Breaking News

Ka’bah: Misteri, Keagungan, dan Sejarah Rumah Allah yang Menjadi Kiblat Umat Islam


Dirgantaraonline -
Di jantung Masjidil Haram, berdiri sebuah bangunan yang sederhana dalam tampilan, namun agung dalam makna: Ka’bah. Rumah Allah ini bukan hanya sekadar bangunan fisik yang diselimuti kain hitam bertuliskan ayat suci Al-Qur’an, melainkan simbol tauhid, pusat ibadah, dan poros spiritual umat Islam di seluruh dunia.

Setiap hari, jutaan muslim dari berbagai penjuru bumi menengadahkan wajahnya ke arah Ka’bah dalam salat. Setiap tahun, jutaan lainnya datang menziarahinya melalui ibadah haji dan umrah. Namun, di balik kemegahan dan kesakralannya, Ka’bah menyimpan banyak misteri, sejarah, serta keajaiban yang jarang diketahui oleh umat Islam sendiri.

Dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Ka’bah memiliki sejarah yang sangat tua, bahkan jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Rumah Allah ini dibangun langsung oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bersama putranya, Nabi Ismail, atas perintah Allah.

Al-Qur’an mengabadikan momen sakral tersebut:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ ۖ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa): ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’” (QS. Al-Baqarah: 127)

Pembangunan Ka’bah menunjukkan bahwa agama tauhid sudah ada sejak masa Nabi Ibrahim, jauh sebelum risalah Nabi Muhammad ﷺ diturunkan. Sejak saat itu, Ka’bah menjadi pusat ibadah bagi umat yang beriman kepada Allah.

Ka’bah Pernah Dihancurkan dan Dibangun Ulang

Meski tampak kokoh, Ka’bah dalam sejarahnya beberapa kali mengalami kerusakan akibat bencana alam dan peperangan. Salah satu peristiwa penting terjadi saat Nabi Muhammad ﷺ masih muda, ketika Ka’bah rusak karena banjir besar.

Kala itu, suku-suku Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad di tempatnya. Perselisihan hampir berujung pada pertumpahan darah, hingga Nabi Muhammad ﷺ tampil sebagai penengah. Beliau memberikan solusi jenius: Hajar Aswad diletakkan di atas sehelai kain, lalu setiap pemimpin kabilah bersama-sama mengangkatnya. Nabi sendiri yang kemudian menempatkannya ke dinding Ka’bah.

Peristiwa ini bukan hanya penyelamat dari pertikaian, tetapi juga menegaskan kebijaksanaan Rasulullah ﷺ bahkan sebelum beliau diangkat sebagai nabi.

Tidak Tepat di Tengah Masjidil Haram

Banyak orang menyangka Ka’bah berdiri tepat di tengah Masjidil Haram. Faktanya, letak Ka’bah sedikit bergeser ke arah barat laut. Hal ini terjadi karena perluasan dan renovasi Masjidil Haram dari masa ke masa, sementara posisi Ka’bah tetap dipertahankan sesuai letak aslinya sejak zaman Nabi Ibrahim.

Ka’bah Bukan Kubus Sempurna

Nama Ka’bah berasal dari kata Arab ka‘b yang berarti “kubus” atau “menonjol”. Namun, bangunan Ka’bah tidak benar-benar berbentuk kubus simetris. Salah satu sisinya lebih panjang dibanding sisi lainnya.

Selain itu, ada bagian melengkung di sebelah barat laut yang disebut Hijr Ismail. Area setengah lingkaran ini dulunya termasuk bagian Ka’bah yang asli, tetapi tidak dibangun kembali dalam renovasi karena keterbatasan dana halal yang dimiliki Quraisy kala itu. Oleh sebab itu, saat thawaf, jamaah diwajibkan mengelilingi bagian ini, bukan memotong di dalamnya.

Misteri dan Keajaiban

Bagi umat Islam, Ka’bah bukan hanya pusat kiblat, melainkan juga titik spiritual dunia. Bahkan, sebagian ulama menyebutnya sebagai poros energi bumi.

Dalam sejarah Islam, kiblat sempat mengarah ke Baitul Maqdis di Palestina. Namun, kemudian Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghadap Ka’bah.

Firman Allah dalam Al-Qur’an menegaskan:

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

“Sungguh Kami sering melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah: 144)

Ibn Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata:
“Ka’bah bukan sekadar arah salat, tetapi simbol tauhid dan kesatuan umat Islam yang harus dijaga hingga akhir zaman.”

Rumah Allah, Pusat Hati Umat Islam

Ka’bah bukan hanya sekumpulan batu yang disusun rapi. Ia adalah simbol tauhid, rumah Allah, pusat ibadah, sekaligus titik penyatuan umat Islam. Saat jutaan jamaah thawaf mengelilinginya sambil berzikir dengan penuh air mata, suasana itu menggambarkan bahwa Ka’bah adalah jantung spiritual umat manusia yang beriman.

Ulama salaf berpesan:
“Barang siapa yang menjadikan Ka’bah sebagai pusat hatinya, maka dunia tidak akan mampu memalingkannya.”

Ka’bah mengingatkan kita semua bahwa hidup ini hanyalah perjalanan menuju Allah. Maka, sebagaimana jasad kita menghadap Ka’bah saat salat, hendaknya hati kita pun selalu menghadap kepada-Nya.

(***)

#Kabah #Islami #Religi