Breaking News

Gunung Marapi Kembali Meletus, Kolom Abu Setinggi 1.200 Meter Membumbung ke Langit: Warga Diimbau Waspada Lahar Dingin

Gunung Marapi meletus, Jumat (23/8/2024).(dok: Arsip/

D'On, Sumatera Barat
– Gunung Marapi, salah satu gunung api paling aktif di Sumatera Barat, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Pada Minggu malam (7/9/2025) pukul 20.16 WIB, gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu meletus dengan semburan kolom abu mencapai 1.200 meter di atas puncak. Letusan terekam jelas di seismogram dengan amplitudo maksimum 30,4 milimeter dan durasi sekitar 54 detik.

“Kolom abu berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal dan condong ke arah timur laut,” ujar Ahmad Rifandi, petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi di Padang.

Status Waspada Masih Berlaku

Hingga saat ini, status Gunung Marapi tetap berada pada Level II atau Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menegaskan larangan bagi masyarakat, wisatawan, maupun pendaki untuk beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari Kawah Verbeek, pusat aktivitas letusan. Zona ini dinilai sebagai area paling berbahaya karena berpotensi terkena lontaran batu pijar, gas beracun, hingga guguran material vulkanik.

Meski tergolong erupsi skala kecil hingga menengah, letusan Gunung Marapi tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, gunung ini dikenal memiliki erupsi eksplosif yang dapat terjadi berulang kali dalam kurun waktu singkat. Catatan sejarah menunjukkan, Marapi hampir tidak pernah benar-benar tenang. Bahkan, erupsi besar pada Desember 2023 lalu menewaskan lebih dari 20 pendaki yang sedang berada di jalur pendakian.

Ancaman Lahar Dingin Mengintai

Selain letusan, ancaman lain yang kini menghantui masyarakat sekitar adalah lahar dingin. PVMBG memperingatkan bahwa tumpukan material vulkanik yang mengendap di lereng gunung dapat terbawa aliran air saat hujan turun. Hal ini berpotensi memicu banjir lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Marapi, seperti Batang Air Tanang, Batang Kuranji, hingga aliran menuju daerah permukiman warga.

“Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele. Saat hujan deras, material vulkanik bisa meluncur dalam volume besar dan menyeret apa saja yang dilaluinya. Peristiwa banjir lahar dingin 11 Mei 2024 yang merenggut puluhan korban jiwa harus menjadi pelajaran berharga,” jelas PVMBG dalam keterangannya.

Masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai diminta meningkatkan kewaspadaan, terutama memasuki musim hujan. Jika terjadi hujan abu, warga juga diimbau menggunakan masker untuk mengurangi risiko gangguan pernapasan, serta menutup sumber air agar tidak tercemar.

Warga Mulai Cemas, Aktivitas Terganggu

Sejumlah warga di Nagari sekitar lereng Marapi mengaku cemas melihat abu tipis mulai turun setelah letusan. Beberapa di antaranya menutup rumah dengan plastik, sementara petani terpaksa menghentikan aktivitas di ladang untuk sementara waktu.

“Sudah biasa Marapi erupsi, tapi tetap saja was-was, apalagi kalau hujan turun. Kami takut banjir lahar dingin seperti tahun lalu,” kata Yusril (45), warga Nagari Batu Palano, Agam.

Para pedagang masker dan kacamata di Pasar Koto Baru pun mulai kebanjiran pembeli. Banyak orang yang tidak ingin mengambil risiko karena hujan abu bisa memicu ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), terutama pada anak-anak dan lansia.

Upaya Mitigasi dan Imbauan Pemerintah

Pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam dan Tanah Datar sudah siaga dengan menyiapkan jalur evakuasi dan posko darurat. Tim gabungan juga melakukan patroli di sekitar sungai untuk mengantisipasi datangnya banjir lahar dingin.

Warga diminta selalu mengikuti informasi resmi dari PVMBG, PGA, dan BPBD, serta tidak mudah terprovokasi oleh kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

“Marapi adalah gunung aktif. Kita harus hidup berdampingan dengan risiko. Kuncinya ada pada kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan kepatuhan pada rekomendasi resmi,” tegas Ahmad Rifandi.

Gunung Marapi bukanlah gunung tertinggi di Sumatera Barat, tetapi menjadi salah satu yang paling aktif. Erupsi berulang kali terjadi setiap tahun, dengan karakter letusan eksplosif yang dapat mengeluarkan material abu, pasir, dan kadang batu pijar. Aktivitasnya terus dipantau karena berada dekat dengan kawasan padat penduduk di Sumatera Barat, termasuk Bukittinggi dan sekitarnya.

(Mond)

#Peristiwa #ErupsiGunungMarapi #GumungMarapi #SumateraBarat