Breaking News

Mantan Ketua KPK Antasari Azhar Meninggal Dunia, Jejak Kepemimpinan, Kontroversi, dan Warisan yang Membelah Publik

Antasari Azhar (foto : google)

D'On, Jakarta
— Dunia penegakan hukum kembali berduka. Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu, 8 November 2025. Kabar duka ini disampaikan pertama kali oleh Boyamin Saiman, koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) sekaligus dikenal sebagai sahabat dan kolega lama almarhum. Menurut Boyamin, jenazah rencananya akan disalatkan di Masjid As-Syarif setelah Salat Ashar.

Berita wafatnya Antasari segera menarik perhatian karena posisinya yang pernah berada di puncak lembaga antikorupsi—sebuah institusi yang menjadi simbol harapan publik terhadap penegakan hukum di Indonesia. Kabar terakhir dari Boyamin menegaskan bahwa informasi itu telah dikonfirmasi melalui rekan-rekan jaksa dan pengurus masjid, namun hingga saat ini belum ada rilis resmi dari pihak keluarga yang merinci penyebab kematian.

Kronologi singkat: kabar, konfirmasi, dan ritus terakhir

Pukul-pukul pertama setelah kabar tersebar di kalangan wartawan dan kolega hukum, Boyamin Saiman mengonfirmasi berita tersebut kepada sejumlah rekan dan pengurus Masjid As-Syarif. “Betul, barusan saya konfirmasi ke teman-teman jaksa yang lain dan ke pengurus Masjid As-Syarif. Memang akan diselenggarakan salat jenazah Pak Antasari ba’da Ashar,” ujar Boyamin saat dihubungi. Ia juga mengimbau agar masyarakat mendoakan almarhum dan memaafkan segala kesalahan.

Penting dicatat: hingga berita ini diturunkan tidak ada pernyataan resmi keluarga yang memaparkan penyebab medis atau detail waktu meninggal. Sumber terdekat menyebut almarhum sempat memiliki riwayat sakit, namun tanpa dokumentasi keluarganya klaim tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai fakta final. Media dan publik diminta menghormati proses duka keluarga dan menunggu konfirmasi resmi.

Dari jaksa hingga pucuk KPK: perjalanan karier yang berani sekaligus rawan kontroversi

Antasari bukan nama baru di ranah hukum. Kariernya bermula di kejaksaan; reputasinya sebagai penuntut yang tegas dan berani membawanya melangkah ke panggung nasional ketika dipercaya memimpin KPK. Dalam masa kepemimpinannya, Antasari dikenal sebagai figur yang vokal menentang praktik korupsi dan berupaya memperkuat posisi KPK sebagai lembaga independen.

Namun perjalanan karier politik dan hukum Antasari juga tak lepas dari kontroversi yang berkepanjangan hal yang kerap mewarnai wacana publik mengenai figur publik yang pernah memegang peran besar. Bagi sebagian kalangan, ia adalah simbol ketegasan penegakan hukum; bagi sebagian lain, ia adalah sosok yang kariernya dipenuhi lika-liku yang mengundang perdebatan. Warisan itulah yang kini menyisakan narasi ganda: penghargaan atas kerja pemberantasan korupsi dan refleksi kritis atas kontroversi yang mengikutinya.

Reaksi awal: duka, doa, dan seruan untuk mendoakan

Kabar wafatnya Antasari memicu gelombang respon dari kalangan penegak hukum, organisasi antikorupsi, dan penggiat media. Boyamin Saiman, dalam pernyataannya, meminta publik untuk memaafkan segala kesalahan almarhum dan mendoakan agar ia mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Permintaan semacam ini kerap menjadi etika publik saat tokoh nasional berpulang: meredam perdebatan lama menjadi doa, memberi ruang bagi keluarga, serta menata memori kolektif.

Di sisi sosial meski detil reaksi institusi negara dan keluarga belum dipublikasikan secara resmi sejumlah kolega akademis dan profesional hukum biasanya menyerukan penghormatan sekaligus harapan agar proses peringatan dan pemakaman berjalan tertib dan sesuai kehendak keluarga.

Warisan yang bertaut antara prestasi dan kontroversi

Kematian seorang figur publik besar seperti Antasari menggugah ingatan publik pada dua hal sekaligus: karya dan kontroversi. Di satu sisi, perannya dalam memperkuat wacana antikorupsi dan menempatkan KPK sebagai institusi penting dalam peta hukum nasional adalah bagian dari catatan sejarah penegakan hukum modern Indonesia. Di sisi lain, kisah hidup politik dan hukum Antasari mengingatkan publik bahwa perjalanan seorang pembuat kebijakan maupun penegak hukum sering kali tidak linier—penuh dinamika yang memicu apresiasi sekaligus kritik.

Untuk generasi muda penegak hukum dan aktivis antikorupsi, warisannya bisa dibaca sebagai pelajaran kompleks: tentang pentingnya institusi, risiko personalisasi kepemimpinan, dan kebutuhan berkelanjutan akan transparansi serta akuntabilitas.

Apa yang belum kita ketahui (dan kenapa redaksi meminta kesabaran)

Beberapa hal krusial masih belum jelas pada saat ini: penyebab pasti kematian menurut keterangan keluarga, jadwal pemakaman lengkap, dan pernyataan resmi dari pihak keluarga atau lembaga tempat almarhum berkiprah. Redaksi menghimbau publik untuk menunggu konfirmasi resmi agar pemberitaan tetap akurat dan menghormati proses duka keluarga.

Menutup: mendoakan dan memberikan ruang untuk mengenang

Boyamin menutup pernyataannya dengan seruan sederhana namun penuh makna: “Mohon doa, mohon dimaafkan segala salahnya. Kita doakan beliau mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya di akhirat.” Dalam kultur publik Indonesia, seruan seperti ini kerap menjadi jembatan bagi masyarakat untuk bertransformasi dari perdebatan menjadi penghormatan setidaknya untuk saat prosesi duka berlangsung.

Catatan redaksi: Artikel ini disusun berdasarkan konfirmasi dari Boyamin Saiman kepada wartawan dan informasi awal yang beredar di lingkungan hukum. Redaksi akan memperbarui berita ini segera setelah ada pernyataan resmi keluarga atau lembaga terkait yang memberikan keterangan tambahan tentang penyebab wafat dan jadwal pemakaman.

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga almarhum diberi ampunan dan tempat terbaik di sisi-Nya.

(Mond)

#AntasariAzhar #KPK #Nasional