Waspada Marapi! Ancaman Lahar Dingin dan Erupsi Bayangi Lereng Agam–Tanah Datar di Tengah Musim Hujan
Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, mengalami erupsi, Rabu 14 Mei 2025. (Beritasatu.com/Delfi Neski)
D'On, Sumatera Barat - Di tengah guyuran hujan yang membasahi wilayah Sumatera Barat, suara peringatan keras kembali bergema dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi. Warga yang bermukim di lereng-lereng Gunung Marapi, khususnya di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana yang bisa datang sewaktu-waktu.
“Karena saat ini sedang turun hujan, kami mengingatkan masyarakat yang tinggal di lereng maupun di sekitar aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi agar lebih waspada,” kata Teguh Purnomo, petugas PGA Gunung Marapi, dalam keterangannya di Padang, Minggu (27/7), seperti dilansir Antara.
Peringatan ini bukan tanpa alasan. Gunung Marapi gunung berapi aktif yang telah beberapa kali meletus selama dua tahun terakhir masih menyimpan potensi bahaya yang besar. Tumpukan material vulkanik sisa letusan Desember 2023 lalu belum seluruhnya terbawa air, dan kini menjadi ancaman nyata apabila terbawa oleh hujan deras ke aliran sungai di lereng gunung.
Letusan Terbaru Terjadi Siang Hari, Kolom Abu Tak Teramati
Menambah kekhawatiran, Gunung Marapi kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya pada Minggu siang sekitar pukul 13.44 WIB. Meskipun kolom abu vulkanik tidak terlihat karena tertutup awan tebal, aktivitas erupsi tersebut terekam jelas oleh alat seismograf.
“Letusan ini terekam melalui seismograf dengan amplitudo maksimum 30,4 milimeter dan berlangsung selama 37 detik,” ujar Teguh.
Data ini menunjukkan bahwa aktivitas magma di perut Marapi belum sepenuhnya reda. Meski belum membahayakan dalam skala besar, sinyal-sinyal ini memperkuat peringatan agar masyarakat tidak menganggap remeh situasi.
Status Masih Waspada, Radius 3 Km Dinyatakan Terlarang
Gunung Marapi saat ini masih berada pada status waspada (Level II). Sesuai dengan ketetapan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ada beberapa rekomendasi penting yang harus dipatuhi semua pihak demi keselamatan bersama.
Salah satunya adalah larangan keras bagi warga, wisatawan, maupun pendaki untuk memasuki zona radius 3 kilometer dari Kawah Verbeek, yang merupakan pusat aktivitas gunung.
Di zona ini, potensi letusan kecil maupun besar, lontaran batu pijar, dan semburan gas beracun bisa terjadi tanpa tanda-tanda awal yang jelas.
Ancaman Nyata Lahar Dingin: Sungai Bisa Berubah Jadi Aliran Maut
Ancaman yang lebih tersembunyi namun tidak kalah mematikan adalah lahar dingin. Berbeda dengan lava panas, lahar dingin adalah campuran air hujan dan material vulkanik (seperti pasir, abu, dan batu) yang mengalir deras dari puncak gunung melalui sungai-sungai.
“Lahar dingin ini bisa datang secara tiba-tiba, apalagi saat hujan deras mengguyur kawasan puncak,” tegas PVMBG.
Sungai-sungai yang berhulu langsung dari Gunung Marapi yang biasa tampak tenang dalam sekejap bisa berubah menjadi aliran lumpur deras yang membawa material vulkanik dalam jumlah besar, menyapu apapun yang ada di jalurnya: jembatan, sawah, rumah, bahkan manusia.
Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai seperti Batang Lembang, Batang Arau, dan anak-anak sungai lainnya, diminta untuk terus memantau kondisi cuaca dan segera menjauh jika hujan lebat mulai turun di sekitar Marapi.
Masker Jadi Senjata Pertama: Ancaman Abu Vulkanik bagi Kesehatan
Selain bahaya fisik seperti erupsi dan lahar dingin, masyarakat juga harus bersiap menghadapi ancaman kesehatan dari hujan abu. Partikel abu vulkanik sangat halus dan bisa dengan mudah terhirup masuk ke saluran pernapasan.
PVMBG mengingatkan agar masyarakat selalu menyiapkan masker atau kain penutup hidung dan mulut, terutama saat terlihat adanya hujan abu.
“Gangguan seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) bisa muncul jika kita terus-menerus menghirup abu vulkanik tanpa perlindungan,” tambah Teguh.
Hidup Berdampingan dengan Gunung Api: Kesiagaan Harus Jadi Gaya Hidup
Gunung Marapi bukan hanya ancaman, tetapi juga bagian dari kehidupan masyarakat sekitar. Gunung ini telah menjadi bagian dari sejarah, budaya, dan sumber kehidupan. Namun, seperti kata pepatah Minang: “Alam takambang jadi guru” alam adalah tempat kita belajar. Dan saat ini, alam tengah memberi sinyal agar manusia lebih waspada.
Dengan status masih waspada, dan cuaca hujan yang belum bersahabat, masyarakat di kawasan Agam, Tanah Datar, serta pihak berwenang dituntut untuk selalu siaga, tidak lengah, dan tanggap terhadap potensi bencana yang bisa muncul kapan saja.
Karena bencana tak pernah datang dengan undangan, hanya dengan kewaspadaan, kesadaran, dan kesiapan, nyawa dan kehidupan bisa terselamatkan.
(Mond)
#LaharDingin #GunungMarapi #SumateraBarat #BanjrLaharDingin