Breaking News

Harga BBM Pertamina Mulai 1 November 2025: Dex dan Dexlite Naik Lagi, Pertamax Tetap


D'On, Jakarta -
 PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi mulai 1 November 2025. Dua jenis bahan bakar diesel unggulan, Dexlite dan Pertamina Dex, kembali mengalami kenaikan harga di berbagai wilayah, termasuk Jawa dan Bali.

Penyesuaian ini menjadi bagian dari mekanisme bulanan Pertamina dalam menghitung harga jual eceran BBM sesuai perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. Berdasarkan data resmi dari laman mypertamina.id, penyesuaian harga berlaku mulai Jumat (31/10/2025) pukul 00.00 waktu setempat.

Dex dan Dexlite Naik Rp200 per Liter

Kenaikan paling mencolok terjadi pada dua jenis BBM diesel non-subsidi.

  • Pertamina Dex kini dibanderol Rp14.200 per liter, naik Rp200 dari harga sebelumnya Rp14.000 per liter.
  • Dexlite juga mengalami kenaikan Rp200, dari Rp13.700 menjadi Rp13.900 per liter.

Sementara itu, Biosolar non-subsidi, yang hanya dijual di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), ikut naik Rp200 menjadi Rp13.800 per liter.

Di sisi lain, harga jenis BBM bensin seperti Pertamax, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo tidak mengalami perubahan.
Harga masing-masing di wilayah Jawa dan Bali masih tetap:

  • Pertamax: Rp12.200 per liter
  • Pertamax Turbo: Rp13.100 per liter
  • Pertamax Green 95: Rp13.000 per liter
  • Pertalite: Rp10.000 per liter

Dasar Penyesuaian Harga: Kebijakan ESDM

Penyesuaian harga BBM ini bukan tanpa dasar. Pertamina menyatakan bahwa perubahan tersebut mengikuti aturan dari Keputusan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang merupakan perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020.
Aturan itu menetapkan formula harga dasar untuk menghitung harga jual eceran BBM umum, baik jenis bensin maupun solar yang disalurkan melalui SPBU Pertamina.

Dengan kata lain, setiap penyesuaian harga yang dilakukan Pertamina merupakan refleksi dari fluktuasi harga minyak mentah dunia, kurs rupiah terhadap dolar AS, serta biaya distribusi dan operasional.

Seorang sumber internal di lingkungan BUMN energi itu menuturkan, kenaikan harga Dex series kali ini juga dipicu oleh tren harga minyak dunia yang masih tinggi di atas USD 85 per barel dalam dua bulan terakhir, sementara rupiah belum sepenuhnya stabil terhadap dolar AS.


Impor Energi dari Amerika Serikat: Bahlil Pastikan Harga BBM Subsidi Aman

Di tengah penyesuaian harga BBM non-subsidi ini, pemerintah juga tengah menyiapkan strategi besar untuk memperkuat ketahanan energi nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan bahwa Indonesia akan melakukan impor energi langsung dari Amerika Serikat (AS), mencakup minyak mentah (crude), LPG, dan BBM, dengan nilai transaksi mencapai USD 10–15 miliar.

Langkah ini merupakan hasil negosiasi strategis antara pemerintah Indonesia dan Presiden AS Donald Trump, yang berhasil menurunkan tarif impor barang-barang Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.

“Sudah barang tentu dalam negosiasi itu salah satu materinya adalah proposal Indonesia kepada Amerika, yang membeli kurang lebih USD 10–15 miliar untuk LPG, BBM, dan crude,” jelas Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).

Menurut Bahlil, keputusan untuk mengalihkan sebagian impor energi dari Singapura ke Amerika Serikat bertujuan memperkuat hubungan perdagangan bilateral sekaligus mengamankan pasokan energi jangka panjang Indonesia.

Impor Langsung dari AS Bisa Dongkrak Ongkos Transportasi

Meski begitu, langkah ini tak lepas dari tantangan. Pengiriman energi dari AS ke Indonesia tentu membutuhkan jarak tempuh lebih jauh dibanding impor dari Singapura, yang selama ini menjadi sumber utama BBM impor Pertamina. Hal ini berpotensi meningkatkan biaya logistik dan transportasi.

Namun, Bahlil memastikan pemerintah telah melakukan simulasi harga dan menyiapkan skema agar tambahan biaya tersebut tidak membebani masyarakat, khususnya untuk BBM dan LPG bersubsidi.

“Semuanya kita akan hitung sesuai harga keekonomian yang sama. Harus saling menguntungkan, dan kita ingin negara mendapatkan harga yang seefisien mungkin,” ujar Bahlil menegaskan.

Ia juga memastikan bahwa harga BBM subsidi seperti Pertalite dan LPG 3 kg akan tetap dijaga stabil. Kementerian ESDM bersama Pertamina akan menyiapkan pedoman teknis agar kebijakan impor energi dari AS tidak menimbulkan efek domino terhadap harga barang-barang bersubsidi.

“Dengan deal negosiasi ini, kami dari ESDM akan segera menindaklanjuti bersama Pertamina. Setelah itu, saya akan melaporkan perkembangan terbaru kepada pemerintah,” tambah Bahlil.

Kenaikan BBM Non-Subsidi dan Tantangan Energi ke Depan

Kenaikan harga Dex dan Dexlite kali ini menjadi cerminan bahwa stabilitas energi nasional masih bergantung pada dinamika pasar global. Pertamina sebagai operator utama energi di Tanah Air dituntut menyeimbangkan antara efisiensi bisnis dan kepentingan publik.

Sementara itu, langkah pemerintah mengalihkan sebagian impor dari AS merupakan bagian dari strategi diversifikasi sumber energi, agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu negara pemasok.

Meski masyarakat pengguna BBM non-subsidi seperti kendaraan niaga dan pribadi kelas menengah atas akan menanggung sedikit beban tambahan, Pertamina memastikan harga tersebut masih dalam batas wajar dan kompetitif dibanding harga BBM serupa dari operator swasta.

Dengan skema ini, diharapkan Indonesia dapat menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dalam negeri, ketahanan energi nasional, dan kemandirian pasokan di masa depan.

Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina per 1 November 2025 (Wilayah Jawa dan Bali):

Jenis BBM Harga per Liter Perubahan
Pertalite Rp10.000 Tetap
Pertamax Rp12.200 Tetap
Pertamax Turbo Rp13.100 Tetap
Pertamax Green 95 Rp13.000 Tetap
Dexlite Rp13.900 Naik Rp200
Pertamina Dex Rp14.200 Naik Rp200
Biosolar Non-Subsidi (NTT) Rp13.800 Naik Rp200

(Mond)

#Nasional #HargaBBM #Pertamina