alasannya, ada barang atau mobil jenis HRV dan Nisan X-Trail yang hilang dan diduga digasak perampok.

"Dari keterangan Kapolres Bekasi Kota Kombes Pol Indarto, muncul pertanyaan lagi, jika ini perampokan, mengapa sampai membunuh korban, apalagi dengan modus sedemikian precise, bahkan membunuh kedua anak juga?" ucapnya.

Disini timbul sebuah pertanyaan, Apakah ini kejahatan emosional yang berlanjut dengan kejahatan instrumental? Dengan kata lain, apakah pelaku membuncahkan amarah atau perasaan negatif lainnya, lalu seketika muncul niat mengambil harta korban?" ujarnya.

Untuk menjawabnya, kata Reza,  tugas polisi untuk menginvestigasinya sampai tuntas. "Dengan mengedepankan praduga tak bersalah," tandasnya. (ning)