Breaking News

4 Senior Prada Lucky Ditangkap, Diduga Aniaya hingga Tewas, Kronologi Lengkap dan Jeritan Keadilan Keluarga

Prada Lucky Namo anggota TNI yang meninggal akibat diduga dianiaya oleh seniornya

D'On, Nagekeo
- Misteri di balik kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit muda Batalyon TP 834/WM di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, perlahan mulai terkuak. Prajurit berusia 23 tahun itu mengembuskan napas terakhir di RSUD Aeramo pada Rabu (6/8/2025) pukul 11.23 WITA, setelah lima hari berjuang melawan nyeri hebat dan komplikasi medis akibat luka-luka yang diduga kuat hasil penganiayaan.

Awal Mula: Dugaan Kekerasan di Dalam Barak

Menurut keterangan sejumlah sumber internal, Prada Lucky baru dua bulan berdinas di Batalyon TP 834/WM. Ia dikenal sebagai sosok disiplin, ramah, dan jarang berkonflik. Namun, di balik itu, tersimpan cerita kelam: beberapa hari sebelum dilarikan ke rumah sakit, ia disebut mengalami “pendisiplinan fisik” oleh empat seniornya yang berpangkat Prajurit Satu (Pratu).
Investigasi awal menyebutkan aksi kekerasan tersebut terjadi di lingkungan asrama, jauh dari pantauan perwira, dan melibatkan pemukulan berulang pada tubuh serta kaki korban.

Masuk Rumah Sakit dalam Kondisi Kritis

Prada Lucky dilarikan ke RSUD Aeramo pada Sabtu (2/8/2025) setelah mengeluh nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan ekstrem. Catatan medis menunjukkan ia mengalami beberapa kali henti jantung selama perawatan intensif. Meski tim medis berupaya maksimal, kondisinya terus memburuk hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia lima hari kemudian.

Penangkapan 4 Pratu dan Proses Hukum

Komandan Kompi C Yonif TP 834/WM, Lettu Inf Rahmat, mengonfirmasi bahwa empat anggota berpangkat Pratu telah ditetapkan sebagai terduga pelaku dan ditangkap oleh Polisi Militer.
“Dari hasil penyelidikan awal dan olah tempat kejadian, kami mengidentifikasi empat anggota yang diduga memukul almarhum. Mereka telah kami serahkan ke Polisi Militer di Ende untuk proses investigasi,” tegas Lettu Rahmat, Jumat (8/8/2025).
Ia menambahkan, proses selanjutnya akan ditentukan oleh komando atas, namun memastikan penanganan kasus ini akan berjalan transparan.

Tangis dan Amarah Keluarga

Suasana di rumah sakit kala itu pecah oleh tangisan histeris ibu korban, Sefriana Pauwina. Sementara ayahnya, Sersan Mayor Christian Namo, tak kuasa menahan emosi melihat tubuh anaknya penuh luka.
“Banyak luka di tubuhnya. Saya minta pelaku dipecat dari TNI AD dan dihukum mati,” ujarnya dengan suara bergetar, namun penuh kemarahan.
Christian bahkan menegaskan akan menggunakan jalur hukum hak asasi manusia untuk menuntut keadilan. Jika hukum gagal menjerat para pelaku, ia mengancam akan bertindak sendiri.
“Kalau tidak ada keadilan, saya akan gali kembali kuburannya untuk dibawa ke orang-orang yang paling bertanggung jawab,” tegasnya.

Kasus yang Mengguncang Kepercayaan Publik

Kematian Prada Lucky menambah daftar panjang dugaan kekerasan internal di lingkungan militer yang mencuat ke publik. Banyak pihak kini mendesak agar TNI AD membuka seluruh proses penyelidikan secara transparan dan memberikan sanksi tegas kepada pelaku, agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, keluarga korban menegaskan mereka tidak akan berhenti menuntut keadilan, meski harus menghadapi konsekuensi terberat.

(T)

#Penganiayaan #TNI #Militer #PradaLucky #AnggotaTNITewasDianiayaSenior