Masak Makan Bergizi Gratis Wajib Pakai Air Galon, Tak Bisa Ditawar, Tegas BGN!

Sejumlah pegawai melakukan pengemasan makanan untuk program MBG di dapur SPPG Mampang 1 Pancoran Mas, Depok.
D'On, Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi anak Indonesia kini mendapat perhatian khusus dari Badan Gizi Nasional (BGN).
Lembaga ini menegaskan bahwa penggunaan air galon wajib diterapkan dalam setiap proses memasak di dapur MBG, tanpa pengecualian. Kebijakan ini bukan sekadar formalitas, melainkan langkah serius untuk menjamin keamanan pangan dan mencegah kasus keracunan yang sempat mencuat di sejumlah daerah.
Air Galon Jadi Standar Mutlak
Wakil Kepala BGN, Sony Sanjaya, menegaskan bahwa pihaknya telah mengeluarkan standar operasional prosedur (SOP) yang wajib diikuti oleh seluruh pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)—unit dapur yang menyiapkan menu MBG setiap harinya.
“Sudah ada SOP dan perintah yang tidak bisa ditawar. Untuk proses merebus, memasak, hingga mencuci bahan makanan, semuanya wajib menggunakan air dalam kemasan galon yang sudah terjamin higienitasnya,” ujar Sony, dikutip dari Antara, Minggu (26/10/2025).
Menurutnya, penggunaan air galon menjadi syarat penting karena sebagian besar dapur MBG berada di wilayah dengan kualitas air tanah yang tidak seragam. Dalam kondisi tertentu, air sumur bisa mengandung bakteri, logam berat, atau zat kimia yang berisiko terhadap kesehatan anak-anak penerima manfaat program MBG.
“Sekali saja lalai dalam pemilihan air, risikonya bisa fatal. Anak-anak bisa mengalami gangguan pencernaan, bahkan keracunan,” tegasnya.
Kebersihan Wadah, Kunci Keamanan
Selain air, Sony juga menyoroti pentingnya kebersihan wadah makan atau food tray (ompreng) yang digunakan untuk mengantarkan makanan ke sekolah-sekolah. Setiap wadah yang telah dipakai harus melalui proses pencucian dan sterilisasi menyeluruh sebelum digunakan kembali.
“Begitu wadah makanan dikembalikan, petugas wajib mencuci dengan air bersih dan sabun, lalu melanjutkan ke proses sterilisasi, biasanya menggunakan oven pemanas,” jelasnya.
Langkah ini diambil setelah ditemukan sejumlah kasus di mana wadah makanan yang kurang bersih menjadi media berkembang biaknya bakteri penyebab keracunan. Karena itu, BGN kini menempatkan kebersihan peralatan dapur sebagai bagian dari sistem keamanan pangan nasional.
Chef Profesional Turun Tangan
Menariknya, untuk memastikan kualitas makanan yang disajikan sesuai standar, BGN menggandeng International Chef Association (ICA). Melalui kerja sama ini, para chef profesional diterjunkan langsung ke lapangan untuk memberikan pelatihan kepada para petugas dapur MBG, khususnya di SPPG yang baru beroperasi di bawah dua bulan.
“Para chef membantu meningkatkan kapasitas para petugas agar mampu mengolah bahan makanan dengan cara yang aman, bersih, dan tetap lezat untuk dikonsumsi anak-anak,” ujar Sony.
Pendampingan tersebut meliputi teknik pengolahan bahan segar, manajemen dapur, serta tata cara menjaga higienitas di lingkungan kerja. BGN ingin memastikan bahwa setiap porsi makanan bergizi yang diterima anak-anak tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi, tetapi juga aman dari ancaman kontaminasi.
Evaluasi Harian dan Pengawasan Ketat
Tak berhenti di situ, BGN juga menerapkan evaluasi rutin setiap hari terhadap seluruh SPPG di berbagai daerah. Evaluasi ini mencakup seluruh rantai proses—mulai dari pengadaan bahan baku, cara memasak, penyajian, hingga waktu pendistribusian makanan.
“Kami terus melakukan pembenahan dan evaluasi. Jika ditemukan pelanggaran atau indikasi kelalaian, SPPG bisa langsung kami tutup sementara waktu sampai hasil penyelidikan keluar,” ujar Sony.
Menurutnya, evaluasi dilakukan bukan hanya untuk mencari kesalahan, tapi juga untuk memperbaiki sistem agar tidak terulang kejadian serupa di masa depan. Setiap dapur kini diwajibkan memiliki petugas keamanan pangan (security food) yang bertugas memeriksa apakah ada kandungan bakteri atau bahan berbahaya dalam makanan yang disiapkan.
“Security food inilah yang berfungsi sebagai benteng terakhir, memastikan bahwa makanan yang keluar dari dapur benar-benar aman untuk dikonsumsi,” tambahnya.
Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati
Dengan langkah-langkah ini, BGN berharap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis dapat berjalan sesuai harapan pemerintah: menekan angka stunting dan memastikan generasi muda Indonesia tumbuh sehat.
Namun, Sony menegaskan, keberhasilan program tidak hanya bergantung pada anggaran atau jumlah makanan yang dibagikan, tetapi juga pada disiplin dan kesadaran para petugas dapur dalam menjaga kualitas dan kebersihan.
“Air galon mungkin terlihat sepele, tapi di situlah letak perbedaan antara makanan bergizi dan makanan yang berpotensi membawa penyakit,” tutup Sony dengan nada tegas.
(L6)
#MakanBergiziGratis #BadanGiziNasional