Breaking News

Daftar Menu MBG yang Diduga Jadi Pemicu Ribuan Siswa Keracunan Massal

Menu MBG yang Dikonsumsi Ratusan Siswa Dua Sekolah di Bandar Lampung Diduga Sebabkan Keracunan (Foto: Istimewa).

D'On, Jakarta
– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sejatinya diharapkan mampu meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah, kini tengah menjadi sorotan tajam publik. Alih-alih menyehatkan, ribuan siswa di berbagai daerah justru terkapar usai menyantap menu MBG yang diduga tercemar atau tidak diolah sesuai standar kesehatan.

Kasus keracunan massal ini tidak hanya menimbulkan kepanikan orang tua, tetapi juga mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap kualitas layanan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab mengolah dan mendistribusikan makanan.

Jejak Kasus: Dari Nasi Ayam Katsu hingga Ikan Hiu Saus Tomat

Dihimpun dari berbagai laporan, berikut daftar menu MBG yang dikonsumsi siswa sebelum akhirnya mengalami gejala keracunan massal:

  1. MA Syarif Hidayatullah, Cipongkor
    Menu: nasi, ayam, tahu goreng, sambal, sayuran, dan buah stroberi.

  2. Garut, Jawa Barat
    Menu: nasi putih, ayam woku, tempe orek, lalapan sayur, dan buah stroberi.

  3. Tasikmalaya
    Menu: mie, ayam semur cincang, kerupuk pangsit, dan sawi hijau.

  4. SDN Taruna Bakti, Desa Cianjur
    Menu: kentang goreng, tempe, ayam katsu, dan buncis.

  5. SMPN 1 Kragan, Rembang, Jawa Tengah
    Menu: mie ayam, tahu rebus, serta buah potong melon.

  6. SD Kecamatan Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat
    Menu: nasi, ikan hiu filet saus tomat, oseng kol, dan wortel.

  7. SDN 178 Palembang
    Menu: nasi, ayam katsu, tahu, salad, serta buah pisang.

  8. SDN 1 Simpang Hilir, Kayong Utara, Kalimantan Barat
    Menu: nasi, ayam kecap, oseng kol, tempe goreng, dan puding.

  9. SDN 1 Way Jaha, Kecamatan Pugung
    Menu: nasi, tahu goreng, ikan lele goreng, dan buah salak.

  10. SMKN Palang, Tuban, Jawa Timur
    Menu: nasi goreng.

  11. SDN Liliba, Kota Kupang, NTT
    Menu: nasi, sayur, telur, tahu, dan susu.

Deretan menu tersebut pada dasarnya terlihat wajar dan akrab di lidah masyarakat. Namun, rangkaian peristiwa keracunan menunjukkan adanya masalah serius, baik dari proses pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi makanan yang seharusnya memenuhi standar higienitas.

Kapolri Turun Tangan

Masifnya laporan keracunan membuat Polri ikut turun tangan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan pihaknya tengah melakukan pendalaman di berbagai lokasi kejadian.

“Ya, Polri saat ini sedang melakukan pendalaman, turun ke lapangan untuk melaksanakan pendalaman satu per-satu,” ujar Listyo di Mabes Polri, Jumat (26/9/2025).

Meski belum merinci lebih jauh langkah yang diambil, Listyo memastikan temuan kepolisian akan diumumkan ke publik setelah seluruh data dikumpulkan.

Data Mencengangkan: Lebih dari 5.000 Siswa Terdampak

Kepala Staf Presiden (KSP) M. Qodari menyebut kasus keracunan akibat MBG sudah pada level yang mengkhawatirkan.

Berdasarkan catatan tiga lembaga berbeda, angka korban menunjukkan tren yang konsisten tinggi:

  • Badan Gizi Nasional (BGN): 46 kasus, 5.080 korban (per 17 September).
  • Kementerian Kesehatan (Kemenkes): 60 kasus, 5.207 korban (per 16 September).
  • BPOM: 55 kasus, 5.320 korban (per 10 September).

Tak berhenti di situ, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) bahkan mencatat jumlah yang lebih besar lagi, yakni 5.360 siswa terdampak.

“Puncak kasus terjadi pada Agustus 2025 dan paling banyak tersebar di Jawa Barat,” ungkap Qodari dalam konferensi pers di Istana Negara, Senin (22/9/2025).

Penyebab: Dari Higienitas Buruk hingga Kontaminasi Silang

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam asesmennya mengidentifikasi sejumlah faktor yang berkontribusi pada terjadinya keracunan massal ini. Beberapa di antaranya adalah:

  • Buruknya higienitas makanan.
  • Penyimpangan suhu penyimpanan.
  • Pengolahan pangan tidak sesuai standar.
  • Kontaminasi silang dari petugas penyaji.

Selain faktor teknis tersebut, ada pula kasus yang dipicu alergi makanan pada sebagian siswa penerima manfaat.

Pemerintah Diminta Evaluasi Total

Menanggapi masifnya kasus ini, Qodari menegaskan pemerintah tidak menutup mata. Ia menyebut Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) telah menyampaikan permintaan maaf resmi dan memastikan adanya evaluasi menyeluruh terhadap program MBG.

“Pemerintah tidak tone deaf. Pak Mensesneg sudah merespons, mengakui adanya kasus, menyampaikan permintaan maaf, serta komitmen untuk mengevaluasi program MBG secara menyeluruh,” tegas Qodari.

Harapan Publik: Perbaikan Bukan Sekadar Janji

Program MBG sejak awal digadang-gadang sebagai terobosan besar untuk memerangi stunting, meningkatkan kualitas gizi, dan mendukung konsentrasi belajar siswa. Namun, dengan munculnya gelombang keracunan massal ini, program yang seharusnya menyehatkan kini justru dipertanyakan efektivitas dan keamanannya.

Orang tua, guru, hingga pemerhati pendidikan menuntut pemerintah agar tidak hanya menutup kasus dengan permintaan maaf, tetapi benar-benar memperbaiki standar pengolahan, pengawasan, serta distribusi makanan MBG.

Jika tidak, cita-cita mulia menghadirkan generasi sehat bisa berubah menjadi bumerang yang mengancam keselamatan anak bangsa.

(*)